Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz akan Kunjungi Indonesia, Simak Biografi Beliau di Sini!

Penulis : Tim Admin

August 2, 2023

Foto: Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz Tarim, Hadramaut, Yaman.

Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz Tarim, Hadramaut, Yaman akan berkunjung ke Indonesia di bulan Agustus tahun ini.

Kabar kedatangan beliau banyak diberitakan melalui beberapa akun media sosial. Di antaranya adalah akun Instagram resmi Pondok Pesantren Langitan, @menaralangitan.

Disebutkan agenda beliau di Indonesia akan berjalan selama 5 hari yang terhitung sejak tanggal 19 Agustus 2023 sampai pada tanggal 23 Agustus 2023.

Oleh sebab itu, supaya bisa mengenal lebih dalam tentang beliau, kami menyusun biografi singkat Al-Habib Umar bin Hafidz yang bisa dibaca di bawah ini!

 

Masa Kecil

Al-Habib Umar bin Hafidz lahir di Tarim, Hadramaut, Yaman pada 27 Mei 1963 dengan nama asli Umar bin Muhammad bin Hafidz. Beliau adalah keturunan ke-39 dari Rasulullah saw.

Ayah beliau bernama Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz, seorang Mufti Mazhab Syafi’i di kota Tarim pada saat itu.

Sementara kedua kakek Habib Umar, Al-Habib Salim bin Hafidz dan Al Habib Hafidz bin Abdullah adalah intelektual Islam yang dihormati pada masanya.

Masa kecil Habib Umar mendapatkan pendidikan secara langsung oleh ayah beliau, Habib Muhammad bin Salim. Terdapat cerita unik saat Habib Umar kecil dididik ayahnya.

Pada saat Habib Umar baru berusia 7 tahun, beliau diharuskan oleh sang ayah untuk secara istikamah melakukan shalat sunah Tahajud. Kegiatan ini dilaksanakan beliau sampai merasa terkantuk-kantuk.

Suatu ketika ada seorang tamu menanyakan perihal hal tersebut, menurutnya pendidikan semacam itu belum pantas diterapkan kepada Habib Umar yang masih kecil.

“Anakmu terlalu kecil, kasihan! Umurnya belum pantas melaksanakan ibadah semacam ini,” ujar tamu tersebut.

Lalu dengan menatap Habib Umar, ayah beliau berkata kepada tamunya, “Anda akan menjadi saksi, tunggulah dan lihat, akan jadi apa anak ini di kemudian hari?”

 

Pendidikan

Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa masa pendidikan Habib Umar sudah dimulai sejak umur belia, yang mana beliau mendapat pendidikan secara langsung dari ayah Habib Umar sendiri.

Banyak ilmu yang sudah didapat selama belajar bersama ayah beliau, di antaranya adalah ilmu fikih, hadis dan bahasa Arab. Selain itu, juga ilmu-ilmu spiritual keagamaan seperti tasawuf dan dzikir.

Tetapi pendidikan bersama sang ayah harus berhenti pada usia beliau yang baru menginjak 9 tahun. Karena ada suatu kejadian yang menyedihkan menimpa Habib Umar kecil. Saat itu, tepat pada tahun 1972, ayah beliau diculik oleh orang-orang komunis yang berkuasa di Yaman Selatan.

Pada waktu itu, orang-orang komunis tersebut gencar-gencarnya menekan dakwah para ulama, mengintimidasi dan menculik mereka, termasuk di antaranya adalah ayah beliau. Hingga saat ini, keberadaan ayah beliau masih belum diketahui, Habib Umar kecil hanya bisa menangis saat ditinggal sang ayah.

Setelah kepergian sang ayah, Habib Umar tetap melanjutkan perjalanan pendidikannya, tetapi hal ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi, karena rezim komunis masih memegang kekuasaan secara penuh. Di bawah ini bisa disimak guru-guru yang pernah mendidik beliau di masa itu.

