Langitan – Peringatan haul para masyayikh merupakan salah satu bentuk ta’dzim santri terhadap guru, karena dengan peringatan dapat mengingat kembali ajaran para guru semasa hidup. Dengan kegiatan ini dilaksanakan, diharapkan generasi selanjutnya dapat mengingat kembali kebaikan-kebaikan, terutama keberkahan ilmu yang diberikan.
Hal itu juga dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Langitan yang mengadakan haul pada Kamis, (15/8). Acara tersebut dihadiri oleh sejumlah kiai dan habaib dari penjuru daerah, pemerintah setempat, dan alumni Pondok Pesantren Langitan.
Dalam kesempatan ini, Gus Qoyyum memberikan mauidhah, menyampaikan bagaimana seseorang itu hidupnya harus penuh dengan rasa syukur seperti syukurnya Nabi Nuh ketika diberi kenikmatan oleh Allah Swt.
“Orang hebat dan derajatnya tinggi itu ya abdan syakuron, orang yang banyak rasa terima kasihnya kepada orang tua, ulama, habaib. Tapi, rasa syukur itu tidak mudah, perlu dilatih,” ucapnya.
Selain itu, beliau juga menekankan pentingnya tidak terbawa emosi dan sabar ketika menghadapi suatu permasalahan. Sebagaimana sabarnya Nabi Ibrahim yang diceritakan dalam al-Qur’an.
“Jadi orang itu jangan ngamukan, sabar seperti Nabi Ibrahim. Kalau menghadapi apapun tetap sabar, jangan ada rasa benci, rasa musuh, kita semua saudara. Kita kalau nyari kesalahan pasti akan ketemu, makanya harus legowo dan lapang dada”. Tuturnya.
Di antara resep nasib barokah juga disampaikan Gus Qoyyum dengan menceritakan kisah Nabi Musa dan Nabi Isa yang diberikan sifat mulia dan penuh kebaikan, baik ucapannya maupun tingkah lakunya. Ia mengajak hadirin untuk meneladani sikap para masyayikh Langitan yang selalu mengedepankan adab.
Terakhir beliau menggambarkan sifat Nabi Muhammad yang bil mukminina roufurrohim yang patut kita teladani.
“Nabi Muhammad diberikan keistimewaan oleh Allah dengan sifat welas asih kepada semua makhluk, tanpa memandang status, ini yang perlu kita tiru dan amalkan,” pungkasnya.
Penulis: Ahmad Rizkiansah Rahman
Editor: M. Abdullah Al Faiq
0 Comments