Ngaji Al-Hikam lil Imam Al-Haddad Hikmah ke-90: Perbedaan Orang Muslim Sejati dan Orang Munafik

Penulis : Tim Admin

December 16, 2023

Pengajian kitab Hikam kali ini membahas sifat orang muslim sejati dan sifat orang yang munafik. Dalam Hikmah yang ke-90, Al-Habib Abdullah bin Alawi bin Muhammad Al-Haddad berkata:

المؤمن يتجوز في العادات ولا يتجوز في العبادات والمنافق يتجوز في العبادات ولا يتجوز في العادات

“Orang mukmin akan menggampangkan kebiasaannya dan tidak menggampangkan dalam ibadah. Sedangkan orang munafik menggampangkan urusan ibadahnya dan serius dalam adat kebiasaan.”

KH. Abdullah Habib Faqih saat pengajian kitab Al-Hikam pada Sabtu, (18/11/2023) menerangkan bahwa hikmah di atas menunjukkan sifat seorang muslim sejati, di mana mereka adalah orang-orang yang membuat mudah masalah di luar ibadah, dan serius dalam urusan ibadah. Berbeda dengan orang munafik yang bersifat sebaliknya, yaitu menggampangkan urusan ibadah dan serius dalam urusan selainnya.

“Hikmah ini menerangkan tentang karakternya orang mukmin. Orang mukmin itu, di dalam masalah kebiasaan (luar ibadah) itu gampangan (dibuat mudah), tetapi dalam masalah ibadah itu diseriusi, tidak dibuat mudah,” tutur KH. Abdullah Habib Faqih.

Sebaliknya, orang munafik, lanjut beliau, di dalam urusan ibadah gegampang (menggampangkan) atau seenaknya sendiri, tetapi di dalam masalah kebiasaan (luar ibadah) atau masalah adat, itu diseriusi dan bersungguh-sungguh. Ini bedanya orang mukmin dan orang munafik.

Maksud dari  في العادات (kebiasaan) di sini adalah kebiasaan di dalam kehidupan, seperti makan, minum, beraktivitas, dan kebiasaan-kebiasaan sehari-hari.

Sedangkan maksud dari ولا يتجوز في العبادات (tidak memudahkan masalah ibadah) adalah orang mukmin itu ketika mau beribadah, ia akan melakukan ibadah tersebut dengan sungguh-sungguh, ia tidak mau melakukannya dengan apa adanya, dan tidak mau yang biasa-biasa dalam hal tersebut, harus serius.

“Orang mukmin dalam masalah kebiasaan itu sederhana, tetapi ketika dalam urusan ibadah, ia tidak mau sederhana, tidak mau apa adanya, tidak mau yang biasa-biasa, dia musti melakukan dengan yang terbaik,” terang beliau.

Seperti ketika mau melaksanakan shalat wajib, lanjut beliau, ia tidak hanya melakukan shalat secara biasa-biasa saja, tetapi ia akan melakukan ibadah tersebut dengan terbaik, bahkan sebelumnya ia akan mengawalinya dengan shalat sunnah dulu, dan shalatnya tersebut tidak langsung melakukan takbir, tapi ia bersiwak dahulu. Juga dalam berniat, ia akan menatanya dengan benar, ia juga mengusahakan saat menjadi makmum, tidak sampai terlambat dari takbiratulihramnya imam. Serta dalam shalat ia selalu berusaha khusyuk. Dan inilah karakter sesungguhnya dari seorang mukmin.

Hikmah di atas, juga bisa dijadikan acuan dalam bermuhasabah (introspeksi pribadi) apakah kita sudah menjadi orang mukmin sejati atau sebaliknya, orang munafik. Lebih jelasnya, ketika dalam urusan akhirat, kita memberikan yang terbaik, maka kita adalah orang mukmin sejati, tetapi jika kita tidak memberikan yang terbaik, artinya seenaknya saja, maka kita adalah orang yang munafik. Wallahu a’lamu.

Penulis: Akhmad Nur Ilmi
Editor: Abdullah AlFaiq

VIDEO TERKAIT: HIKMAH KE 89 & 90 – PENGAJIAN KITAB AL HIKAM LIL IMAM AL HADDAD | KH. ABDULLAH HABIB FAQIH

Tulisan Terkait

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Komentar

Posting Populer