Kirim artikel

Penulis : admin

March 11, 2008

Bagi ikhwan yang ingin menyumbangkan artikel bisa mendaftar di sini.

artikel yang akan dimuat akan melaui “sensor” / proses editing terlebih dahulu. artikel menjadi hak dari https://langitan.net

atau langsung bisa masukkan pada kolom kementar dibawah ini

kalau memungkinkan silakan juga menyertakan link foto yang anda upload di http://upload.kapanlagi.com, http://www.freeimagehosting.net/, http://www.imageshack.us/ dll

[contact-form-7 id=”2627″ title=”Contact form 1″]

Tulisan Terkait

Khataman Pengajian Kitab Irsyadul Ibad di Musala Agung

Khataman Pengajian Kitab Irsyadul Ibad di Musala Agung

Langitan - Syaikhina KH. Ubaidillah Faqih telah mengkhatamkan kitab Irsyadul Ibad di Musala Agung, pada Selasa, (27/8/2024) sore tadi sekitar pukul 17.20 WIB. Pengajian rutinan sore ini dimulai setelah jamaah shalat Asar pondok yang diikuti seluruh santri Pondok...

Sepuluh Perkara yang Merusak Hati Menurut Imam Ghozali

Sepuluh Perkara yang Merusak Hati Menurut Imam Ghozali

Sebagai makhluk sosial yang tak bisa lepas dari sesama, tentu dalam berinteraksi akan ditemukan beragam watak manusia yang bemacam-macam. Baik itu terpuji maupun tercela. Dan tolak ukur akan buruk atau baiknya karakter setiap orang terdapat pada hati mereka....

Haul Almaghfurlah Ustadz H. Saiful Barri ke-5

Haul Almaghfurlah Ustadz H. Saiful Barri ke-5

Langitan - Telah digelar Haul Almaghfurlah Ustadz H. Saiful Barri yang ke-5 pada Ahad, (25/8/2024) yang dimulaipukul 19.00 WIB. Acara yang memperingati lima tahun wafatnya putra menantu Almaghfurlah Syaikhina KH. Abdullah Faqih ini digelar di Aula Darunnajah, PP....

13 Comments

  1. ACHMAD ROZIE GOWAH

    DEGRADASI GHIRAH PENDIDIKAN ISLAM
    OLEH : ACHMAD ROZIE GOWAH

    Pemuda adalah masa depan bangsa. Sedang masa depan pemuda tergantung pada pendidikannya. Maka, di sinilah pentingnya pendidikan. Dan, sistem dalam sebauh pendidikan jauh lebih penting dari isi pendidikan itu sendiri. At-thoriqoah ahammu minal madah.

    Dan, sebagai umat Islam, kita semestinya harus yakin, pendidikan Islam adalah yang terbaik. Tapi butulkah kita sudah meyakininya? Entahlah!

    Pendidikan Islam muncul sejak Nabi Muhammad diutus untuk menyebarkan agama Islam. Mulanya, pendidikan Islam terbatas pada bentuk perkumpulan (halqah). Di situ terdapat seseorang yang memimpin, sebagai seorang pembim¬bing. Halqah atau kumpulan sekelompok orang dengan bentuk melingkar itu dilakukan untuk belajar ilmu pengetahuan.

    Pada awal munculnya Islam, fasilitas pendidikan Islam hanya terbatas pada masjid, surau atau tempat peribadatan lainnya. Namun lambat laun pendidikan Islam mengalami peningkatan dengan didirikannya lembaga pendidikan seperti madrasah, sekolah formal, universitas dan perpustakaan—serta dibentuknya halqah dirasiyah (kajian, diskusi).

    Pada paruh pertama periode Daulah Abbasiyah di Baghdad (750-1258 M.) dan Daulah Umayyah di Spanyol (711-1492 M), pendidikan Islam mencapai puncak ke¬emasan¬nya, di mana Islam melakukan integritas dari beragam keilmuan yang ada saat itu, dan mentrans¬formasikan berbagai disiplin ilmu pengetahuan secara integral. Namun demikian, Islam tidak mengesamping¬kan nilai-nilai moral dan keutamaan (al-fadl) yang menjadi target utama dalam pendidikan Islam itu sendiri, karena moralitas dan keutamaan adalah ‘the top poin’ (ruh) dari pendidikan Islam. Pada saat itu, kaum muslimin tidak menutup diri untuk mengkaji dan membuka sekolah-sekolah kedokteran, sastra, ilmu-ilmu pasti (al riyadliyah), filsafat (Islam) dan lain-lain. Mereka tidak memberi limited place and time (batasan ruang lingkup dan tempat) untuk mengkaji ragam keilmuan yang berkembang.

