Tausiah KH. Abdullah Habib Faqih: Shalawat Kita itu Pasti Sampai kepada Kanjeng Nabi!

Penulis : Tim Admin

June 9, 2023

Tausiah: KH. Abdullah Habib Faqih memberikan tausiah kepada para santri di tengah berjalannya acara rutinan yang digelar setiap malam Jumat Legi di Mushala Agung Kamis, (8/6/23).

“Sesungguhnya shalawat yang kalian baca kepada Nabi itu pasti tersampaikan kepada beliau, dan Nabi menjawab salam kalian.” Begitulah kurang lebih tausiah yang disampaikan KH. Abdullah Habib Faqih saat acara rutinan setiap malam Jumat Legi yang diselenggarakan di Mushala Agung pada Kamis, (8/6/23).

“Kalau kalian tidak percaya, sudah banyak bukti dan cerita yang menandakan bahwa shalawat yang dibaca seseorang kepada Nabi Muhammad saw itu pasti sampai kepada beliau,” lanjut beliau.

Di antara bukti tersebut, terdapat cerita yang masyhur dan populer, yaitu ceritanya seseorang yang dapat membayar hutang gara-gara bershalawat kepada Nabi, padahal sebelumnya ia mempunyai hutang yang amat banyak.

Cerita tersebut terjadi pada masa kekhilafahan Turki Utsmani, yang mana saat itu dipimpin oleh Sultan Abdul Hamid.

“Diceritakan bahwa ada seorang yang mempunyai hutang sebesar 500 dinar kepada para tetangganya. Hutang tersebut sudah jatuh tempo untuk dibayar, tetapi orang itu tidak mempunyai apa-apa untuk membayarnya.” Akhirnya, ia pun mempunyai inisiatif untuk meminjam kepada orang kaya sebesar 500 dinar.

“Wahai Saudaraku, aku ingin meminjam uang 500 dinar,” kata seorang itu.

“Apa jaminanmu bila tidak bisa membayar hutang ini?” Tanya si kaya yang meragukan orang tersebut, sebab jumlah hutang yang sangat besar.

“Jaminanku adalah Nabi Muhammad, yaitu aku siap tidak diakui umatnya Nabi Muhammad bila aku tidak bisa membayarnya,” tegas orang tersebut.

Setelah menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran, proses hutang tersebut selesai dan pada saat itu juga, seseorang yang mempunyai hutang dalam jumlah besar itu membayar hutang-hutangnya.

Selang tiga bulan, saat sudah jatuh tempo pembayaran, si kaya tadi menagih hutangnya kepada seseorang tersebut, tetapi lagi-lagi jawabannya sama, ia tidak punya apa-apa. Mendapat jawaban seperti itu, si kaya pun langsung membawanya ke pengadilan untuk dimintai pertanggungjawaban, yang akhirnya orang tersebut ditahan karena tidak bisa membayar hutang-hutangnya.

Di tengah proses penahanan, orang tersebut meminta kepada hakim untuk diperbolehkan pulang sebentar, ia ingin pamit kepada anak istrinya, baru kemudian ia kembali dan menjalani proses penahanan.

Tetapi sang hakim tidak lantas percaya, sang hakim bertanya kepada orang tersebut mengenai jaminan apa yang akan diberikan bila ia mengingkari janjinya, alias tidak kembali menjalani proses penahanan itu. Lagi-lagi orang tersebut menjawab.

“Jaminanku adalah Nabi Muhammad, bila aku tidak kembali maka aku siap tidak diakui sebagai umatnya nabi,” ujarnya yang membuat hakim percaya dan membiarkannya.

