
Keterangan Gambar; Habib Abdul Qadir al-Jailani saat berbincang-bincang dengan KH. Ubaidillah Faqih di Ndalem pada saat kunjungan beliau ke PP. Langitan Rabu, (12/6).
Dalam tausiah saat kunjungan di PP. Langitan pada Rabu, (12/6) habib Abdul Qadir menceritakan masa-masa saat beliau masih menuntut ilmu di Tarim.
Beliau menceritakan betapa susahnya santri zaman dahulu saat mencari ilmu, berbeda dengan sekarang yang serba mudah karena fasilitas yang lengkap dan didukung kemudahan-kemudahan yang lain.
“Kita ketika dalam masa-masa menuntut ilmu di Rubath Tarim tidak merasakan sebagaimana yang kalian rasakan sekarang, kalian dipermudah dengan segala fasilitas yang ada untuk mencari ilmu” kata beliau.
“Dulu ketika kami mencari ilmu di Rubath Tarim tidak ada listrik, tidak ada kipas, walaupun begitu kita bersungguh-sungguh, berusaha semaksimal mungkin dengan segala keterbatasan yang ada.” lanjutnya.
Habib Abdul Qadir juga bercerita kalau dulu itu bolpoin itu jarang, buku atau kitab pun terbatas, kadang satu kitab digunakan tiga orang.
“Waktu kami mencari ilmu, tidak ada bolpoin, kita pakai pensil, dan kita gunakan pensil itu untuk mencatat ilmu sampai pensil itu tinggal sedikit tetap kita pakai.”
“Listrik yang menjadi penghantar lampu itu juga sangat sedikit sekali kapasitasnya, dan lampu yang digunakan penerangannya sangat-sangat minim sekali sampai-sampai kalau kita belajar, membaca, atau menulis itu butuh mendekatkan lampu itu dengan kitab yang dipelajari.” kenang habib yang menjadi Mudir di Rubath Tarim itu.
Bahkan dalam hal makanan, di zaman beliau menuntut ilmu keadaannya sangat terbatas. Tidak seperti saat ini yang ada beragam menu dan varian.
“Dulu waktu kita belajar bahkan kurma pun sampai kita bagi menjadi dua. Berbeda dengan saat ini, kalian banyak sekali yang kalian makan, ada ikan asin, nasi goreng, ada kerupuk, tempe dan yang lain, dulu makanan-makanan seperti itu, seperti daging itu sangat langkah dan jarang sekali kami memakannya.” kenang Habib Abdul Qadir.
Tidak hanya itu, beliau juga menceritakan kalau para santri pada waktu dulu tidak akan tidur di malam hari sebelum benar-benar hafal dan paham materi yang kemarin diajarkan.
“Kita tidak tidur di malam hari sampai kita selesai menghafalkan pelajaran-pelajaran yang sudah diajarkan, karena besok ketika waktunya dars kita akan ditanya tentang hafalan-hafalan kita, dan kita akan diberi materi baru” cerita habib Abdul Qadir.
“Apabila ada salah satu santri di antara kita yang tidak mampu menjawab pertanyaan dari sang guru maka kita akan disuruh berdiri, bahkan tidak jarang di antara kita berdiri dengan kaki satu karena tidak bisa menjawab.” lanjut beliau.
Oleh karena itu, dengan segala kelengkapan dan kemudahan yang ada pada saat ini, habib Abdul Qadir berpesan supaya para santri bersyukur dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
“Maka ketika kalian berada di dalam kenikmatan, jagalah kenikmatan itu, karena sesungguhnya maksiat bisa menghilangkan kenikmatan.Jagalah nikmat itu dengan bersyukur kepada Allah, karena Allah Swt adalah dzat yang cepat memberikan balasan.” pesan beliau.
“Hendaklah kalian senantiasa bersyukur kepada Allah Swt, syukurilah apa yang kalian dapatkan! Apa yang ada pada saat ini, yang kalian rasakan ini adalah anugerah yang sangat besar dari Allah” pungkas beliau.
Pewarta: Mahirur Riyadl
Editor: Abdullah Al-Faiq
0 Comments