
Gambar: Evgeni Tcherkasski. Sumber: pixabay.com
Dalam Kitab Irsyadul Ibad diterangkan bahwa pelaku kezaliman akan mendapat ancaman yang berat. Dalam surat Ibrahim ayat 62, Allah Swt berfirman;
وَلَا تَحْسَبَنَّ اللّٰهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظّٰلِمُوْنَ ەۗ اِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيْهِ الْاَبْصَارُۙ
“Dan janganlah engkau mengira, bahwa Allah lengah dari apa yang diperbuat oleh orang yang zalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak”
Di sini sudah jelas jika Allah akan memberikan balasan kepada setiap pelaku kezaliman kelak di hari kiamat kelak, di mana setiap mata manusia akan terbelalak menyaksikan berbagai hal yang terjadi di hari kiamat.
Lalu jika para pelaku kezaliman saja mendapat ancaman dari Allah, lantas bagaimana bagi orang yang semasa hidupnya pernah membantu orang berbuat zalim, apakah ia akan mendapat perlakuan yang sama dari Allah?
Dalam kitab Irsyadul Ibad, disebutkan sebuah kisah yang menjelaskan buruknya keadaan orang yang semasa hidupnya pernah membantu pelaku kezaliman. Suatu ketika terdapat seorang ulama yang bermimpi bertemu dengan orang yang dulunya dikenal sering ikut andil dalam sebuah kezaliman. Ia seringkali membantu para pemalak (al-Makkasin) untuk memeras orang-orang secara liar. Ia sendiri tidak ikut langsung dalam praktek kejahatan itu. Akan tetapi ia turut berperan dalam menyiapkan segala hal yang melancarkan praktek kejahatan tersebut.
Kemudian ulama tersebut pun bertanya tentang keadaannya setelah meninggal. “Bagaimana keadaanmu?”. Ia pun menjawab, “Sangat buruk keadaanku”.
Kemudian ulama tersebut bertanya lagi, “kemana kamu kembali setelah meninggal?”. Ia pun menjawab, “saya kembali kepada Azabnya Allah”
Dari kisah di atas, dapat disimpulkan bahwa keburukan dan ancaman siksa tidak hanya berlaku bagi pelaku kezaliman saja, akan tetapi orang yang membantu pelaku kezaliman juga mendapat hal serupa dari Allah Swt. Yakni mendapat azab yang begitu pedih.
Dalam kitab yang sama juga diceritakan bahwa terdapat seorang penjahit Raja bertemu dengan Imam Sufyan Ats-Tsauri, penjahit tersebut lantas bertanya kepada beliau, “Aku ini seorang yang berprofesi sebagai penjahit baju raja (yang zalim), apakah aku juga termasuk golongan orang-orang yang membantu kezaliman?”.
Imam Sufyan pun menjawab, “Justru kamu ini orang yang berbuat zalim”.
Mengenai cerita tersebut, KH. Ubaidillah Faqih menerangkan mengapa penjahit tersebut termasuk orang yang berbuat zalim, karena ia menjadi penjahit bagi raja zalim. Dalam artian membantu menjahit baju raja yang berbuat zalim kepada rakyatnya. Sehingga secara tidak langsung ia pun turut memfasilitasi dan membiarkan raja berbuat zalim kepada rakyatnya.
Penulis: Mahir Riyadl
Editor: Yazid Fathoni
Sumber:
Ngaji Irsyadul Ibad, KH. Ubaidillah Faqih. Selasa, 13/11/2022 https://youtu.be/tlNa8lJ0TBg
Nu online, https://islam.nu.or.id/ubudiyah/perbuatan-zalim-pasti-dapat-balasan-xg1o3
Syekh Zainuddin Al-Malibari, C. (2018). Irsyadul Ibad Ila Sabilil Rosyad. Beirut Lebanon: Darul Minhaj.
0 Comments