    Tidak heran jika kemudian bermunculan sarjana-sarjana muslim yang berkompeten dalam beragam ilmu pengetahuan, baik bidang keagamaan atau lainnya. Seperti Al Ghazali dengan tashawufnya, Ibn Rusyd dan Al Kindi dengan filsafatnya, dan Ibn Sina dengan ilmu medisnya. Mereka adalah satu di antara sekian banyak sarjana Muslim yang memegang kendali keilmuan pada saat itu.

    ***

    Dalam pengamatan sejarah, pendidikan Islam di Indonesia mulai mengalami perkembangan pada awal abad ke 20. Banyak madrasah dan pesantren lahir. Sejak penjajahan Belanda, di Indonesia telah didirikan sekolah dan atau madrasah yang memiliki orientasi keislaman. Mulai dari Sumatera Barat, Sumatera Timur, Padang, Jambi, Aceh, Palembang, Jombang, Kudus, Yogyakarta, Banten, Jakarta, Sulawesi, Lombok, Kalimantan, Jawa dan di berbagai belahan Nusantara lainnya.

    Pertengahan abad 20 adalah era munculnya sekolah-sekolah tinggi Islam. Sekolah Guru Agama Islam (SGAI), Sekolah Guru dan Hakim Agama Islam (SGHA), Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAIN) yang kemudian diubah menjadi IAIN, dan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA).

    Pertanyaannya, apakah kesuksesan dan kemajuan pendidikan Islam itu bisa dinilai dari semakin pesat dan semaraknya madrasah, penerapan kurikulum agama dan didirikannya sekolah tinggi agama Islam? Fenomena di atas tidak cukup kuat untuk dijadikan acuan bahwa pendidikan Islam telah mengalami kesuksesan. Dan sulit juga kita katakan bahwa pendidikan Islam mengalami kemunduran. Memang, pesatnya lembaga pendidikan yang berorientasi keislaman, baik yang berskala nasional ataupun internasional, telah mengarah pada sebuah orientasi yang cerah, memiliki nilai positif-plus terhadap ajaran agama. Tanpa kita sadari sekian juta umat dunia telah mengenyam pendidikan agama (Islam). Ajaran agama semakin terjamin keutuhan dan entitasnya. International Islamic University di Pakistan dan Malaysia, Islamic Institute of Advanced Studies di Washington DC dan the International Institute of Islamic Thaught and Civilization di Kuala Lumpur Malaysia adalah salah satu bukti bahwa perkembangan pendidikan Islam memang patut dibanggakan. Tapi di sisi lain, rasanya kita jarang (atau lebih tepatnya: belum) menyaksikan teori-teori atau penemuan orang Islam yang kemudian bisa dikonsumsi oleh umat manusia secara umum. Kalaulah ada, mungkin hanya “nol koma” dari sekian milyar umat Islam di dunia saat ini. Dan, yang dapat kita amati adalah mayoritas (kalau tidak mau mengatakan seluruh) umat Islam menjadi konsumen atau penjiplak budaya dan teori-teori Barat. Terbukti–kalau mau dihitung secara presentasi–lebih dari 50% umat Islam yang ada di Indonesia lebih memilih pendidikan formal yang nota bene-nya berkiblat pada Barat. Sehingga secara tidak langsung bisa ditarik benang kusut bahwa umat Islam tidak tertarik dengan pendidikan yang didirikan oleh umat Islam sendiri, dalam hal ini pendidikan pesantren dan sekolah-sekolah Islam lainnya.

    Salah satu bukti nyata adalah nasib universitas al-Azhar. Dulu, ia menjadi universitas kebanggaan umat Islam. Banyak mahasiswa Barat tertarik dan kemudian menuntut ilmu ke sana. Tapi kini, al-Azhar hanya dipandang sebelah mata, bukan hanya oleh orang luar, tapi juga oleh kaum muslimin sendiri. Al-Azhar menjadi universitas “swasta” yang sejatinya hanya dilirik oleh calon mawasiswa “kelas” dua. Dan ini juga sangat dirasakan oleh universitas-universitas Islam di negara-negara Islam, termasuk Indonesia.

