Soal Buku Mantan Kiyai NU Menggugat

Penulis : admin

March 14, 2008

Penulis Kata Pengantar Akui Tak Kuasai Masalah
KH Muammal Hamidy, Penulis Kata Pengantar pada buku Mantan Kiai NU Menggugat Sholawat dan Dzikir Syirik, hadir dalam debat terbuka yang digelar di ruang Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (12/3) kemarin. Namun, saat itu juga, ia mengakui jika dirinya tak paham dan tak menguasai masalah.

Muammal mengakui ada yang salah dalam menulis kata pengantar. Ia mencontohkan perihal ber-tawassul (berdoa melalui perantara) yang dinilai H Mahrus Ali (penulis buku tersebut) sebagai perbuatan syirik (menyekutukan Allah). Padahal, para ulama ternama yang menjadi rujukan umat Islam dunia hingga sekarang, juga pernah melakukannya.

Alumus pertama Jami’ah Islamiyah, Madinah, Arab Saudi, itu, akhirnya mengakui jika dirinya salah. Tak hanya itu. Ia pun mencabut keterangan yang ada dalam buku itu dan menganggapnya tidak pernah ada serta menandatangani pernyataan kesalahan itu.

Kesalahan lain yang dilakukan Muammal adalah ia mengakui kalau belum membaca seluruh isi buku itu. Padahal, dalam keterangan sebelumnya, ia mengakui kalau sudah membaca semuanya.

Mengetahui hal itu, Abdul Basith, pemandu acara tersebut, akhirnya menghentikan debat terbuka yang tak berimbang itu.

Sebelumnya, pokok bahasan pada debat terbuka itu hanya difokuskan pada dua hal: tawassul dan istighosah. Hal itu dilakukan lantara Muammal memang diketahui tak terlalu menguasai masalah.

Hampir seluruh dasar-dasar yang disampaikan Muammal dibantah KH Abdullah Syamsul Arifin, Ketua Tim Lembaga Bahsul Masail Pengurus Cabang NU Jember, Jatim.

link asli : http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=11860 

Tulisan Terkait

PP. Langitan Kembali Adakan Perlombaan M2QK

PP. Langitan Kembali Adakan Perlombaan M2QK

Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan para santri, Pondok Pesantren Langitan kembali mengadakan perlombaan Musabaqah Muhafadzah Qiroatul Kutub (M2QK) di Halaman Madrasah Al-Falahiyah pada Kamis, 23-24 November 2023. M2QK sendiri merupakan perlombaan yang...

Ziarah Maqbarah dalam Rangka Haul KH. Abdullah Faqih ke-12

Ziarah Maqbarah dalam Rangka Haul KH. Abdullah Faqih ke-12

Termasuk rangkaian dari acara haul Almaghfurlah KH. Abdullah Faqih ke-12 adalah ziarah umum bersama Majelis Masyayikh di maqbarah masyayikh pendahulu pada Senin sore, (23/10). Ziarah ini diikuti oleh Majelis Masyayikh, asatidz, pengurus pondok dan seluruh santri PP....

Khatmil Qur’an bil Ghaib Haul KH. Abdullah Faqih ke-12

Khatmil Qur’an bil Ghaib Haul KH. Abdullah Faqih ke-12

Malam peringatan Haul KH. Abdullah Faqih yang ke-12 akan diselenggarakan pada malam ini (Senin, 23/10). Salah satu rangkaian acara yang menyambut haul tersebut adalah Khatmil Qur'an bil Ghaib. Pembukaan Khatmil Qur’an bil Ghaib dimulai pada Ahad siang, (22/10) di...

46 Comments

  1. kuwait

    Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), Maka Allah mengutus Para Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, Yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.

    Reply
  2. Agra

    Sekedar saran:
    – Kpd penulis buku, akan lebih bijak kalau persoalan ini diklarifikasi secara internal di kalangan Nahdiyin bukan dg cara diekspos melalui media.
    – Kpd para kiai NU dan kaum nahdiyin diharapkan untuk berjiwa besar menerima kritikan, jangan seperti kebakaran jenggot. Itu tandanya Allah SWT masih sayang.