  • Al-Habib Muhammad bin Alwi bin Syihab,
  • Al-Munshib Al-Habib Ahmad bin Ali bin Syekh Abu Bakar,
  • Al-Habib Ibrahim bin Agil bin Yahya (di Kota Taiz – Yaman),
  • Al-Habib Imam Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf,
  • Habib Abdullah bin Syeikh Alaydrus,
  • Habib Abdullah bin Hasan Bilfaqih,
  • Habib Umar bin Alwi Al-Kaff,
  • Habib Ahmad bin Hasan Al-Haddad,
  • Habib Ali Al-Masyhur bin Muhammad bin Salim bin Hafidz,
  • Habib Salim bin Abdullah Asy-Syatiri,
  • Syeikh Al-Mufti Fadhl bin Abdurrahman Ba Fadhl,
  • Syeikh Taufiq Aman.

Selain di tanah Yaman, Habib Umar juga mencari ilmu kepada ulama-ulama di Haramain sekaligus menunaikan ibadah Haji. Di antara para ulama yang pernah disinggahi Habib Umar untuk belajar di sana adalah

  • Habib Abdulqadir bin Ahmad Assegaf,
  • Habib Ahmad Masyhur bin Thaha Al-Haddad,
  • Habib Abu Bakar Al-Atthas bin Abdullah Al-Habsyi,
  • Al-Musnid Syeikh Muhammad Yasin Al-Fadani,
  • Muhadditsul Haramain Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki.

 

Mengajar dan Berdakwah

Saat berusia 15 tahun, Habib Umar sudah dipercaya menjadi pengajar di samping terus belajar dari para gurunya. Lalu pada usia ke-17 tahun, tepat pada tahun 1981 beliau pindah ke kota Al Bayda, Yaman Utara.

Hal ini karena persekusi rezim komunis di Yaman Selatan semakin membabi buta, mereka menyiksa dan membunuh para ulama. Menutup madrasah dan melarang segala hal yang berhubungan dengan Islam. Kepindahan Habib Umar di kota ini terjadi selama sebelas tahun. Beliau belajar, mengajar, dan menikah di kota ini.

Di kota ini pula, Habib Umar membuat forum kajian yang menarik perhatian para pemuda dari kota Al Bayda, Al Hudaydah (Yaman bagian barat) dan Ta’izz (Yaman bagian barat).

Pada pertengahan tahun 1990, Habib Umar pindah dari Al Bayda ke Oman untuk mengajar dan berdakwah di sana. Lalu pada tahun 1992 beliau pindah ke kota Al-Shihr, Ibu Kota Provinsi Hadramaut. Di kota ini Habib Umar juga mengajar dan berdakwah.

Selanjutnya pada tahun 1994, beliau kembali ke kota Tarim dan merintis pendirian Pondok Pesantren Darul Musthafa yang resmi dibuka pada tahun 1997. Bertambah banyaknya santri, terutama santri yang perempuan, akhirnya pada tahun 2001 didirikan Darul Zahra yang secara khusus mendidik para santri perempuan.

Seiring berkembangnya Pondok Pesantren Darul Musthafa, Habib Umar juga semakin aktif melakukan dakwahnya secara global. Hal ini menjadikan lingkup dakwah Habib Umar tidak terbatas di wilayah Arab dan Timur Tengah saja, tetapi menjadi lintas benua seperti Australia, Asia Tenggara, hingga Eropa.

 

Berkunjung ke Indonesia

Kunjungan dan dakwah Habib Umar di Indonesia sendiri sudah dimulai sejak tahun 1994 dan rutin sampai saat ini. Awal kedatangan Habib Umar ke Indonesia adalah pada tahun 1994 saat diutus oleh Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf yang berada di Jeddah untuk mengingatkan dan menggugah ghirah (semangat atau rasa kepedulian) para Alawiyyin Indonesia.

