Birrul walidain merupakan ungkapan yang mengandung arti berbakti dan berbuat baik kepada orang tua. Birrul walidain memiliki kedudukan yang tinggi dan termasuk amalan yang berkedudukan paling tinggi pula.
Pada pengajian kitab Irsyadul Ibad kali ini, tema yang dibahas adalah anjuran melakukan birrul walidain. Anjuran tersebut, oleh Imam Zainuddin Al-Malibari diambil dari hadits-hadits Nabi Muhammad saw. Hadits-hadits tersebut bisa disimak di bawah ini.
- Termasuk Amal yang Disukai Allah Swt
عَنِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْتُ: أَيُّ العَمَلِ أَحَبُّ اِلَى الله؟ قَالَ: الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا، قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: بِرُّ الوَالِدَيْنِ، قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ .
Dari Ibnu Mas’ud ra berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah saw, amal apa yang paling disukai Allah?”
Maka Rasulullah saw menjawab, “Melakukan shalat pada waktunya.” Kemudian apa lagi? “Berbakti kepada orang tua.” Lalu apa lagi? ”Kemudian jihad fi sabilillah.” (HR. Bukhari).
- Pahala Birrul Walidain Serupa dengan Haji dan Umrah
عَنْ اَبِيْ يَعْلَى وَالطَّبْرَانِي اَتَى رَجُلٌ اِلَى رَسُوْلِ الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ إِنَّنِي أَشْتَهِي الْجِهَادَ وَلا أَقْدِرُ عَلَيْهِ، قَالَ: هَلْ بَقِيَ مِنْ وَالِدَيْكَ أَحَدٌ؟ قَالَ: أُمِّي، قَالَ: قاتل لِلّهِ فِي بِرِّهَا، فَإِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ فَأَنْتَ حَاجٌّ، وَمُعْتَمِرٌ، وَمُجَاهِدٌ.
Diriwayatkan dari Imam Abu Ya’la dan Ath-Thabrani, “Bahwa ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah saw dan berkata, aku ingin pergi berjihad tetapi aku tidak mampu melakukannya.”
Kemudian Rasulullah saw bertanya padanya, “Apakah salah satu dari kedua orang tuamu masih hidup?” Lelaki tersebut menjawab, “Ibuku.”
Lalu Rasulullah berkata, “Berjihadlah karena Allah dengan berbakti kepada ibumu, jika Engkau melakukannya maka kamu seperti melakukan ibadah haji, umrah dan jihad.”
- Memandang Orang Tua dengan Kasih Sayang sama dengan Haji yang Mabrur
وَالرَّافِعِيّ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: مَا مِنْ رَجُلٍ يَنْظُرُ اِلَى وَجْهِ وَالِدِيْهِ نَظْرَةً رَحْمَة اِلَّا كَتَبَ اللُه لَهُ بِهَا حَجَّةً مَقْبُوْلَةً مَبْرُوْرَةً
Imam Rafi’i meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, beliau berkata, “Tidak ada seorang lelaki yang memandang kepada orang tuanya dengang pandangan kasih sayang kecuali ditulis baginya pahala haji yang mabrur (diterima).”
- Birrul walidain Lebih Utama dari Berperang
وَابْنُ مَاجَه وَالنَّسَائِيُّ وَالْحَاكِمُ ,جَاءَ رَجُلٌ اِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ الله اَرَدْتُ اَنْ اَغْزُوَ وَقَدْ جِئْتُ أَسْتَشِيْرُكَ, فَقَالَ هَلْ لَكَ مِنْ اُمٍّ, قَالَ نَعَمْ, قَالَ فَالْزَمْهَا, فَاِنَّ الْجَنَّةَ عِنْدَ رِجْلِهَا. وَفِي رِوَايَةٍ: أَلَكَ وَالِدَانِ, قُلْتُ نَعَمْ, قَالَ فَالْزَمْهُمَا فَاِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ اَرْجُلِهِمَا
Imam Ibnu Majah, Imam Nasa’i dan Imam Hakim meriwayatkan hadits, “Telah datang seorang lelaki kepada Rasulullah saw kemudian berkata, Wahai Rasulullah aku ingin pergi berperang dan aku datang ke sini meminta petunjukmu.”
Maka Rasulullah menjawab, “Apakah kamu masih mempunyai ibu?” Lelaki tersebut berkata, “Iya”. Lalu Rasulullah berkata, “Maka berbaktilah padanya karena surga berada di bawah telapak kakinya.”
