Pondok Pesantren Langitan memperingati momentum Hari Santri Nasional 2023 dengan menggelar upacara di halaman Madrasah Al-Falahiyah pada Ahad (22/10).
Upacara ini dimulai sejak pukul 08.00 WIB yang dihadiri oleh Majelis Masyayikh, Asatidz dan seluruh santri PP. Langitan.
Upacara diisi dengan pengibaran bendera merah putih diiringi lagu kebangsaan, mengheningkan cipta, pembacaan ikrar santri, menyanyikan Mars Hari Santri serta Mars Syubbanul Wathan yang dipandu oleh tim paduan suara, pembacaan shalawat nabi, dan mauidhatul hasanah.
Ust. H. Abdul Wahab Kamali, salah satu asatidz Madrasah Al-Mujibiyah Putri Langitan diminta untuk menyampaikan mauidhah hasanah dalam upacara kali ini.
Dalam mauidhahnya, beliau mengajak para santri untuk mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah Swt, lebih-lebih nikmat dijadikan sebagai santri yang menekuni ilmu agama.
“Pertama dan yang paling utama ingin saya sampaikan marilah kita bersyukur kepada Allah atas beberapa nikmatnya. Terlebih nikmat kita dijadikan sebagai santri yang masih tekun belajar agama di pondok ini, semoga diberi manfaat oleh Allah.”
Lebih lanjut asatidz yang biasa dipanggil dengan sebutan Ust. Kamali itu menerangkan bahwa hanya ada dua peringatan kenegaraan yang wajib kita peringati. Peringatan tersebut adalah peringatan Hari Kemerdekaan, yaitu pada 17 Agustus dan Hari Santri Nasional pada setiap 22 Oktober.
“Menurut saya, hanya ada dua peringatan kenegaraan yang wajib dan harus kita lakukan, yang pertama adalah hari kemerdekaan bangsa Indonesia, yaitu 17 Agustus, dan yang kedua adalah Hari Santri Nasional.”
Mengapa? lanjut beliau, karena peringatan yang lain merupakan peringatan furu’iyah, peringatan-peringatan cabang yang lahir dari kedua peringatan ini, yaitu Hari kemerdekaan dan Hari Santri.
Beliau dalam mauidhahnya juga membahas makna dari slogan HSN sekarang yang berbunyi “Jihad Santri Jayakan Negeri”. Menurut beliau makna penting yang terkandung dalam slogan tersebut ada dua, yakni jihad santri.
“Dari empat kalimat ini ada 2 yang sangat bermakna, ‘Jihad’ dan ‘Jayakan’. Dari dua kalimat ini yang penting pertama kali adalah Jihad. Jaya negeri tidak akan kita dapat tanpa jihad,” pungkas beliau.
Usai mauidhah hasanah, upacara ditutup dengan doa oleh KH. Miftahul Munir, Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Al-Falahiyah.
0 Comments