    Ironis memang, jika umat Islam enggan atau gengsi meneruskan studinya di “kandang” sendiri, dan lebih suka bertamu ke kandang orang lain. Lantas ada apa sebenarnya dengan pendidikan Islam? Benarkah pendidikan Islam sudah berada di ambang marginalisasi? Atau umat Islam sudah kehilangan ghirah Islamiyahnya? Konsep pendidikannya yang sudah tidak layak pakai ataukah manusia di dalamnya? Dan sederat pertanyaan lainnya muncul ke permukaan.

    ***

    Pada dasarnya, konsep tarbiyah Islamiyah merupakan konsep yang sangat ideal bahkan tidak ada satu pun konsep yang mampu menandingi konsep yang ditawarkan oleh Islam. Hal ini terpotret dari kisaran sejarah masa keemasan Islam (al-‘ushur al-dzahabiyah), periode Abbasiyah yang telah berhasil dengan gemilang menerapkan konsep tersebut, hingga membuat dunia tercengang menyaksikan survive pendidikan Islam kala itu. Salah satu faktor suksesnya pendidikan Islam pada masa lalu adalah karena mereka tidak pernah mendikotomi ilmu pengetahuan. Semua ilmu mereka kaji dan pelajari, tanpa melihat apakah itu ilmu umum atau agama. Bahkan konon, Jabir ibn Hayyan di samping menjadi tokoh sufi, ia juga ahli dalam ilmu Matematika.

    Lantas, jika saat ini umat Islam tidak mampu mengembalikan masa supremasi pendidikannya, hal ini tidak lepas karena selama ini mereka tidak dapat menerapkan konsep yang sudah membumi dengan baik sehingga terjadi kebekuan konsep yang berlarut-larut. Meminjam istilah KH. Anwar Iskandar, “Jangankan orientasi ke depan, menoleh ke belakang saja masih sulit”.

    Alaa kulli hal, kiranya diperlukan revitalisasi, reaktualisasi bahkan rekonstruksi konsep yang sudah mapan untuk mengembalikan masa kejayaan itu, di samping perlunya integrasi ilmu pengetahuan sehingga menjadi satu kesatuan yang sempurna. Kalau tidak? Maka pendidikan Islam dengan konsepnya yang memukau hanya akan menjadi ornamen indah masa silam.

  2. Achmad Rozie gowah

    KELALAIAN YANG MENIPU
    ACHMAD ROZIE GOWAH

    ________________________________________
    Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi dan rasul yang paling mulia Muhammad saw

    Wa ba’d:
    Allah berfirman: “Telah dekat kepada manusia hari perhitungan segala amal mereka, sedang mereka ada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya)” (Al-Anbiya’: 1)

    Orang yang memperhatikan keadaan manusia pada zaman sekarang ini akan dapat melihat betapa tepatnya ayat ini dengan kenyataan yang ada. Mereka berpaling dari minhaj Allah serta lalai dari urusan akhirat dan tujuan mereka diciptakan. Mereka merasa seolah-olah tidak diciptakan untuk beribadah, melainkan untuk bersenang-senang mengikuti hawa nafsunya. Mereka berfikir tentang dunia, mereka mencintai karena dunia, dan meraka bekerja demi dunia. Mereka saling bersaing, bermusuhan bahkan saling membunuh hanya karena dunia.

    Itu semua telah menyebabkan mereka meremehkan dan mengabaikan perintah-perintah Rabbnya. Bahkan sebagian mereka ada yang sudah berencana untuk meninggalkan shalat atau menunda hingga akhir waktu karena ada urusan pekerjaan atau menyaksikan pertandingan, atau karena janji dan lain sebagainya.!!

    Segala sesuatu dalam hidup ini memiliki porsi di hati mereka. Pekerjaan, perdagangan, olahraga, perjalanan, film-film, sinetron, lagu dan musik, makan, minum, tidur, dan semuanya memiliki tempat tersendiri dalam hatinya kecuali Al-Qur’an dan perintah-perintah agama.

