Segala pujian taruntuk Dzat yang tak pernah bosan membagi nikmat bagi hambanya. Memberikan kebahagiaan bagi semuanya, menciptakan setiap keindahan dalam bayang-bayang dunia, bahkan setiap ciptaannya tidak luput dari guna dan manfaat untuk hambanya. Dia adalah Dzat yang tak pernah lalai dengan janji-janjinya, dzat yang paling tepat untuk curahan hati dalam duka maupun suka, yang mengetahui bisikan dan kehendak hati manusia, pengabul do’a, serta pemberi kebahagiaan abadi kelak ketika tiada berguna lagi keluarga dan harta.
Banyak sekali keterangan dalam Al-Qur’an ataupun hadits yang menjelaskan tentang fadhilah tafakkur. Allah pun memuji setiap hambanya yang bertafakkur seperti dalam firmannya, “(yaitu) Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “ Ya Tuhan kami, tidaklah engkau menciptakan semua ini sia-sia, maha suci engkau, lindungilah kami dari adzab neraka”.
Dalam sebuah hadits disebutkan, “Tafakkur sesaat itu lebih baik dari pada ibadah satu tahun”.
Diceritakan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa ada suatu kaum yang sedang bertafakkur tentang Dzat Allah Swt., kemudian Nabi berkata : “Bertafakkurlah tentang ciptaan Allah dan jangan bertafakkur pada dzat Allah, karena kalian tidak akan mampu menyelaminya.”
Tafakkur atas Ciptaan Allah
Seorang hamba akan bisa merasakan betapa agungnya Allah ketika mau mengorek lebih dalam atas manfaat, guna, maupun keajaiban-keajaibannya. Seseorang akan bisa mengetahui akan kebesaran Allah, sehingga karenanya hati orang tersebut akan lebih condong dan bersyukur pada nikmat-nikmat yang telah dimiliki, juga bisa lebih berbesar hati dengan menerima setiap nikmat itu tanpa harus mengharap nikmat lain yang semua itu hanya bersumber dari nafsunya. Keadaan demikian akan menambah keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah hingga berimbas akan lahir benih-benih keta’atan, juga akan terlantun bacaan tahmid dan tasbih dalam hati seorang hamba ketika ia menyaksikan setiap keagungan ciptaan Allah dalam seluruh langkahnya. Sungguh betapa besar maha karya Allah, betapa indah racikan kehidupan yang ia suguhkan, betapa menakjubkan setiap goresan yang ia berikan, maha besar dan agung Allah tuhan semesta alam.
Selain itu, tafakkur pada anggota badan secara terperinci juga penting, selain untuk menambah kualitas ibadah kita kepada Allah juga untuk evaluasi diri, muhasabah tentang amal-amal buruk yang kita lakukan yang bertujuan agar manusia menjadi lebih baik dan dalam rangka memepertebal keimanan kepada Allah dengan cara memikirkan maksiat yang telah kita kerjakan ataupun keta’atan-keta’atan yang belum kita lakukan dan memohon keselamatan pada Tuhan.
Tafakkur dalam Tho’at
Maka yang pertama kali harus di evaluasi adalah tentang ibadah sholat maktubah. Tentang bagaimana kita menjalankannya, bagaimana menjaganya dari kekurangan dan keteledoran atau mengganti kekurangan itu dengan memperbanyak sholat sunnah.
Kemudian dalam anggota badan tentang bagaimana pekerjaan yang kita lakukan akan mampu mendekatkan kita pada sesuatu yang dicintai oleh Allah. Seumpama berkata kepada matanya : “Mata itu diciptakan untuk bisa melihat keindahan langit dan bumi sebagai bukti kebesaran Allah, supaya lebih bertaqwa kepada Allah, dan merenungi Al-Qur’an seta hadits. Saya mampu menyibukkan mata ini agar selalu memuthola’ah Al-Qur’an dan hadits tapi saya tidak melakukannya. Dan saya juga mampu melihat pada seseorang yang tho’at dengan pandangan mengagungkannya dan memberikan kebahagiaan pada hatinya. Juga melihat pada orang fasiq dengan pandangan ingkar kemudian menjauhkan dari maksiatnya tapi saya tidak melakukannya”.