    “Al haqqu min rabbikum, wa laa takuu nanna minal mumtarin”
    “Taraktu fiikum amraini lan tadhillu abada maa tamassaktum bihima, kitaaballahi wa sunnatarrasulih”

    Reply
    • nida

      Allah memberikan kelapangan/keleluasaan kepada para pelaku kesesatan…

      Reply
  3. suef

    Menurut saya lebih baik beragama itu mengikuti apa yang diajarkan oleh Rasulullah, karena beliau adalah uswatun khasanah, apa yang beliau kerjakan bukan maunya beliau tapi tentu maunya ALLah, karena beliau itu utusan Allah. Jadi, ikut aja kanjeng Nabi pasti diridhoi Allah. Kalau ikut kyai tentu sangat subyektif ( manusiawi karena manusia biasa walaupun bergelar kyai ). Jadi apakah amalan itu bid’ah atau bukan ya lihat aja Al-Qur’an dan As-Sunnah ada nggak tuntunannya…. gitu aja kok repot.

    Reply
    • gundul

      “lihat aja Al-Qur’an dan As-Sunnah ada nggak tuntunannya”.–> inilah masalahnya.
      semua ‘merasa’ mampu memamahami keduanya walaupun tidak atau kurang ilmu. copas sana sini utk bahan debat.
      padahal ada aturan yg ketat utk boleh menafsirkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, sebagaimana orang bisa dan bisa diakui mampu menafsirkan isi suatu kitab, misal memahami buku bhs inggris tentang pasar saham dia harus mampu dulu paham tentang ekonomi makro,bhs inggris, aturan hukum bisnis saham dll.
      itu baru kitab ttg dunia, apalagi tentang dunia akhirat.
      mikir mikir ….

      Reply
    • nida

      bukan lebih baik tapi suatu keharusan mengikuti rasulullah, para sahabat, tabi’in-tabi’innya..bukan katanya dan katanya…

      Reply
  4. ali

    buku itu masih dijual bebas di brebes, jateng. klo buku itu dibaca anak muda yg tidak paham betul agama bisa bahaya….

    Reply
  5. ikhwaan awam

    sayamah sebagai orang awam makin bingung aja kok para kiayi suka ribut-ributan malu dong ame agama lain mereka pada ngetawain kite-kite nih kalau ada perbedaan ambil sebagai hikmah sebab kebenaran itu dari Alloh dan rasulnya selain dari keduanya itumah bisa benar bisa salah makanya
    jangan percaya pada siapa siapa percayalah kepada Al-quran dan Assunnah yang disampaikan oleh siapa siapa itu sesuai dengan rukun Iman kan gethooo…apalagi percaya kepada golongan akibatnya gontok gontokan kaya partai politik masing masing jaim benderanya masing masing kalau golongan dibentuk oleh Nabi Muhammad SAW boleh tuh diikuti, gethoo..kalee…

    Reply
  6. Ahmad Syafiq

    Masya Allah masalah ini kan sudah lama menjadi perdebatan. Kenapa masih ada saja yang senang saling hujat-menghujat. Antar ulama lagi yang seharusnya jadi panutan ummat. Bukannya bagaimana mencari jalan untuk ukhuwwah islamiyah mencari persamaan-persamaan dan memperkuat barusan ummat. Berdebat silahkan saja secara akademis yang bertujuan mencari solusi persamaan. Kalaupun berbeda terima dengan lapang dada dan jangan ada kesan memaksakan kehendak.

    Reply
  7. ayu

    Coba diadakan di tempat yang netral. Mungkin IAIN Sunan Ampel terlihat sangat NU.
    Dan meskipun begitu saya kecewa dengan ketidak hadiran Mahrus Ali.

    Reply
  8. hameed assegaf

    mahrus ali? memang dia pernah mondok di salah satu pondok NU,tapi sejak kuliah di riyad dia jadi linglung,katanya bumi itu kayak meja,matahari mengelilingi bumi,dll padahal dulunya paling pandai menerangkan ayat2 kauniyah

    Reply
  9. dendifauzi

    salam wahai sodaraku”, dari pada pusing jadi ragu ragu toh masih banyak ibadah yang gak dipertentangkan seperi tahjud,dhuha, puasa senin kamis apakah itu semua gak cukup sehingga kita harus menambah & mengurangi nya, sessudah iman,islam maka carilah ikhsan . harusnya itu semua yang mengantarkan kita kepada allloh swt, karna islam telah sempurna’.