    Engkau lihat bahwa salah seorang dari mereka begitu cerdas dan pandai dalam perkara dunia, akan tetapi si cerdas yang “miskin” ini tidak dapat mengambil manfaat dari kepandaian dan kecerdasannya itu pada perkara yang bermanfaat baginya di akhirat kelak. Kepandaiannya tidak menuntunnya menuju jalan hidayah dan istiqamah di atas agama Allah yang padahal di sanalah dia akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Sungguh inilah bentuk terhalangnya seseorang dari merasakan kebahagian hakiki.
    “Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (Ar-Rum: 7)

    Kita katakan kepada mereka yang senantiasa tenggelam dalam kezhaliman, dosa, dan kemaksiatan bahwa mereka ini boleh jadi tidak mempercayai adanya neraka, atau meyakini bahwa neraka diciptakan untuk selain mereka. Mereka telah lupa akan hari perhitungan dan hari pembalasan dan mereka pura-pura buta akan apa yang terpampang di hadapan mata berupa kedahsyatan, kesulitan dan kengeriannya.
    “Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)” (Al-Hijr: 72)

    Mereka sibuk mengurusi kenyamanan dan kebahagian fisik mereka di dunia yang fana dan mereka mengabaikan kebahagiaan dan kenyamanan di akhirat yang kekal selamanya. Betapa semangatnya mereka mengejar harta. Betapa seriusnya mereka dalam bekerja. Dan betapa telatennya mereka memperhatikan kesehatan tubuhnya. Akan tetapi, mempelajari urusan agama, memahami, mengamalkan, dan berpedoman padanya adalah perkara yang paling akhir yang dipikirkannya. Itupun kalau mereka masih punya sisa waktu dari kesibukannya mengejar dunia.

    Waktu mereka habis tanpa faidah. Bahkan mayoritasnya dihabiskan pada hal yang diharamkan dan melanggar yang diwajibkan. Mereka melakukannya dengan dalih mencari kesenangan dan kebahagiaan. Padahal apa yang mereka lakukan ini sama sekali tidak akan mengantarkan melainkan kepada kesengsaraan. Sadar atau tidakkah mereka itu dengan firman Allah swt: “Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (Thaha: 124)

    Sampai-sampai keadaan umumnya mereka seperti yang dikatakan oleh seorang penyair:
    Siangmu kau habiskan dalam kelalaian wahai orang yang tertipu
    Dan malammu kau habiskan untuk tidur di dalam selimutmu
    Engkau sibuk dengan hal-hal yang tidak akan akan engkau sukai akibatnya
    Dan di dunia, engkau hidup tak ubahnya seperti binatang

    Kesadaran mereka akan dosa telah mati dan kesadaran mereka akan segala kekurangan pun telah tiada. Sampai-sampai mereka mengira sedang berada di atas kebaikan, bahkan tidak terlintas sedikitpun di benaknya betapa minimnya dia menunaikan kewajiban. Hanya semata-mata menjaga pokok agama dan shalat, mereka merasa telah berada dalam kabaikan yang besar. Mereka mengira telah menghimpun Islam dan surga menanti kehadirannya di ujung sana. Mereka telah melupakan ratusan bahkan ribuan dosa dan maksiat yang dilakukan siang dan petang. Ghibah, dusta, melihat yang haram, makan yang haram, mencukur janggut, isbal, dan kamaksiatan lainnya yang mereka anggap remeh telah mereka lupakan. Mereka menyangka itu semua tidaklah berbahaya dan tidak akan menjerumuskan mereka ke dalam kerugian dan kebinasaan di dunia dan di akhirat.

    Tidakkah mereka sadar akan sabda Nabi saw: “Waspadalah kalian terhadap dosa-dosa kecil. Sesungguhnya dosa kecil itu apabila telah terkumpul maka akan membinasakan pelakunya”

    Ditambah dengan dosa-dosa besar bahkan termasuk yang paling besar seperti riba, zina, liwath, suap, dan semisalnya. Tidakkah mereka sadar?!