Setelah orang tersebut pulang dan bertemu anak istrinya, ia menceritakan perihal penahanannya tadi, dan pada malam itu, ia bersama istrinya bersepakat untuk membaca shalawat bersama sebelum tidur, sebanyak-banyaknya. Di tengah proses pembacaan itu, ia tertidur dan mendapati dalam mimpinya, ia bertemu dengan Nabi Muhammad saw. Lalu beliau Nabi Muhammad saw berkata kepada orang tersebut:

“Wahai Fulan, besok datangilah rajamu dan katakanlah padanya bahwa aku memerintahkannya untuk membayari hutang-hutangmu, serta sampaikan salamku padanya. Apabila rajamu bertanya apa buktinya, maka jawablah padanya bahwa ia tadi malam membaca shalawat kepadaku sebanyak 1000 kali tetapi ia ragu apakah sudah mencapai seribu. Katakan padanya bahwa shalawat yang ia baca sudah benar sampai 1000. Sampaikan!”

Saat ia sudah terbangun dari tidurnya, ia bergegas pergi ke rajanya tersebut dan menyampaikan apa yang dialaminya semalam.

Mendengar cerita orang tidak dikenal itu, sang raja langsung menangis dan memeluk orang tersebut, karena sebenarnya, tidak ada yang tahu bahwa ia mempunyai amalan membaca shalawat setiap malam sebanyak seribu kali, dan kebetulan pada malam itu, ia bimbang apakah sudah seribu apa belum. Akhirnya sang raja pun memberikan uang kepada orang tersebut untuk melunasi hutangnya dan memberi uang tambahan sebesar 2500 dinar.

Setelah mendapat uang dari sang raja, orang itu lantas pergi ke pengadilan untuk membayar hutang-hutangnya, tetapi saat bertemu dengan hakim, tiba-tiba sang hakim langsung memeluknya dan memberikan uang sebanyak 500 dinar kepadanya.

“Alhamdulillah, gara-gara Engkau, tadi malam aku bertemu Nabi Muhammad, kemudian beliau memerintahkanku untuk membayar hutangmu dan berkata, kalau Kau membayar hutangnya orang tersebut aku akan memberi syafaat kepadamu dan membereskan urusanmu di akhirat,” cerita sang hakim dengan bahagia.

Kemudian setelah itu, si kaya yang dihutangi tiba-tiba datang dan memeluk orang tersebut, ia membebaskan hutangnya dan malah memberi uang 500 dinar kepada orang tersebut secara cuma-cuma seraya bercerita sebagaimana yang diceritakan oleh sang hakim.

“Cerita itu merupakan bukti dan dalil kalau shalawatnya umat Nabi Muhammad itu sampai kepada beliau,” jelas KH. Abdullah Habib Faqih kemudian.

Oleh karena itu, Nabi Muhammad berkata, “Perbanyaklah membaca shalawat kepadaku di hari Jumat atau di malamnya, sesungguhnya bacaan shalawat kalian itu ditampakkan kepadaku.” Lantas para sahabat bertanya, “Wahai Nabi, bagaimana shalawat ditampakkan kepadamu, sementara Engkau sendiri sudah meninggal?” Nabi pun berkata, “Sesungguhnya para nabi itu tidak mati, mereka hidup dan shalawat yang kalian baca itu sampai kepadaku.”

“Maka dari itu, ini supaya menjadi motivasi agar kita selalu menghadirkan hati setiap membaca shalawat, dan Allah Swt memerintahkan kita membaca shalawat setiap shalat menggunakan kalimat khitob “االسلام عليك ايها النبي ورحمة الله وبركاته”. Menggunakan ”ك” tidak “عليه” ataupun “علي النبي”, yang bermakna “kamu” sekaligus dapat diartikan bahwa orang tersebut ada dan hadir dalam pembicaraan.”

“Karena memang benar, Nabi Muhammad masih hidup dan hadir, kalau para nabi seperti Nabi Isa yang datang saat shalat dengan Baitul Maqdis, bagaimana dengan ruh Nabi Muhammad saw, yang lebih mampu lagi untuk mengembara ke tempat-tempat di mana shalawat dibacakan?”

“Maka yakinlah, ketika shalawat dibacakan, Rasulullah saw benar-benar hadir di antara kita,” pungkas KH. Abdullah Habib Faqih. (Riy)

Tulisan Terkait

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Komentar

Posting Populer