    Reply
  10. Hari

    marilah kita bersama-sama meluruskan dan memurnikan agama ini dalam menjalankan setiap ibadah-ibadahnya sebagai mana Allah telah memerintahkan “….padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dangan memurnikan keta’atan kepada Nya dalam(menjalankan) agama yang lurus…” (QS Al Bayyinah : 5 – “…maka sembalah Allah dengan memurnikan keta’atan kepadaNya. ingatlah hanya kepunyaan Allah_lah agama yang bersih (dari syirik)..” (QS Az Zumar : 2-3)

    Reply
  11. ceplease

    buku yang sangat tidak pantas untuk diterbitkan. Sayang sekali seorang kyai yang berani menulis seperti itu akan tetapi sama sekali tidak berani maju berdebat dalam forum yang nyata. Jadimenurut saya buku tersebut hanya bersifat subyektif saja…….
    Semoga masyarakat islam tidak mempercayainya…..

    Reply
  12. m.royyan firdaus

    Tong kosong nyaring bunyinya, itulah pepatah mengatakan……ya mnerut saya adanya buku mantan kyai N.U menggugat itu bukan kesalahan siapa2, melainkan kesalahan kita warga N.U. kenapa akidah di Indonesia bisa kebobolan akidah wahabi….?mungkin kita butuh intropeksi diri menyelamatkan diri kita dan saudara2 kita dari ajaran wahabiesme.(pelajar M.A.FUTUHIYYAH-1 mranggen Demak)

    Reply
    • abu fajri

      Afwan, antum tahu apa tentang wahabi kalau nggak tahu jangan nuduh2 yang nggak-nggak, saya dulu pernah ngaji kpd kiai yang mengaku bermadzhab syafi’i ternyata imam syafi’i tdk pernah dalam kitab-kitabnya mengamalkan solawat nariyah, solawat munjiat, sholawat badar, solawat albarjanji dan banyak lagi solawat2 yang tdk ada landasan baik dr alqur’an maupun assunnah pernah ditanya jawaban kiai tersebut, katanya dr gurunya kalau ditanya dalilnya tidak tahu, seharusnya kiai punya dalil dan tdk hanya mengekor/taklid buta.

      Reply
      • langitan02

        perlu anda ketahui kita tidak pernah menuduh siapa itu wahhabi? tapi dengan tanda-tanda dengan sendiri orang itu bisa dikatakan wahhabi, dan perlu juga anda ketahui tuntunan baca sholawat itu sejak zaman rasul sudah diajarkan, cuma bentuk shalawat itu sendiri tidak ada teks yang khusus harus dibaca, bahkan dalam al qur’an sendiri Allah memerintahkan orang-orang yang beriman melantunkan sholawat kepada nabi dan perlu anda ketahui apakah di alqur’an Allah menyuruh kita membaca shalawat tertentu? tentu saja tidak ada. karena memang bentuk shalawat itu sendiri tidak harus yang begini dan yang begitu tapi boleh bermacam-macam bentuk meskipun dalam sebagian hadits ada bentuk sholawat, tapi dawuh Rasul tentang sholawat sendiri banyak yang tidak menyebutkan teks. dan mohon maaf, kiai mana yang anda jadikan guru itu? apakah hanya sekedar sebutan saja ataukah yang lain? karena perlu anda ketahui mencari seorang guru itu tidak boleh asal-asalan tapi harus selektif. dan perlu anda ingin mengetahui tuntunan membaca shalawat nariyah anda bisa membukanya dalam kitab Khozinatul Asror dan sejenisnya. disana banyak sekali bentuk-bentuk shalawat. dan itu sudah diakui oleh golongan Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Perlu anda pahami lagi, bahwa Allah Swt secara tegas memerintahkan kita membaca shalawat kepada Rasul tanpa ada teks bagaimana shalawat yang harus dibaca. mohon maaf terima kasih

        Reply
  13. elfan

    Saya kira, Mahrus Ali tak perlu didebat, tapi mungkin perlu direnungkan isi dan kebenaran buku beliau, jika tak sesuai dengan ajaran Islam kita buang, tapi jika sesuai dengan ajaran Islam, ya kita amalkan saja. Kalau pun mau debat, ya kita buat saja buku tandingannya, biarlah umat yang menilai mana yang benar tafsiran kita atas agama kita, Islam ini.