    Sungguh mengherankan! Tidakkah mereka bosan dengan hidup seperti itu? Tidakkah mereka bertanya kepada diri sendiri, apa yang ada di akhir hidup nanti? Apakah yang ada setelah kelezatan dan tenggelam dalam syahwat ini? Apakah mereka lalai dengan apa yang ada di balik itu semua…. Apakah mereka lalai akan kematian, perhitungan, qubur, shirat, neraka dan adzab? Tidakkah terbayang oleh mereka kengerian dan kedahsyatan itu semua? Telah lenyap kelezatan dan tersisalah akibat yang menyakitkan. Tenggelam dalam syahwat mewariskan penyesalan dan kerugian yang mendalam. Kesenangan yang sedikit namun membuahkan adzab yang pedih serta ratapan di dasar Jahannam. Adakah orang berakal yang mau mengambil pelajaran?! Adakah dia yang mau mentadabburi dan beramal untuk tujuan apa dia diciptakan dan mempersiapkan diri dengan apa yang akan disongsong di depan?!!

    Gemerlapnya dunia dan mudahnya mencari kesenangan dunia telah membuat buta mata mereka yang “miskin” dan terbuai dalam kelalaian ini. Sungguh mereka akan sangat menyesal dengan sebenar-benarnya penyesalan apabila terus menerus dalam kelaian, tenggelam dalam permainan dan senda gauraunya ini. Mereka tidak akan sanggup untuk bangun dari kelalaian itu dan tidak akan bertaubat kepada rabbnya Yang Mahatinggi.
    Allah berfirman tentang mereka itu: “Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka).” (Al-Hijr: 3)
    Yakni biarkan mereka hidup seperti binatang yang tidak memikirkan apa-apa kecuali makan, minum, pakaian, dan mencari pasangan. Belum tibakah saatnya bagi setiap muslim untuk mengetahui hakikat hidup dan untuk tujuan apa dia diciptakan?

    Saudaraku yang membaca tulisan ini! Diamlah sejenak bersama tulisan ini. Introspeksi dirilah, Tanya pada dirimu dan lihat bagaimana engkau dalam kehidupan ini. Apakah dirimu seperti mereka yang lalai dan tenggelam dalam permaianan dan senda gurau itu atau tidak? Apakah engkau telah berada di atas jalan yang benar yang akan mengantarkanmu kepada keridlaan Allah dan surga-Nya yang penuh kenikmatan? Atau apakah engkau mencari jalan yang sesuai dengan ambisi dan syahwatmu meskipun di dalamnya mengandung kesengsaraan dan kebinasaan? Lihatlah dua jalan ini wahai saudaraku. Sungguh ini bukanlah perkara yang remeh. Demi Allah ini adalah perkara yang besar dan perlu keseriusan. Saya yakin bahwa tidak ada yang lebih berharga di sisimu dari dirimu sendiri, maka bersungguh-sungguhlah untuk menyelamatkannya dari neraka dan murka Allah yang keras siksa-Nya.

    Lihatlah saudaraku bagaimana engkau menyikapi perintah Allah dan Rasul-Nya saw? Apakah engkau mengamalkan dan merealisasikannya dalam kehidupan atau engkau mengabaikannya dan hanya mengambil sebagian yang sesuai dengan ambisi dan nafsumu semata?

    Agama ini tidak bisa dipecah-pecah. Iltizam(berpegang) pada sebagian urusannya dan meninggalkan yang lainnya dianggap sebagai penghinaan, meremehkan, dan mempermainkan perintah Allah swt. Sangatlah tidak layak bagi seorang muslim untuk berbuat demikian. Sungguh Allah telah melarang hal itu dan mengancam pelakunya dengan adzab yang pedih.
    “Apakah kamu beriman kepada sebagian Al-Kitab dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan di dunia dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang amat berat.” (Al-Baqarah: 85)

    Muslim yang sejati waktunya habis untuk beribadah. Agama baginya bukanlah hanya sekedar simbol ibadah. Ditunaikan kemudian hidup dalam kehidupan yang tanpa agama dan tanpa ibadah. Yakni kehidupan dengan makanan yang haram, minum yang haram, mendengar yang haram, melihat yang haram, bicara yang haram, dan berbuat yang haram!! Sungguh mereka yang berbuat demikian berarti tidak faham hakikat Islam yang di emban dan dia dambakan.

    Saudaraku! Wahai yang tenggelam dalam kemaksiatan, sampai kapankah kelalaian ini akan berlangsung? Sampai kapankah engkau berpaling dari Allah? Tidakkah tiba saatnya engkau bangun dan bangkit dari kelalaian ini? Belum tibakah saatnya hati yang keras ini menjadi lunak dan khusyu’ kepada rabb semesta alam?
    “Belum datangkah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka).” (Al-Hadid: 16)

    Segeralah bertaubat dan semangatlah! Tidakkah engkau ingin menjadi bagian dari kelompok orang-orang yang bertaubat? Tidakkah engkau menginginkan apa yang mereka inginkan? Apakah engkau merasa lebih kaya dan tidak butuh kepada apa yang mereka dambakan berupa pahala di sisi Allah? Apakah mereka takut kepada Allah sementara engkau merasa kuat sehingga tidak takut kepada-Nya?