Juga berkata pada telinga: “aku mampu mendengarkan kalam hikmah dan ilmu atau mendengarkan bacaan Al-Qur’an dan dzikir, tapi aku tidak menghiraukannya padahal Allah telah memberikan nikmat kepadaku tapi aku mengingkari nikmat itu dengan tidak mensyukurinya”.
Begitu juga tafakkur pada lisan dengan berkata: “Sesungguhnya aku mampu mendekatkan diriku kepada Allah dengan mengajar, member nasihat yang baik, memberikan kabar kebahagiaan bagi orang-orang yang berbuat baik, dan dengan bertanya tentang bagaimana keadaan orang-orang faqir dan memberikan kebahagiaan pada orang yang sholih dan alim dengan kata-kata yang indah. Karena segala bentuk kata-kata yang indah atau baik itu terhitung shodaqoh”.
Begitu juga dengan tafakkur pada hartanya dengan berkata: “Aku bisa menshodaqohkan harta yang tidak kubutuhkan pada orang-orang itu, dan ketika aku membutuhkannya, Allah akan mengganti dengan yang menyamainya apabila aku butuh sekarang.
Begitu juga dengan anggota-anggota yang lain termasuk harta bahkan kendaraan. Karena semua itu adalah sebab-sebab tafakkur, sehingga akan menjadikan kita lebih tho’at kepada Allah, juga akan muncul kethoatan-kethoatan yang lebih sebab tafakkur yang lebih dalam. Juga tafakkur pada keadaan yang menjadikan kita lebih suka pada tho’at, tafakkur pada ihlasnya niat, dan mencari hakikat sesungguhnya dalam suatu ibadah, sehingga seseorang akan mampu membersihkan amal-amalnya.
Tafakkur dalam Maksiat
Bertafakkur dalam maksiat adalah dengan cara mengingatkan pada lisan dan berkata “Aku menggunakannya untuk ghibah, bohong, mengagungkan diri sendiri, menghina orang lain, mencela, berdebat yang tidak perlu dan bercanda yang tidak perlu, dan yang lainnya dalam perbuatan tercela. Kemudian pertama adalah mengakui pada dirinya bahwa semua adalah perkara yang dibenci oleh Allah.
Tafakkur pada telinga dengan berkata “Aku menggunakannya untuk menggunakan ghibah, kebohongan,, kata-kata yang tidak penting, canda gurau dan bid’ah dan semua itu kudengar dari mereka, padahal aku harus menjauhinya dan berbuat nahi munkar”.
Juga pada perut yang adakalnya berbuat maksiat kepada Allah dalam makan dan minum, dengan memperbanyak makan halal padahal itu dibenci oleh Allah dan memperbesar syahwat, yang syahwat tersebut adalah senjatanya syaitan sang musuh Allah. Dan adakalanya makan barang haram atau syubhat. maka renungilah dari mana semua itu berasal baik makanan, pakaian, tempat tinggal, pekerjaan dan apa yang dikerjakan. Juga mengakui pada dirinya bahwa seluruh ibadah itu akan sia-sia jika makanan yang kita makan adalah haram. Dan makanan halal adalah pondasi seluruh ibadah, dan sesungghunya Allah tidak akan menerima sholatnya seseorang yang pakaiannya di beli dengan campuran harta haram. Sebagaimana yang diterangkan oleh hadist.
Dan ini adalah sebagian dari tafakkur pada anggota badan. Ketika dengan tafakkur ini bisa menghasilkan ma’rifat billah maka sepanjang hari orang itu akan tersibukkan dengan muroqobah sehingga dia bisa menjaga anggota tubuhnya dari maksiat.
[Wildan Shofa Nur]
Sumber: menaralangitan.com
0 Comments