    Reply
  14. Ramli

    : “Mantan Kiai NU Menggugat Shalawat & Dzikir Syirik”, “Mantan Kiai NU Meluruskan ritual-ritual Kiai Ahli Bid’ah yang Dianggap Sunnah”, “Mantan Kiai NU Membongkar praktek syirik”, “Mantan Kiai NU Bongkar habis kasidah syirik” Itulah b uku Mahrus ali yang harus di baca untuk koreksi diri agar bisa menilai apakah ajaran yang telah di pegangi ini benar lalu besok di akhirat bisa benar selamat atau masih di ragukan lalu kita bisa mencari dalil yang pas dan meneladani Rasulullah dengan sungguh> ini penting sekali sama dengan makan dan minum untuk tubuh kita

    Reply
  15. Wawan

    Kebenaran memang banyak sekali ujiannya, seperti Rasulullah saw yang menyampaikan kebenaran pun banyak rintangannya. Mungkin H. Mahrus Ali hanya menyampaikan ini loh Islam yang sesuai manhaj Rasul bukan ditambahi dan dikurangi, kalau memang benar kenapa harus ditolak…Mungkin juga percuma saja H. Mahrus Ali mengajak dialog, sebab ajaran-ajaran yang penuh bid’ah dan syirik di Indonesia sudah mendarah daging. Walallahua’lam.

    Reply
  16. Abdul Basid

    Saya kira jika Mahrus Ali masih saja berkelit dan tidak mau mempertanggung jawabkan presentasinya kepada publik dan tidak mau mencabut bukunya menurut saya penjarakan saja dia, agar tidak menjadi Dajjal Palsu yang sudah meracuni pemuda Nahdiyin

    Reply
    • achmad zaeni

      Asalamu’alaikum mas Basit…
      tidak harus begitu juga mas… biarkan saja buku itu beredar toh kita harus menghargai perbedaan pendapat. Pak macrus menulis juga menggunakan ilmu. Orang tertarik dan mengikuti amalannya itu sudah ditentukan gusti Allah. Andaikan kita tetap mengamalkan (apa) yang dikatakannya tidak mengikuti rosul juga sudah ditentukan Allah. Kita tidak usah grasa grusu, biarlah nasib kita sudah ada yang menentukan.Ikhtiar kita adalah ikhtiar yang tidak menyalahi jalanNya.Islam rahmatan lil ‘Alamin.

      Reply
      • BINGUNG

        Jawaban antum tambah bikin bingung…??? kalau semua serba ditentukan gusti Allah ya gak usah berusaha memperbaiki amaliah…saya juga dulu mantan nu tapi setelah mendalami al-Qur’an ass-Sunnah baru terlihat dengan GAMBLANG bahwa ajaran NU campur dengan hindu tinggal kita berpikir dengan jernih apakah kita sebagai Muslim masih merasa kurang Amaliyah sehingga harus menambah dengan ajaran Hindu???

        Reply
  17. Tyo

    kenapa pada halaman utama kok g da gambarnya atau pa,biar leboh menarik pengunjung gitu?

    Reply
  18. Bahar Maksum

    Assalamu’alaikum Wr. Wb

    Saat ini saya sedang menulis riwayat sejumlah pesantren, termasuk Pondok Pesantren Langitan. Saya mohon pimpinan pondok bisa membantu saya untuk mendapatkan data-data perkembangannya, mulai berdiri, perkembangannya hingga saat ini.
    Untuk itu, saya mohon pengasuh wesite ini bisa mengirimkan artikel-artikel mengenai Ponpes Langitan, seperti mengenai sejarah berdiri dan perkembangannya, keberadaan ponpes saat ini, lembaga pendidikannya, kegiatan eskul Ponpes, kelebihannya dibandingkan Ponpes atau lembaga pendidikan lainnya, jumlah santri dan pengasuh dan lain sebagainya.
    Demikian permohonan saya, atas perhatian dan bantuannya, saya ucapkan banyak-banyak terimakasih.

    Wassalamu’alaikum Wr. Wb

    Bahar Maksum
    Jl. H. Siun No 112, Ceger, Cipayung, Jakarta Timur, 13820, Telp. 021-32084106

    Reply

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Komentar

Posting Populer