Dilansir dari laman resmi Nu Online bahwa perintah itu disebabkan sebelumnya ada keluhan dari Habib Anis bin Alwi al-Habsyi seorang ulama dan tokoh asal Kota Solo, Jawa Tengah tentang keadaan para Alawiyyin di Indonesia yang mulai jauh dan lupa akan nilai-nilai ajaran para leluhurnya.

Baca Juga:

 

Berdirinya Majelis Al-Muwasholah

Kegiatan silaturahmi dan dakwah Habib Umar di Indonesia yang semakin rutin, serta selama berkunjung beliau sering bertemu dan berkumpul dengan para ulama untuk membahas permasalahan umat, akhirnya pada tahun 2006 beliau memberi isyarah bahwa pada kunjungan yang akan datang, tepatnya di bulan Muharram 1428 H, akan digagas sebuah majelis sebagai forum yang dapat menjadi sarana bertemu dan bertukar pikiran para ulama.

Majelis tersebut bernama Majelis Muwasholah Baina Ulama atau biasa dikenal dengan Forum Silaturrahmi antar Ulama yang diresmikan pada Kamis 8 Februari 2007 M /20 Muharram 1428 H di Wisma DPR RI Cisarua, Bogor, Jawa Barat.

Tujuan utama dari majelis tersebut adalah menyatukan para ulama dalam menyampaikan amar makruf nahi munkar agar mereka punya kesatuan kata dan visi. Dan tidak menjadikan dakwah Islamiyyah sebagai alat politik, tujuan duniawi, atau hal serupa itu. Murni hanya untuk melanjutkan risalah para Nabi shallallahu ‘alaihim ajma’iin.

Pembentukan majelis ini bukanlah gagasan Al-Habib Umar bin Hafidz seorang. Melainkan berasal dari keinginan dan saran para ulama. Beliau hanya memfasilitasi dan memediasi saja.

Beliau menyatakan para ulama yang mempunyai latar belakang yang berbeda -aliran, mazhab atau organisasi- tidaklah menjadi penghalang untuk bergabung dalam majelis tersebut.

 

Berkunjung ke PP. Langitan

Foto: Al Habib Umar bin Hafidz saat berkunjung ke PP. Langitan pada Kamis, (31/1/2008). Tampak dalam foto tersebut Al Habib Umar bin Hafidz (kiri), Almaghfurlah KH. Abdullah Faqih (tengah) dan KH. Abdullah Habib Faqih (kanan).

Tercatat Habib Umar bin Hafidz pernah berkunjung ke Pondok Pesantren Langitan sebanyak 2 kali, pertama pada  hari Kamis, tanggal 31 Januari pada tahun 2008. Dan kedua pada hari Sabtu 22 November 2014.

Dalam kunjungannya yang kedua di Pondok Pesantren Langitan, Habib Umar bin Hafidz menghadiri acara Multaqo Ulama yang diadakan oleh Majelis Muwasholah Baina Ulama al-Muslimin yang dihadiri oleh ulama-ulama dari berbagai negara.

Penulis: Mahirur Riyadl

Editor: Abdulloh Al-Faiq

Tulisan Terkait

Biografi Singkat KH. Abdullah Faqih

Biografi Singkat KH. Abdullah Faqih

KH. Abdullah Faqih adalah ulama yang kharismatik sekaligus pengasuh generasi keenam Pon. Pes. Langitan. Beliau merupakan kiai yang sederhana dengan sifat tawadu yang luar biasa.  Selain itu beliau juga mempunyai kiprah yang berpengaruh bagi NU, hal ini terbukti karena...

Taushiyah Kebangsaan KH. Abdullah Habib Faqih

Taushiyah Kebangsaan KH. Abdullah Habib Faqih

Sudah 77 tahun Indonesia merdeka dari penjajahan Belanda. Selama 350 tahun Indonesia dijajah oleh Belanda dan tiga tahun setengah dijajah oleh Jepang. Menurut data penjajahan dunia, Indonesia dalam bentuk negara sudah merdeka. Seluruh dunia sudah mengakui kemerdekaan...

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kategori

Arsip

Posting Populer