Sepuluh Perkara yang Merusak Hati Menurut Imam Ghozali

Penulis : Tim Admin

August 27, 2024

Sepuluh Perkara yang Merusak Hati

Ilustrasi Sepuluh Perkara yang Merusak Hati. (Source: Unsplash)

Sebagai makhluk sosial yang tak bisa lepas dari sesama, tentu dalam berinteraksi akan ditemukan beragam watak manusia yang bemacam-macam. Baik itu terpuji maupun tercela. Dan tolak ukur akan buruk atau baiknya karakter setiap orang terdapat pada hati mereka.

Rasulullah Saw pernah bersabda: 

أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ. أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ

“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati” (HR. Imam Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).

Dengan bertendensi pada hadits diatas, patutlah kita meningkatkan kewaspadaan akan kesehatan hati kita. Kesehatan hati sendiri itu dapat ditinjau dari sifat-sifat yang bersemayam dalam hati seseorang. Jika sifat tersebut merupakan sifat yang baik, maka harus tetap dipelihara. Namun apabila, sifat yang tidak terpuji, maka bersegeralah untuk membersihkannya.

Dalam kitab Ihya’ Ulumuddin, Imam Ghozali menyebutkan sepuluh sifat tercela yang sudah sepatutnya hati kita terbebas dari kesemuanya itu. Dalam kitab tersebut beliau menulis:

وَيَكْفِيهِ مِنَ الْمَهْلِكَاتِ النَّظَرُ فِي عَشَرَةٍ – فَإِنَّهُ إِنْ سَلِمَ مِنْهَا سَلِمَ مِنْ غَيْرِهَا – وَهِيَ: الْبُخْلُ، وَالْكِبْرُ، وَالْعُجْبُ، وَالرِّيَاءُ، وَالْحَسَدُ، وَشِدَّةُ الْغَضَبِ، وَشَرُّ الطَّعَامِ، وَشَرُّ الْوِقَاعِ، وَحُبُّ الْمَالِ، وَحُبُّ الْجَاهِ.

“Di antara hal-hal yang merusak, cukup baginya untuk memperhatikan sepuluh hal ini, -karena jika ia aman dari hal-hal tersebut, maka ia aman dari hal-hal yang lain-, yaitu: kikir, kesombongan, kemunafikan, iri hati, amarah yang hebat, rakus akan makanan, tamak akan hubungan badan (nafsu birahi), cinta uang, dan gila jabatan.”

 

Kikir

Kikir atau pelit adalah sikap perhitungan terhadap harta benda. Ciri utama orang yang mempunyai sifat ini  adalah cinta harta dan begitu egois. Di samping itu, kikir juga ditandai dengan menahan hak orang lain, baik dalam bentuk uang, makanan, dan sebagainya.

Sebagai gambaran adalah orang yang enggan mengeluarkan zakat. Keengganan ini masuk sifat kikir sebab menahan hak orang lain berupa harta yang seharusnya menjadi bagian mereka yang berhak menerimanya.

 

Sombong

Dalam literatur Arab, sifat yang satu ini lebih populer dengan kata takabur. Sifat ini umumnya lebih melekat kepada orang yang mempunyai kelebihan. Entah itu berupa harta, jabatan, keelokan  paras ataupun lainnya. Sifat ini begitu tercela, karena sifat sombong hanya pantas dimiliki oleh Allah SWT, sebab Allah adalah Sang Pencipta sedangkan manusia hanyalah salah satu ciptaan-Nya. Lantas apakah pantas seorang makhluk bersikap seperti Kholiq?

 

Munafik

Munafik dahulu kala identik dengan mereka yang berpura-pura mengikuti ajaran agama Islam, namun hati mereka sesungguhnya memungkirinya. Jika mengacu kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), munafik adalah suatu upaya berpura-pura percaya ataupun setia kepada agama dan lainnya, tetapi nyatanya dalam hatinya tidak demikian. Mereka kemudian selalu mengatakan sesuatu yang tak sesuai dengan perbuatannya serta bermuka dua. Dalam hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan:

آيَة الْمُنَافِق ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اُؤْتُمِنَ خَانَ

“Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu (1) ketika berbicara ia dusta, (2) ketika berjanji ia mengingkari, dan (3) ketika ia diberi amanat ia berkhianat).

