وقال جابر بن عبدالله :من زادت حسناته على سيئاته يوم القيامة فذلك الذي يدخل الجنة بغير حساب، ومن استوت حسناته وسيئاته فذلك الذي يحاسب حساباً يسيراً ثم يدخل الجنة. وإنما شفاعة رسول الله ﷺ لمن أوبق نفسه وأثقل ظهره.
“Jabir bin Abdullah berkata, “Barangsiapa (orang Islam) yang amal shalehnya lebih banyak daripada keburukannya pada hari kiamat, maka dialah yang masuk surga tanpa hisab, dan barangsiapa yang sederajat amal baik dan amal buruknya akan diberi hisab yang mudah dan kemudian masuk surga. Dan sesungguhnya syafaat Rasulullah SAW hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang menindas dirinya sendiri serta membebani punggungnya.”
Hadits di atas adalah satu penggalan dari banyak hadits yang terdapat dalam kitab Ihya’ Ulumuddin. Hadits tersebut menawarkan sesuatu yang menarik untuk dikaji dan digali lebih dalam.
Dari kategori pertama, yaitu orang Islam yang memiliki lebih banyak kebaikan daripada kejelekannya akan masuk surga tanpa hisab. Hisab adalah proses di akhirat yang akan dialami semua umat manusia. Pada saat itu, manusia akan dihitung amal baik dan buruknya. Apabila amal baik lebih banyak, maka surgalah tempatnya. Namun, bila buruk yang lebih berat, akan berakhir di dalam neraka. Jika seorang Muslim mampu mencari kebaikan sebanyak mungkin hingga kebaikan tersebut mengungguli keburukan yang ia punya, maka ia akan melompati proses hisab dan langsung masuk ke dalam surga Allah. Kemuliaan ini hanya dimiliki oleh umat Islam.
Menuju poin kedua, orang yang memiliki jumlah kebaikan dan kejelekan yang setara akan dihisab dengan ringan. Sejatinya, semua umat Islam akan masuk surga. Namun, karena surga adalah tempat yang steril dari keburukan, dosa-dosa yang melekat pada manusia haruslah dibersihkan terlebih dahulu. Tempat pembersihan dosa-dosa ini adalah neraka.
Walaupun demikian, hadits di atas menunjukkan bahwa kebaikan yang besar mampu menghilangkan sistem penyucian atas keburukan pada orang Islam.
Pada poin terakhir, sesungguhnya syafaat Rasulullah hanya diperuntukkan bagi orang Islam yang menindas dirinya sendiri. Syafaat, yang berarti pertolongan, sangatlah berharga terutama pada hari kiamat, saat anak dan orang tua tidak dapat saling membantu. Pada hari itu, semua orang bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
Pertolongan sekecil apapun sangatlah berarti pada saat yang begitu berat tersebut. Terlebih lagi syafaat agung dari Nabi Muhammad SAW, yang dinanti-nantikan oleh semua makhluk. Ada banyak jalan untuk mendapatkan syafaat Rasulullah, salah satunya adalah dengan memperbanyak membaca shalawat.
Walaupun hanya orang-orang tertentu yang akan menerima syafaat, ini tidak menjadikan kita untuk tidak bershalawat pada Beliau. Tidak ada jaminan bahwa amal baik kita dapat mengalahkan amal buruk yang kita lakukan. Oleh karena itu, amalan shalawat tetap menjadi amalan umum tanpa membedakan siapa pelakunya.
Penulis: Ubaid Ar-Rahman
Editor: Mahir Riyadl
0 Comments