Geliat Da’i Langitan di Jambi

Penulis : admin

January 10, 2014

KH. Ubaidillah Faqih berdoa bersama di halaman PP. Kanjeng Sepuh Simpang Kertopati Mandiangin Sarolangun

KH. Ubaidillah Faqih berdoa bersama di halaman PP. Kanjeng Sepuh Simpang Kertopati Mandiangin Sarolangun

Populasi pondok pesantren sejak dulu hingga kini yang terbesar adalah di Pulau Jawa, namun demikian kini di luar Jawa, khususnya di Provinsi Jambi jumlah pondok pesantren juga tidak bisa dibilang sedikit. Berikut catatan kunjungan rombongan Pengurus Pusat Keluarga Santri dan Alumni Pondok Pesantren Langitan (Kesan) yang terdiri KH. Ubaidillah Faqih (Majlis Masyayikh), KH. Fadlil Sa’id An Nadwi (Ketum Kesan), KH. Ahsan Ghozali (Bendahara Kesan), KH. Miftahul Mufid (Sekum Kesan) dan Saiful Huda (Wasek Kesan/penulis) di     Provinsi Jambi selama lima hari. (Redaksi)

Pemandangan yang tak terelakkan ketika mengunjungi Provinsi Jambi adalah perkebunan kelapa sawit dan karet. Sepanjang jalan selepas dari Bandar udara Thaha Syaifuddin Kota Jambi sampai memasuki wilayah Kabupaten Batanghari, lalu Kabupaten Sarolangun setiap pasang mata pasti akan selalu disuguhi rindangnya pohon sawit dan karet. Ini memang cukup beralasan karena memang dari seluruh luasan Provinsi Jambi sekitar 53 ribu Km2, diantaranya adalah sekitar 400 ribu hektar kawasan perkebunan kelapa sawit dan sekitar 600 ribu hektar berupa perkebunan karet.

Hanya Berbekal do’a Kyai

Bermula dari satu dua santri saja yang dikirim untuk berdakwah di Provinsi Jambi, kini jumlah da’i yang dikirim dari Pondok Pesantren Langitan terbilang cukup banyak. Belum lagi ditambah dengan para da’i pribumi yang juga merupakan alumni Pondok Pesantren Langitan. Populasi da’i Pondok Pesantren Langitan yang melakukan usaha dakwah di Provinsi Jambi ini paling besar tersentral di Sarolangun, sebuah kabupaten yang jarak tempuhnya dari Bandar udara Thaha Syaifuddin Jambi sekitar empat sampai lima jam perjalanan.

KH. Ubaidillah Faqih memberi nasehat para santri PP. Ihya’ul Ulum Batu Putih Pelawan Sarolangun

Pengiriman santri Pondok Pesantren Langitan oleh almaghfurlah KH. Abdullah Faqih sekitar dua puluhan tahun yang lalu untuk berdakwah di Provinsi Jambi kini mulai terlihat banyak perkembangan yang signifikan. Minimal hal ini nampak dari banyaknya bermunculan lembaga-lembaga pendidikan seperti pondok pesantren dan madrasah diniyah yang dirintis oleh para da’i-da’i tersebut. Belum lagi lembaga pendidikan lainnya yang dikelola oleh para alumnus pesantren non Pondok Pesantren Langitan seperti Pondok Pesantren Sarang, Lirboyo, Mambaus Sholikhin dan lain-lain.

Tercatat minimal ada tiga belas lembaga pendidikan yang dirintis dan dikelola oleh alumni Pondok Pesantren Langitan, delapan lembaga pendidikan terpusat di Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Merangin ada tiga lembaga pendidikan, dan di Kabupaten Batanghari terdapat dua tempat lembaga pendidikan.

Berdakwah di tanah seberang jelas merupakan pekerjaan yang tidak ringan karena harus berpisah dengan keluarga dan teman sejawat. “Terasa berat sekali,” papar Ro’is Amin yang memulai dakwah di Jambi sekitar tahun 90-an. Namun berkat do’a dari kyai dan modal kesabaran, usaha dakwahnya, khususnya Pondok Pesantren Nurul Huda yang diasuhnya dapat berkembang secara baik sampai sekarang.

