Orang yang cinta, tentu akan melakukan segala hal demi yang ia cintai dan takut jika ketahuan melakukan apa yang dibenci. Allah adalah Dzat yang Maha Melihat, Mengawasi dan Mengetahui. Dia tahu segala gerak dan semua yang terucap dari hambanya.
Seorang saalik yang ingin mendekatkan dirinya pada yang ia cintai (Allah Swt.), tentu ingin segala gerak yang ia kerjakan, dan segala kata yang terucap, selalu mendapat restu dari Allah Swt. Dalam konteks melakukan apa yang ia cintai dan menjauhi hal yang ia benci. Nah, bagaimanakah cara mengetahui hal tersebut? Ada beberapa cara, yaitu:
- Mendengar
Yaitu mendengar al-Qur’an dan hadis, serta mengaplikasikannya ke dalam setiap gerak kehidupan. Tentu saja hal ini bias terelalisasikan jika saalik mau mempelajarinya, mengetahui maksudnya, hingga mempraktikkannya.
- Melihat
Yang dimaksud di sini adalah melihat dengan mata hati (bashirah al-qalbi), yaitu berangan-angan terhadap segala hal yang terjadi, dengan pemikiran mengambil dan memahami segala sesuatu, sebagai bentuk ‘ibrah(pelajaran). Hal ini sangatlah sulit dan langka. Karena itu, Allah Swt. Kemudian mengutus Rasul ke muka bumi, guna memudahkan jalan bagi makhlukNya, untuk menemukan hal tersebut.
Saalik akan mengetahui hal ini jika ia sudah mengetahui semua hukum syara’ dalam setiap apa yang ia lakukan. Bagian kedua ini adalah mengetahui hikmah pada setiap yang diciptakan oleh Allah Swt. Karena Dia tidak akan Menciptakan sesuatu kecuali bernilai hikmah. Di bagian yang lebih dalam dari hikmah, terdapat tujuan. Dan tujuan inilah yang disebut dengan al-Mahbub, Allah Swt.
Dalam pengambilan hikmah yang bias mengantarkan saalik pada apa yang ia tuju, terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
- Hikmah Jaliyyah (Jelas)
Hikmah jaliyyah adalah seperti mengetahui bahwa penciptaan matahari adalah untuk mengetahui perbedaan antara siang dan malam. Ketika siang, mata bisa melihat dengan mudah hingga bisa digunakan untuk bekerja. Sedang di waktu malam, mata seolah tertutup hingga sangat tepat untuk digunakan istirahat. Ini adalah sebagian dari hikmah matahari padahal, masih banyak hikmah lainnya yang sangat banyak dan sulit terdeteksi.
Dan al-Qur’an telah memuat hal tersebut dalam sebagian hal dari hikmah yang sesuai dengan pemahaman makhluk. Bahkan, hal yang sangat rumit yang otak manusia kadang tidak akan bisa menjangkaunya. Allah SWT. Berfirman: “Sesungguhnya kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian kami belahbumi dengan sebaik-baiknya, lalu kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran” (Q.S. ‘Abasa: 25-28).
- Hikmah Khafiyyah (Samar)
Adalah seperti hikmah penciptaan bintang yang beredar dan berhenti. Tidak semua makhluk bisa mengetahui hikmah penciptaannya. Adapun kadar dari kepahaman mereka adalah bintang sebagai perhiasan langit agar mata bisa merasakan kelezatan untuk memandangnya. Sebagaimana firman Allah: “Sesungguhnya kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang” (Q.S. as-Saffaat: 06).
Segala hal dari alam baik itu langit, bintang, angin, samudera, gunung, mata air, tumbuhan dan hewan, tidak terkecuali semut paling kecil sekalipun, semuanya memuat banyak sekali hikmah yang tak terhingga. Banyak manusia yang tidak mengetahuinya, atau jika tahupun, mereka hanya bisa mengetahui sebagian kecil, bukan keseluruhannya.
Saatnya Dicinta
Allah Swt. telah memberi hikmah dalam kehidupan bahwa seseorang yang dicintai, tentu akan senang jika yang mencintainya semaksud dengan yang ia cintai dan yang ia benci. Maka, pasti Allah Swt.pun akan mencintai hambaNya yang cinta padaNya, jika hambaNya mau menjauhi larangan dan melakukan hal yang Allah cintai. Dan Allah pun pasti akan membalasnya dengan cinta pula.
Adapun, karena kita bukan Rasul yang mendapat petunjuk langsung hingga bias mengetahui secara langsung apa yang di cintai oleh Allah, maka tentu saja yang harus kita lakukan adalah meniru segala tingkah, gerak, dan ucap yang dilakukan oleh Rasul. Dengan melihat firman Allah, sabda Rasul, dan melihat hikmah kehidupan sebagai pembuka tabir jalan yang lurus. Dengan semua itu, semoga kita bisa sesuai dengan apa yang di maksud dan apa yang dicintai oleh Allah Swt. Bukannya tersesat dengan merasa dicinta, padahal mendapat murka.
Sumber: Majalah Langitan / Muhammad Ichsan
0 Comments