    Tidakkah engkau menginginkan surga saudaraku? Bayangkanlah engkau bisa melihat wajah Rabbmu Yang Mulia di surga. Bayangkanlah engkau bisa berjabat tangan dengan makhluk yang paling mulia Muhammad saw, engkau menciumnya, dan duduk bersamanya serta bersama para nabi dan shahabat lainnya di surga. Allah berfirman: “Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama orang yang dianugrahi nikmat oleh Allah yaitu para nabi, shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shaleh.” (An-Nisa: 69)

    Bayangkanlah dirimu ada dalam puncak kebahagianan di surga ‘Adn yang mengalir di bahwanya sungai air, sungai susu, dan sungai madu, serta bidadari berparas ayu nan cantik jelita bagaikan mutiara. Di dalamnya engkau bisa mendapatkan apa yang engkau inginkan. Bayangkanlah semuanya ini, surga yang luasnya seluas langit dan bumi.

    Kemudian bayangkanlah juga olehmu neraka, panasnya, luasnya, dalamnya, kedahsyatan dan kengeriannya. Adzab yang diderita oleh penghuninya berlangsung terus tanpa henti.
    “Setiap kali mereka hendak ke luar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (kepada mereka dikatakan): ‘Rasakanlah adzab yang membakar ini.'” (Al-hajj: 22)

    Bayangkanlah semua itu mudah-mudahan akan membantumu untuk segera bertaubat kembali kepada Allah. Demi Allah, engkau selamaya tidak akan pernah menyesal karena taubat. Bahkan engkau akan mendapatkan kebahagiaan dengan izin Allah di dunia dan di akhirat dengan kebahagian yang sebenarnya. Berusahalah mulai hari ini untuk menempuh jalan tersebut dan janganlah menyerah. Bukankah engkau senanitasa membaca dalam shalatmu: “Tunjukilah kami ke jalan yang lurus.” (Al-Fatihah: 6)?
    Maka selama engkau menghendaki jalan yang lurus, mengapa engkau tidak menempuh dan menelusurinya!!

    Saudaraku hati-hatilah kalian jangan sampai tertipu oleh dunia dan condong kepadanya. Hati-hatilah engkau untuk menjadikan dunia sebagai cita-cita dan tujuan hidupmu. Sungguh setiap kali engkau melewati detik demi detik dari hidupmu ini dan engkau merasakan kenikmatannya, berarti engkau pergi meninggalkannya. Maka sangatlah disesalkan apabila kematian datang menjemputmu sementara engkau belum sempat bertaubat.

    Sangatlah disayangkan ketika engkau diseru untuk betaubat engkau tidak menyahutnya. Jadilah engkau orang yang cerdas yang bisa berfikir dan beramal untuk apa yang akan dihadapi. Di depanmu telah menanti kematian dan sakaratnya, qubur dan kegelapannya, padang mahsyar berikut kedahsyatannnya. Engkau akan berdiri dihadapan Allah dan akan ditanya tentang apa yang telah engkau kerjakan, baik kecil ataupun besar. Maka persiapkanlah jawaban untuk itu
    “Maka demi Tuhanmu, Kami akan menanyai mereka semua, tentang apa yang mereka kerjakan dahulu.” (Al-Hijr: 92-93)

    Demi Allah, tidaklah pantas sama sekali bagi seorang yang berakal untuk bermain-main dalam kesia-sian di dunia ini serta bermaksiat kepada Allah swt. Sungguh tidaklah pantas bagi yang berakal melakukan semua itu sementara di hadapannya telah menanti kengerian dan kedahsyatan siksa Allah. Sungguh merupakan kesempatan besar yang Allah karuniakan kepadamu dengan hidupnya engkau sampai detik ini. Allah masih memberikan kesempatan untuk bertaubat dan kembali kepada-Nya. Maka pujilah Allah karenanya. Janganlah engkau sia-siakan kesempatan yang ada. Segeralah bertaubat selama engkau masih hidup dan selama kematian belum datang menjemput. Ingatlah mereka yang telah keluar dari dunia karena engkaupun akan keluar dari dunia ini juga. Akan tetapi engkau sekarang masih berada di negeri amalan dan masih punya kesempatan bertaubat dan beramal. Adapun mereka, mayoritas mereka sangat berharap untuk bisa bertaubat dan kembali kepada Allah akan tetapi keadaan mereka mengatakan:
    “Alangkah besarnya penyesalan kami terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu,” sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya.” (Al-An’am: 31)

