Sa’ad bin Muadz: Sahabat Berjiwa Ksatria

Penulis : admin

April 23, 2016

sahabatSa’ad bin Mu’adz terkenal dengan keberaniannya. Semasa hidupnya, sahabat yang satu ini selalu mengikuti peperangan, sehingga menjadi panutan bagi sahabat lain saat berada di medan tempur. Ia juga masyhur dengan kecerdasannya. Tak heran jika suatu saat ia dipercaya sebagai delegasi Rasulullah Saw dalam perundingan dengan Bani Quroidhoh saat terjadi Perang Khandaq. Beliau juga berparas menawan dengan postur tubuh tinggi, gempal, dan tegap.

 

Figur Pemberani

Meskipun berasal dari golongan Anshar, keyakinannya terhadap Islam sangat luar biasa. Sa’ad bin Mu’adz adalah salah satu figur pemberani bagi sahabat lain dalam berjihad. Beliau sekali pun tidak pernah gentar dalam menghadapi orang kafir di medan tempur, bahkan ketika jumlah pasukan Islam tidak sebanding dengan pasukan orang kafir, seperti dalam perang Badar, Khandaq dan lainnya.

Perang Khandaq menjadi saksi sejarah betapa sahabat Sa’ad bin Mu’adz sangatlah berani dan berjiwa ksatria. Saat Rasulullah mengkhawatirkan munculnya wacana bahwa orang Islam harus memberikan sepertiga hasil bumi mereka kepada orang kafir, Sa’ad bin Mu’adz berdiri dan bertanya: ”Ya Rosulullah apakah itu perintah dari Allah ataukah inisiatif dari engkau sendiri?” Rasulullah menjawab: “Bukan, tetapi ini adalah pendapatku yang kurasa baik untuk kalian! Demi Allah, saya melakukannya karena tidak ingin melihat orang-orang Arab hendak memanah kalian secara serentak dan mendesak dari segala arah.”

Kemudian Sa’ad bin Mu’adz menjawab: “Saya bermaksud hendak membatasi kejahatan mereka sekecil mungkin. Wahai Rasulullah! Dahulu kami dan orang-orang itu berada dalam kemusyrikan dan pemujaan berhala, tidak bersimpuh mengabdikan diri kepada Allah bahkan tidak mengenal-Nya. Setelah masuk Islam, kami tidak mengharapkan sebutir kurma pun dari meraka kecuali dengan cara jual beli. Sekarang, apakah setelah kami beroleh kehormatan itu dan mendapat bimbingan untuk menerimanya, dan setelah kami dimuliakan-Nya dengan bisa bersamamu dan dengan agama ini, kami harus menyerahkan harta kekayaan kami? Demi Allah, kami tidak memerlukan itu, dan demi Allah, kami tak hendak memberi kepada mereka kecuali pedang, hingga Allah menjatuhkan putusan-Nya dalam mengadili kami dengan mereka.”

Sontak kemudian Rasulullah mengubah pendiriannya dengan memberi tahu kaum musyrikin atas pendapat sahabatnya. Hingga akhirnya terjadilah perang Khandaq.

 

Ajal Menjemput

Dalam Perang Khandaq, Sa’ad bin Mu’adz keluar dengan membawa pedang dan tombak. Beliau maju tanpa kenal takut pada setiap musuh di depannya. Pada akhirnya, ia menemui ajal setelah urat lengannya terkena panah, sampai terluka parah dan tak tertolong. Aisyah Ra., Ummul Mukminin, menceritakan: “Sa’ad bin Mu’adz mendapatkan luka parah pada perang Khandaq karena panah seorang Quraisy bernama Hibban bin Ariqah. Orang itu memanah tepat mengenai urat bahu Sa’ad.”

Menurut Aisyah Ra., Sa’ad bin Mu’adz telah berdoa: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa tidak ada yang lebih aku cintai untuk berjihad (berperang) di jalan-Mu selain memerangi kaum yang mendustakan Rasul-Mu. Ya Allah, aku mengira bahwa Engkau telah menghentikan perang antara kami dan mereka. Seandainya masih ada perang melawan Quraisy, panjangkanlah umurku supaya aku dapat berjihad melawan mereka di jalan-Mu. Sekiranya memang benar Engkau telah menghentikan perang, pancutkanlah lukaku ini dan matikanlah aku karenanya.” Maka memancutlah darah beliau dan akhirnya sang sahabat yang gigih berjuang tersebut pergi menghadap Sang Ilahi dan menjalani kehidupan yang hakiki.

 

Arsy Berguncang

Kepergian Sa’ad bin Mu’adz memberikan kesedihan yang mendalam bagi kaum Muslimin. Mereka kehilangan salah satu pemberani, dermawan, dan orang yang begitu ikhlas dalam beribadah. Suatu ketika Rasulullah memberi kabar menggembirakan tentang Sa’ad bin Mu’adz. Beliau bersabda: “Arsy Allah yang Maha Pengasih berguncang karena kematian Sa’ad bin Mu’adz.”

Juga diceritakan dari Ibnu Umar r.a berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Hamba shalih yang (kematiannya) telah mengguncang Arsy, membuat pintu-pintu langit terbuka dan 70.000 malaikat hadir mengiringinya. Padahal mereka belum pernah turun ke Bumi seperti ini sebelumnya, merasa kesempitan kemudian Allah memberinya keleluasaan.” Hamba shalih yang dimaksud adalah Sa’ad bin Mu’adz.

Keagungan budi dan ketaqwaan sahabat ini dibalas oleh Allah dengan derajat yang tinggi. Anas bin Malik Ra. pernah bercerita: “Nabi Saw diberi hadiah berupa baju jubah dari sutera tipis. Padahal, sebelumnya beliau pernah melarang memakai sutera.” Orang-orang pun dibuat kagum karenanya. Maka beliau bersabda: “Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh sapu tangan Sa’ad bin Mu’adz di Surga lebih baik daripada ini.”

Tulisan Terkait

Biografi Singkat KH. Abdullah Faqih

Biografi Singkat KH. Abdullah Faqih

KH. Abdullah Faqih adalah ulama yang kharismatik sekaligus pengasuh generasi keenam Pon. Pes. Langitan. Beliau merupakan kiai yang sederhana dengan sifat tawadu yang luar biasa.  Selain itu beliau juga mempunyai kiprah yang berpengaruh bagi NU, hal ini terbukti karena...

Taushiyah Kebangsaan KH. Abdullah Habib Faqih

Taushiyah Kebangsaan KH. Abdullah Habib Faqih

Sudah 77 tahun Indonesia merdeka dari penjajahan Belanda. Selama 350 tahun Indonesia dijajah oleh Belanda dan tiga tahun setengah dijajah oleh Jepang. Menurut data penjajahan dunia, Indonesia dalam bentuk negara sudah merdeka. Seluruh dunia sudah mengakui kemerdekaan...

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kategori

Arsip

Posting Populer