Kamis, 10 November 2016 dan 10 Shaffar 1438, adalah hari Haul Langitan ke-46, tepat bertepatan dengan Hari Pahlawan Nasional. Haul sekaligus mengingatkan kita kepada para pahlawan Nasional saat 10 November. Jika dirincikan Haul kali ini adalah Haulnya KH. Abdul Hadi Zahid ke-46, KH. Ahmad Marzuki ke-17, KH. Abdullah Faqih ke-5. Sudah seperti pada acara Haul sebelumnya. Pra acara (Rabu, 9 November 2016) diisi dengan hataman al-Qur’an bil ghoib di mushola agung Langitan dan para santri diwajibkan untuk menyimaknya sampai hatam hingga kamis pagi pukul 07.30 WIS dengan cara bergilir. Lalu esoknya pembacaan do’a hataman dipimpin langsung oleh beliau KH. Ubaidillah Faqih. Tidak hanya di mushola agung saja, mushola disekitar Langitan pun juga ikut berpartisipasi. Seiring berjalanya pembacaan Al-Qur’an, waktu 17.00 WIS para santri juga diwajibkan untuk berziarah ke makam para masyayekh Langitan.
Kamis pukul 12.30 WIS setelah jama’ah dzuhur acara Haul telah dimulai. Seperti biasa sambil menunggu kehadiran para undangan, terlebih dahulu acara diisi dengan sholawatan oleh grup Al-Muqtashidah (Legend). Setelah pembacaan sholawat selesai acara langsung dilanjut dengan pembacaan surat yasin dan tahlil oleh Habib Hasan bin Hud. Lalu disambung dengan pembacaan Rotibul Haddad sekaligus pengijazahanya oleh Habib Nabil dari Surabaya. Pengijazahan Rotibul Haddad termasuk salah satu acara rutin pada Haul Langitan. Sebelum Habib Nabil yang mengijazahkan Rotibul Haddad adalah kakaknya yaitu Habib Ali bin Husain Al-Haddad Surabaya.
Ada sedikit perbedaan pada acara Haul ke-46 ini, biasanya mauidhoh hasanah pada Haul sebelumnya bisa sampai empat kali. Akan tetapi Haul Langitan ke-46 ini hanya dua kali mauidhoh. Yang pertama yaitu Kh. Abdul Qoyum Mansyur dari Lasem. Beliau Gus Qoyum (panggilan akrab) masih ada hubungan keluarga dengan Ibu nyai Hunainah, istri dari almarhum Kh. Abdullah Faqih. Salah satu kutipan mauidhoh yang paling mengena adalah “Nek ono wong mangan ko sampe wareg iku berarti bid’ah kang paling pertama. Mergo kanjeng nabi boten nate dahar wareg[1]”
Mauidhoh hasanah yang kedua dan yang terakhir adalah Habib Umar Muthohar dari Semarang. Beliau bisa disebut sebagai mauidhoh tetap pada acara Haul Langitan, karena memang pada acara Haul sebelum-sebelunnya, Habib Umar selalu menjadi penutup mauidhoh sekaligus do’a acara. Akan tetapi sudah menjadi kebiasaan di Langitan, bahwa setiap acara besar di Langitan seperti Haul ataupun yang lainya, do’a setelah mauidhoh selalu lebih dari satu. Artinya, kita harus memperbanyak do’a, sehingga kita bisa lebih mantep dan yakin, apalagi yang memimpi adalah orang-orang alim.
Setelah dicatat, jumlah muhadir pada acara Haul ke-46 ini sudah menembus 10.000 lebih, yaitu setengah kalilipat dengan acara Haul tahun lalu. Itu juga belum menghitung muhadir yang masih berada di luar pondok. Acara selesai tepat pukul 16.50 WIS. Sudah menjadi tradisi di pesantren, jamuan satu talam untuk tujuh santri adalah momen sangat indah di pesantren. Para tamu undangan dan alumni pun ikut berantusias seperti halnya dulu ketika mereka masih mondok di Langitan. Berbeda dengan tamu undangan VIP pastinya hidangan beliau-beliau lebih istimewa dibandingkan tamu yang lainya.
Selepas acara Haul, mushola Langitan kembali penuh dengan para santri, karena jama’ah sholat ashar akan segera dilaksanakan. Para tamu pun juga demikian. Diwaktu waktu ba’da maghribnya dilanjut dengan khataman Al-Qur’an binnadzor yang dipimpin oleh Kh. Ali Marzuki, putra dari almarhum KH. Marzuki Zahid. Seluruh santri wajib membaca satu juz sesuai surat yang sudah dibagikan oleh masing-masing asrama sebelum Haul tiba. Setelah khatam, pembacaan do’a pun juga dipimpin oleh Kh. Ali Marzuki. Setelah jama’ah sholat isya’ acara terakhir akan segera laksanakan. Yaitu pembacaan sholawat di aula Langitan dan dipimpin oleh Habib Hasan bin Hud dari Jombang beserta rekan-rekan banjari dari majlisnya. Ada catatan penting, Langitan tidak melupakan produk sendiri, Al-Muqtashidah Legend pun ikut andil demi gebyarnya sholawat di bumi Langitan.
Oleh : M. Luthfi Sp.
[1] “Jika ada orang makan kok sampai kenyang, itu berarti bid’ah yang pertama. Karena Nabi Muhammad tidak pernah makan hingga kenyang.”
0 Comments