Dalam riwayat yang lain disebutkan, Nabi Muhammad saw bertanya kepada lelaki tersebut, “Apakah kamu masih memiliki kedua orang tua?” Lalu lelaki itu menjawab, “Iya”. Kemudian Rasulullah berkata, “Berbaktilah kepada keduanya karena surga berada di telapak kakinya.”
- Orang yang Paling Berhak Diperlakukan dengan Baik Itu Orang Tua
وَالشَّيْخَانِ, جَاءَ رَجُلٌ اِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ الله مَنْ اَحَقُّ النَّاسَ بِحُسْنِ صَحَابَتِى قَالَ اُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ اُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ اُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ اَبُوْكَ
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan hadits, “Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah saw kemudian bertanya, Siapa orang yang paling berhak untuk kuperlakukan dengan baik dalam hubungan?”
Nabi Muhammad saw pun menjawab, “Ibumu.” Kemudian siapa? “Ibumu.” Kemudian siapa? “Ibumu.” Kemudian siapa? “Ayahmu.”
- Membahagiakan Orang Tua Bisa Menghapus Dosa Besar
وَالتُّرْمُذِىُّ وَابْنُ حِبَّان وَالْحَاكِمُ اَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ رَجُلٌ فَقَالَ اْنِّي اَذْنَبْتُ ذَنْبًا عَظِيْمًا فَهَلْ لِيْ مِنْ تَوْبَةٍ, فَقَالَ هَلْ لَكَ مِنْ اُمٍّ فَقَالَ لَا قَالَ فَهَلْ لَكَ مِنْ خَالَةٍ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَبَرِّهَا
Imam Tirmidzi, Imam Ibnu Hibban dan Imam Hakim meriwayatkan hadits, “Telah datang lelaki kepada Nabi Muhammad saw kemudian berkata, Saya telah berbuat dosa besar, apakah masih ada ruang untuk bertaubat?”
Maka Nabi saw bertanya padanya, ”Apakah kamu masih punya ibu?” Lelaki tersebut menjawab, “Tidak.”
Lalu Nabi saw bertanya lagi, “Apakah kamu masih punya bibi?” Lelaku tersebut menjawab, “Iya”. Kemudian Nabi saw berkata, “Maka berbaktilah padanya.”
- Doa Orang Tua Ibarat Doa Nabi kepada Umatnya
وَالدَّيْلَمِى, دُعَاءُ الْوَالِدُ لِوَلَدِهِ كَدُعَاءِ النَّبِيّ لِأُمَّتِهِ
Imam Ad-Dailami meriwayatkan hadits, “Doa orang tua kepada anaknya itu sebagaimana doa nabi kepada umatnya.”
- Membahagiakan Orang Tua yang Sudah Meninggal
وَاَبُوْ دَاوُدَ وَابْنُ مَاجَه عَنِ مَالِكِ بْنِ رَبِيْعَة السَّعِدِيّ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ َعَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِذْ جَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِي سَلَمَة فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ هَلْ بَقِيَ مِنْ بِرِّ اَبَوَيّ شَيْءٌ اَبَرُّهُمَا بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا فَقَالَ نَعَمْ الصَّلَاةُ عَلَيْهِمَا اَيْ الدُّعَاءُ وَالْإِسِتِغْفَارُ لَهُمَا وَانْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا وَصِلَةُ الرَّحْمِ التى لَا تُوْصَلُ اِلَّا بِهِمَا وَاِكْرَامُ صَدِيْقِهِمَا
Imam Abu Dawud dan Imam Ibnu Majah meriwayatkan dari Malik bin Rabia’ah As-Sa’idi. Beliau berkata, “Ketika kami duduk bersama Rasulullah saw tiba-tiba datang seorang lelaki dari bani Salamah, kemudian lelaki itu berkata, Wahai Rasulullah apakah masih ada cara untuk membahagiakan orang tua setelah meninggal?”
Kemudian Rasulullah menjawab, “Ada, yaitu mendoakan keduanya, yakni dengan berdoa dan memintakan istighfar untuknya, memenuhi janji-janjinya setelah meninggal, dan memuliakan sahabat-sahabatnya.”
Penulis: Mahirur Riyadl
Editor: Faiq
0 Comments