 

Iri Hati

Iri, Dengki, atau Hasud  adalah emosi yang terjadi ketika seseorang tidak memiliki kualitas superior, prestasi, atau kepemilikan. Mudahnya sifat ini disingkat SMS, Senang Melihat orang lain Susah dan Susah Melihat orang lain Senang. Analoginya adalah ketika ada seorang teman anda misalnya, mendapat sebuah nikmat, tiba-tiba hati anda merasa tidak suka dan berharap nikmat yang didapat teman anda segera sirna, atau tatkala teman anda tertimpa musibah dan hati anda merasa gembira akan hal itu, maka berhati-hatilah!, mungkin hati anda telah terjangkit penyakit iri.

 

Pemarah

Dalam terminologi Arab marah disebut ghadab. Ghadab adalah istilah yang sering  diartikan sebagai benci kepada seseorang. Secara teknis, marah atau ghadab adalah emosi yang terjadi akibat ketidaksenangan terhadap suatu keadaan atau perilaku benci, dendam, dan iri terhadap seseorang yang diwujudkan dengan cara menyakiti atau melampiaskan emosi. 

Menurut Imam al-Qurthubi dalam kitab Tafsir al Jami li Ahkami al-Quran, ghadab adalah marah yang diwujudkan dengan anggota tubuh seseorang. Orang yang berada dalam fase ini akan mengeluarkan kata-kata yang keji. Sifat ini dapat diartikan sebagai sikap lanjutan atas iri ataupun dengki dengan melampiaskan lewat emosi, baik itu berupa perkataan yang kasar ataupun perbuatan fisik lainnya.

 

Rakus 

Rakus bermakna ketamakan dan keinginan yang berlebihan terhadap sesuatu. Dalam agama Islam, rakus merupakan sikap yang tidak pernah puas dengan apa yang dimiliki. Penyakit ini  begitu berbahaya sebab dapat menjerumuskan seseorang pada perilaku yang tidak terpuji dan melalaikan urusan akhirat. Apalagi rakus akan makanan akan membuat orang malas dalam menjalankan ketaatan. Dalam sudut bermasyarakat yang notabene dituntut untuk mudah berbagi kepada sesama, adanya sifat ini tentu akan merugikan, karena bila semua orang sudah terjangkit penyakit ini, maka seseorang akan menjadi egois yang berakibat melemahnya rasa persaudaraan sesama muslim. Dan jika hal ini sampai terjadi, maka tidak lama umat muslim akan dapat dihancurkan.

 

Nafsu Birahi

Menurut Wikipedia, frasa “hawa nafsu” tersusun dari kata “hawa” dan “nafsu” yang keduanya merupakan serapan dari bahasa Arab. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), secara etimologi kata “nafsu” memiliki beberapa makna, di antaranya: keinginan, kecenderungan, atau dorongan hati yang kuat; gairah; atau meradang. Bila ditambah dengan kata “hawa” menjadi “hawa nafsu”, maka bermakna dorongan hati yang kuat untuk berbuat kurang baik. Idiom “hawa nafsu” dibedakan dari istilah “syahwat” yang secara spesifik dikaitkan dengan nafsu atau keinginan untuk bersetubuh.

 

Cinta Harta dan Gila Jabatan

Pada dasarnya dua hal ini cukup berkaitan. Hubungan keduanya terdapat pada  orang yang gila jabatan itu pasti cinta harta. Namun kata-kata ini tidak dapat dibalik, sebab tidak semua yang cinta harta itu gila jabatan. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya konglomerat, miliarder ataupun jutawan yang hanya sibuk berkutat di dunia bisnisnya tanpa memilih ikut dalam perebutan kursi kepemimpinan. Sementara, orang yang gila jabatan pasti cinta harta itu begitu relevan di negeri kita, sebab orang-orang yang berhasil dalam percaturan politik biasanya akan menggunakan tangan besi demi meraup harta sebanyak-banyaknya.