    Maka hati-hatilah jangan sampai berbuat kesalahan sehingga engkau akan menyesal pada hari di mana tidak bermanfaat lagi penyesalan. Selamatkanlah dirimu dari neraka selama kesempatan itu masih ada di tanganmu dan sebelum engkau berkata:
    “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku bisa berbuat amal shalih terhadap apa yang telah aku tinggalkan.” (Al-Mu’minun: 100)

    Dan saat itu keinginanmu tersebut tidak Allah kabulkan sama sekali.

  3. istaftiyanuddin

    pak sekarang kan di langitan ad sutu wadah kesenian yang bernama “sekar pelangi”, bagaimana kalau wadah kesenian tersebut di buat kan blog atau wadah kesenian tersebut di masukan ke dalam website langitan? maaf pak kalau lancang ini sekedar usul loh ya, kalau di setujui matur suwun sanget

    • langitan05

      untuk kegiatan2 yang ada di pondok pesantren langitan insya’allah akan diliput dalam website langitan namun tidak semuanya kita melihat momen2 yang penting,.untuk sekar pelangi insya’alloh akan kita muat karya2nya pada hari2 yang akan datang..do’akan.

      • istaftiyanuddin

        syukron ustadz

  4. istaftiyanuddin

    assalamualaikum
    pak mau tanya soal kuliah khusus tahassus itu masuk dalam kategori formal atau non formal? kalau formal ikut cabang mana? atau berdiri sendiri?

    • langitan05

      wa’alaikum salam..Untuk Program Tahassus yang ada dipondok pesantren langitan sementara masih dalam proses penjajakan dan belum masuk dalam katagori formal namun insya’allah tahasus yg ada ini akan diakui oleh pusat melihat beberapa kelebihan dari tahasus ini misalnya matakul yang akan di ujikan adalah Kitab Tafsir jalalain,Ihya’ulumudidin dan muhadzab.

  5. langitan

    terima kasih

  6. Lilik Kelana Putri

    Ass wb
    Saya & keluarga baru saja mengalami musibah, kehilangan uang dan jam tangan mewah,setelah kami ketahui bahwa yg mencuri adalah teman anak sy, seorang wanita msh belia 20 th, untuk membuat efek jera kasus pencurian ini sdh kami laporkan kepada polisi dan sedang dalam proses, ternyata setelah kami ketahui dr ayahnya ttg kepribadian anak ini sedari kecil sudah menyusahkan saudara2nya, malah ayahnya ingin ketika lepas dr polisi segera diserahkan kepondok pesantren,kalau dia dilepas lagi pasti akan berbuat jahat kembali,
    sebagai anak perempuan yg msh muda kami berharap dia dapat menjadi lebih baik dan berguna unt keluarga, untuk itu kami butuh bantuan dr Pesantren, apakah hal tersbt diatas dimungkinkan untuk menempatkan ybs di pesantren ini ? dan yg perlu kami ketahui berapa biaya untuk menempatkan itu.
    Terima kasih atas informasinya.. salam hangat, Lilik
    Wass

  7. juli harianto

    kalo boleh minta tolong ke semua santri cowok/cewek
    terutama santri cewek bila ada yang kenal dengan santri yang bernama (nurul aissah) tolong sampaikan

    pesan maaf saya karna saya telah banyak salah dengan

    dia dan sampiakn kalo pesan ini dari juli/harianto
    dari gresik

  8. ahmad thoriqil akbar

    assalamu’alaikum
    ngapunten kulo cm pngin tanya tentang kabar pondok langitan bagai mana
    wassalamu’alaikum

    • admin

      #thoriq
      Alhamdulillah semua dalam keadaan baik, dan doanya kami harapkan selalu

Kategori

Arsip

Posting Populer