Puncak kenikmatan terbesar adalah bisa bertemu dengan Nabi Muhammad Saw. dan menemani beliau di Surga.
Hal itu disampaikan oleh salah satu Majlis A’wan Pon. Pes. Langitan, KH. Ahsan Ghazali dalam peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan di Musholla Agung Pon. Pes. Langitan, Jumat (7/10).
KH. Ahsan Ghazali menyampaikan hal tersebut lewat sebuah kisah. Beliau menceritakan pernah ada salah satu sahabat yang bernama Rabiah bin Kaab al-Aslami, beliau adalah salah seorang yang berkhidmah kepada Nabi.
Saat berkhidmah kepada nabi, beliau merupakan seseorang yang mempunyai dedikasi dan loyalitas tinggi. Beliau sangat aktif dalam melayani Nabi. Bahkan diceritakan beliau ketika tidur selalu di depan pintu Rasulullah. Dengan harapan, ketika Rasulullah keluar ia bisa langsung melayani beliau.
Karena khidmahnya tersebut, tanpa meminta pun Rasulullah sudah akan memberi. Nabi pun menawarinya dengan suatu hal yang istimewa. Rasulullah menyuruhnya untuk menyampaikan satu keinginannya.
Tanpa diduga Rabiah bin Kaab tidak menyampaikan keinginan sebagaimana keinginan orang pada umumnya. Ia tidak meminta harta benda. Ia justru menyampaikan keinginannya untuk berjumpa dan menemani Rasulullah di surga.
“Saya tidak meminta apa-apa, saya tidak berharap apapun. satu harapan pun, tetapi kalau bisa saya menemani anda saat di Surga” Jawab Rabiah
”Masya Allah, Adakah kenikmatan terbesar selain bertemu dengan Rasulullah Saw. di Surganya Allah.” Ungkap beliau.
“Hal ini menunjukan jika puncak kenikmatan adalah bersama Rasul saat di Surga” Imbuh Beliau.
Bergembira dengan Maulid
Selain itu, menantu KH. Abdullah Faqih itu juga menjelaskan betapa beruntungnya seseorang yang berbahagia dan bergembira saat hari kelahiran Nabi Muhammad Saw.
“Orang yang senang dan bergembira saat hari kelahiran Nabi merupakan orang yang beruntung di dunia dan di Akhirat”, tegas beliau.
“Bagaimana seorang yang bahagia dan bergembira saat nabi dilahirkan tidak mendapatkan keberuntungan, sementara Abu Lahab, Seorang yang begitu memusuhi Nabi, yang sudah dinash celaka dalam Al-Quran saja mendapat suatu keberuntungan, yaitu diringankan siksaannya setiap hari senin, gara-gara memerdekakan salah satu budaknya yang bernama Tsuwaibah sebagai ungkapan kegembiraan menyambut kelahiran Nabi.” tambah Beliau.
Sementara itu, Beliau juga menerangkan bahwa esensi memperingati Maulid Nabi itu ada tiga, Pertama, Mengingat Allah SWT, Kedua, Bersyukur atas dilahirkannya Nabi, Ketiga, Meneladani suri tauladan Nabi Muhammad Saw.
Mahirur Riyadl
0 Comments