Pada akhirnya, gajah dipelupuk mata tak tampak sedangkan semut diseberang samudera tampak, menjadi begitu relevan dengan situasi saat ini. Maka, daripada kita saling menunjukkan telunjuk kita kearah orang lain, lebih baik kita koreksi diri kita sendiri dan secara bertahap mulai memperbaikinya. Wallahu A’lam.

Penulis: Ubaid Ar-Rahman

Editor: Mahirur Riyadl

Tulisan Terkait

Penting Diketahui! Inilah Tiga Perkara Yang Disembunyikan Allah

Penting Diketahui! Inilah Tiga Perkara Yang Disembunyikan Allah

Ada tiga perkara yang disembunyikan Allah Swt, yang sangat penting kita ketahui, tiga perkara tersebut dijelaskan oleh Imam Ghazali dalam Magnum Opusnya, Ihya Ulumuddin, simak lengkapnya di bawah ini: وَقَالَ زَيْنُ اْلعَابِدِيْن عَلِيُّ ابْنُ اْلحُسَيْنِ رَضِيَ اللهُ...

Tiga Keadaan Umat Muslim di Akhirat

Tiga Keadaan Umat Muslim di Akhirat

وقال جابر بن عبدالله :من زادت حسناته على سيئاته يوم القيامة فذلك الذي يدخل الجنة بغير حساب، ومن استوت حسناته وسيئاته فذلك الذي يحاسب حساباً يسيراً ثم يدخل الجنة. وإنما شفاعة رسول الله ﷺ لمن أوبق نفسه وأثقل ظهره. "Jabir bin Abdullah berkata, "Barangsiapa (orang Islam)...

Privilege Status Islam

Privilege Status Islam

Kerap kita dengar baik itu dalam acara formal maupun non-formal, ajakan syukur yang diucapkan oleh master of ceremony (MC), pengisi sambutan ataupun penceramah terhadap berbagai karunia yang telah Allah berikan. Di antara berbagai ajakan syukur tersebut, biasanya...

Taubat dari Dosa?

Taubat dari Dosa?

Ketahuilah, taubat adalah “meninggalkan”. Tidak mungkin seseorang meninggalkan dosa tanpa mengetahuinya. Jika taubat wajib maka perkara tidak sampai kepadanya kecuali dengannya adalah wajib. Jadi, mengetahui dosa-dosa adalah wajib. Dosa adalah semua hal yang...

Membedakan Apa yang Dibenci dan Dicintai Allah

Membedakan Apa yang Dibenci dan Dicintai Allah

Orang yang cinta, tentu akan melakukan segala hal demi yang ia cintai dan takut jika ketahuan melakukan apa yang dibenci. Allah adalah Dzat yang Maha Melihat, Mengawasi dan Mengetahui. Dia tahu segala gerak dan semua yang terucap dari hambanya. Seorang saalik yang...

Menggali Makna Cobaan

  Setiap mukmin memiliki mimpi menjadi Ashabu al-Yamin yang dapat mengarungi seluruh waktu di akhirat dengan penuh kenikmatan, menerima balasan baik sebagai buah hasil kebaikan, dan yang paling utama adalah syahadah dengan sang pencipta, sebagai obat rindu penuh...

Menyelami Keagungan Nikmat Allah dalam Tafakkur

    Segala pujian taruntuk Dzat yang tak pernah bosan membagi nikmat bagi hambanya. Memberikan kebahagiaan bagi semuanya, menciptakan setiap keindahan dalam bayang-bayang dunia, bahkan setiap ciptaannya tidak luput dari guna dan manfaat untuk hambanya. Dia...

Harta Hanya di Tangan Bukan di Hati

Hidup memang sebuah ujian, hanya orang-orang yang benar-benar teguh iman saja yang dapat melewati ujian ini dengan baik. Mereka adalah orang-orang yang tidak tertipu oleh kilauan nikmat dunia yang begitu menggoda. Jika bisa di ibaratkan, dunia itu ibarat seorang...

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kategori

Arsip

Posting Populer