Dalam acara puncak Satu Abad NU yang digelar di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Selasa (7/2/23). KH. Zawawi Imron membawakan puisi yang dipersembahkan untuk warga Nahdliyyin.
Isi puisi tersebut mengajak agar warga Nahdliyyin mengingat dan mengenang jasa masyayikh NU seperti Syaikhona Kholil, KH. Hasyim Asy’ari dan sejumlah masyayikh NU yang lain.
Versi lengkap isi puisi yang dibacakan beliau bisa disimak di bawah ini:
‘Bismillah Tentang Sebuah Tongkat’
Yang dikirimkan Syaikhona Kholil lewat KH. Raden As’ad Syamsul Arifin kepada Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari.
Tongkat yang bukan hanya sebuah tongkat.
Tapi tongkat yang menyimpan amanah dan makna.
Tongkat yang akan menjadi tanda dan tonggak pada zaman.
Bahwa kegelapan yang gulita di bumi Nusantara membutuhkan iradah, gerak dan kebangkitan.
Bahwa umat dan rakyat membutuhkan cahaya yang disuluhkan oleh para ulama.
Suluh keadilan, suluh peradaban dan suluh kebenaran.
Lalu tongkat Syaikhona Kholil menandai kebangkitan para ulama.
Maka pada tahun 1926 berdirilah Jam’iyyah Nahdlatul Ulama.
Maka memancarlah cahaya Ahlussunnah wal Jamaah di bumi Nusantara Indonesia
Kenapa bintang jumlahnya banyak?
Yang sembilan terang sekali.
Kenapa kita ikut ulama?
Karena ulama ahli waris nabi.
Kegelapan di alam penjajahan disingkirkan dengan doa dan ketakwaan.
Catatlah dengan tinta madu sari cempaka, setelah Bung Karno memproklamasikan kemerdekaan 17 Agustus 1945, Belanda datang lagi untuk menjajah dan mengkocar-kacirkan perjuangan kemerdekaan.
Tongkat Syaikhona Kholil tegak kembali menjelma fatwa Resolusi Jihad yang dicanangkan oleh KH. Hasyim Asy’ari
Bahwa angkat senjata mengusir penjajah adalah wajib hukumnya dan siapa yang gugur dalam perang melawan Belanda adalah kusuma bangsa yang syahid di jalan Allah.
Maka ketika Belanda menyerang Surabaya, kaum santri, tentara, para buruh, tukang becak, penjual sate, petani dan semua menyerbu ke medan perang untuk mengusir penjajah, si Angkara Murka.
Dengan fatwa Resolusi Jihad, peluru musuh jadi kecil, mitraliur jadi kecil, tank dan bom musuh jadi kecil, Allahu Akbar.
Hanya Allah yang Maha Besar.
Maka itulah hari sakti 10 November Hari Pahlawan.
Pagi ini kita menyongsong 100 tahun Nahdlatul Ulama
Kita sujudkan dahi ke bumi, kita sujudkan hati kepada Ilahi.
Kita kenang jasa Syaikhona Kholil, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, KH. Abdul Wahab Hasbullah, KH. Bisri Syansuri dan semua pahlawan yang namanya harum karena berjasa kepada bangsa dan Tanah Air.
0 Comments