Faktor yang memudahkan perkembangan usaha dakwah di Jambi adalah adanya kultur Nahdlatul Ulama yang juga sudah cukup mengakar di masyarakat. “Usaha dakwah kami gampang diterima karena kesamaan kultur Nahdlatul Ulama dan tentunya doa restu dari para masyayikh,” kata Munir Sarja. Menurut lelaki asal Paciran, Lamongan  yang saat ini mengelola Pondok Pesantren Ihya’ul Ulum di Desa Batu Putih Kec. Pelawan Kab. Sarolangun, faktor lain yang mendukung kegiatan dakwah adalah kebutuhan masyarakat terhadap ilmu agama Islam cukup besar. “Masyarakat masih haus terhadap ilmu agama,” ujarnya.

Jarak Jauh Bukan Masalah

Jika di Pulau Jawa, jarak antara satu desa dengan desa lainnya hanya terpaut satu atau dua kilo meter, maka tidak demikian halnya di Provinsi Jambi. Jarak antar desa bisa sampai tiga atau empat kali lipat. Bahkan jarak antar RT bisa melebihi dengan jarak antar desa di kebanyakan Pulau Jawa.

Jauhnya jarak tempuh antar daerah ini juga dirasakan oleh rombongan dari Pondok Pesantren Langitan yang melakukan kunjungan dengan menempuh perjalanan dari Kec. Singkut, Kab. Sarolangun ke Kec. Tabir, Kab. Merangin. Jarah tempuh antar kabupaten yang bersebelahan ini saja dibutuhkan lima jam perjalanan. Belum lagi perjalanan pulangnya yang diminta bertemu dengan para wali murid santri Pondok Pesantren Langitan yang ada di Desa Pematang Kabau, Kec. Air Hitam, Kab. Sarolangun yang harus dilalui dengan masuk hutan selama berjam-jam. “Ternyata daerah yang terpencil di tengah hutan seperti ini ada juga puluhan anak yang nyantri di Pondok Pesantren Langitan. Subhanallah,” kata salah satu yang ikut dalam rombongan.

Bagi warga setempat jauhnya jarak tempuh sudah biasa, sebagaimana diakui oleh Ahmad Bahir. Pria yang berasal dari Ujung Pangkah, Gresik ini menilai jika belakangan ini sudah agak lumayan karena kondisi jalan sudah bisa ditempuh dengan motor atau mobil. “Dulu saat kondisi jalan masih jelek, kami sudah biasa menempun perjalanan ke tempat dakwah itu dengan berjalan kaki sekitar tiga puluh kilo meter, karena kendaraan tidak bisa masuk, apalagi kalau hujan,” ujarnya.

                Menurut pengasuh Pondok Pesantren Kanjeng Sepuh di desa Simpang Kertopati kec. Mandiangin ini, justru yang menjadi tantangan baru sekarang ini adalah ketika alat transportasi gampang diperoleh dan perhatian pemerintah juga besar terhadap lembaga pendidikan Islam. “Inilah tantangan yang lebih sulit sebenarnya. Namun semoga saja kita tetap diberi pertolongan Allah untuk mengembangkan usaha dakwah ini secara terus menerus dan istiqomah,” harapnya.

Sumber: http://menaralangitan.com/

Tulisan Terkait

Haul Almaghfurlah Ustadz H. Saiful Barri ke-5

Haul Almaghfurlah Ustadz H. Saiful Barri ke-5

Langitan - Telah digelar Haul Almaghfurlah Ustadz H. Saiful Barri yang ke-5 pada Ahad, (25/8/2024) yang dimulaipukul 19.00 WIB. Acara yang memperingati lima tahun wafatnya putra menantu Almaghfurlah Syaikhina KH. Abdullah Faqih ini digelar di Aula Darunnajah, PP....

Gus Qoyyum Berikan Resep Nasib Barokah

Gus Qoyyum Berikan Resep Nasib Barokah

Langitan - Peringatan haul para masyayikh merupakan salah satu bentuk ta'dzim santri terhadap guru, karena dengan peringatan dapat mengingat kembali ajaran para guru semasa hidup. Dengan kegiatan ini dilaksanakan, diharapkan generasi selanjutnya dapat mengingat...

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kategori

Arsip

Posting Populer