Dewasa ini, kemerosotan akhlaq umat Islam semakin tampak, mulai dari akhlaq kepada orang tua, guru bahkan kiai. Ini terjadi di samping karena kurangnya pengetahuan sifat sombong dalam diri manusia. Hasrat menjadi pribadi yang lebih baik kalah oleh kuatnya nafsu, padahal sedikitpun kehormatan seseorang tidak akan berkurang ketika ia menghormati orang lain.
Hubungan kita dengan Allah akan baik ketika kita bisa memperbaiki hubungan kita dengan sesama, menghargai privasi orang lain tanpa harus mencari kesalahannya, menutupi aib tanpa harus mengingatnya, berterima kasih atas seluruh jasa dan usaha tanpa harus menunjukkan kekurangannya.
Allah adalah dzat Yang Maha Bijaksana, tidak akan memberikan ujian kepada hamba di luar batas kemampuannya. Seringkali seseorang mengeluhkan apa yang belum ia raih, tanpa menyadari rencana Allah di kemudian hari. Banyak yang menuntut kenaikan derajat, tanpa memikirkan keseimbangan kemampuannya. Padahal, itu hanya akan memberikan madharat dalam ketaqwaannya kepada Allah. Sungguh bukanlah keindahan harta yang menjadi tolok ukur tingginya derajat kita di hadapan Allah, melainkan teguhnya iman dan kuatnya taqwa. Hakikat setiap nikmat adalah untuk disyukuri dan menambah ketaqwaan kita kepada Allah. Maka, bisa jadi, saat kita meminta sesuatu, Allah tidak mengabulkan. Karena, itulah pemberian yang sebenarnya. Sungguh indah kehendak dan rencana Allah.
Berikut ini beberapa acuan dalam meraih ilmu yang bermanfaat:
Niat
Niat menjadi ukuran kesungguhan dan keihlasan pelakunya. Nabi Saw. bersabda “segala bentuk amal itu sah jika dibarengi dengan niat.”. hadits ini menunjukan, suatu amal tidak mencapai derajat sempurna jika tidak dibarengi dengan niat. Maka dari itu, niat menjadi pokok dari segala bentuk amal. Amal tanpa niat akan sia-sia. Niat tanpa amal hanya memperoleh sebagiannya.
Ibadah dan amal baik seorang hamba bukanlah atas dasar kehendaknya melainkan merupakan anugerah Allah. Allah mengetuk hati hambanya juga menggerakkan kaki dan tangan hambanya untuk melakukan perbuatan baik. Namun, nafsu akan selalu menghalangi semua keinginan baik seseorang. Maka, di sinilah akan berkecamuk antara keinginan hati dan nafsu, tergantung bagaimana niat seseorang. Jika niatnya kuat, maka kelakuan baik akan terlaksana. Sebaliknya, jika tidak, maka hanya akan menjadi keinginan belaka.
Niat berbuat baik setelah mendapatkan ilmu senantiasa mendatangkan pahala. Niat juga bisa dimaksudkan untuk membahagiakan Rasulullah. Hal ini dikarenakan, setiap amal manusia dalam seminggu akan diperlihatkan oleh malaikat kepada Rasulullah. Ketika amal seseorang baik, maka Rasulullah akan tersenyum dan bersyukur kepada Allah, namun bila amalnya buruk, maka beliau akan menangis.
Ikhlas
Ikhlas sebagai penentu diterima atau tidaknya sebuah amal. Di dalamnya terdapat ridha Allah. Amal tanpa keikhlasan tidak akan sampai di sisi Allah. Terhalang di langit dan dikembalikan kepada hamba tanpa mendapatkan pahala. Bahkan, Allah dan seluruh penduduk langit melaknat pelakunya.
Amal tanpa keikhlasan berarti riya’ yang hanya akan melebur pahala seorang hamba. Keihlasan tergambar ketika kita mampu merasakan tenangnya hati dan fikiran dalam beramal. Kita bisa menerima apa pun tanpa mengeluhkannya dan melakukan sesuatu tanpa berharap imbalan.
Ikhlas memiliki tiga tingkatan, yaitu:
Tingkat yang paling rendah adalah beramal dengan mengharap mendapat imbalan dunia.
Tingkat tengah adalah beramal dengan mengharap pahala akhirat dan surga Allah.
Tingkat yang paling tinggi beramal tanpa mengharap balasan apa pun, hanya mengharap Ridho Nya. Dalam tingkatan ini, seseorang rela masuk neraka, walaupun telah melakukan banyak kebaikan.
Istiqamah
Istiqamah adalah buah dari niat, ihlasnya amal, dan terbiasa dalam melakukan pekerjaan. Sifat manusia cenderung mudah bosan dan menginginkan hal baru. Kecenderungan inilah yang menjadikan sulit istiqamah. Namun, bila disertai dengan niat yang kuat dan usaha yang keras, pastilah Allah akan memberinya kemudahan.
Akan tetapi, perlu diingat. Semua itu hanya proses, Allah-lah yang menentukan. Ketika kebahagiaan dapat tercapai, berarti itu adalah anugerah dan fadhol dari Allah, namun sebaliknya ketika kekalahan yang didapat, maka instrokpeksi diri meruapkan jalan terbaik. Manfaatnya ilmu berarti kesuksesan dalam prosesnya, juga karena anugrah dan nikmat dari Allah. Kita tidak boleh mengeluh dalam menghadapi setiap pekerjaan. Bagaimana kita bisa menjadi pemenang, jika selama ini masih asyik dengan kekalahan. Waallahu a’lam.
Sumber: menaralangitan.com
0 Comments