Tepat 77 tahun lalu, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya melalui dua tokoh bangsa yakni presiden pertama NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) beserta wakilnya. Sejak saat itu, tanggal 17 Agustus menjadi tanggal yang sangat penting bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hingga saat ini, untuk mengenang dan memperingati peristiwa sejarah penting tersebut masyarakat Indonesia memperingatinya dengan berbagai cara sebagai simbol penghargaan terhadap jasa pahlawan terdahulu. Diantara yang paling banyak digelar sebagai peringatan kemerdekaan adalah dengan upacara bendera.
Begitu pula dengan Pon. Pes. Langitan yang mengadakan upacara bendera. Upacara tersebut diikuti oleh seluruh siswa Madrasah al-Falahiyah. Mulai dari tingkatan MI hingga Aliyah. Upacara tersebut juga dihadiri oleh segenap asatidz dan masyayikh Pon. Pes. Langitan.
Selain acara seremonial sebagaimana lazimnya upacara, upacara tersebut juga diselingi dengan akrobat pencak silat dari Pagar Nusa dan tari sufi.
Hadir juga dalam upacara sebagai tamu undangan sekaligus memberikan mauidhoh hasanah dari KH. Amirin. Dalam maudihohnya, beliau menuturkan tentang kehebatan menjadi seorang santri dibanding mereka yang tidak menjadi seorang santri atau siswa sekolah formal. “Kalo nyantri, besok mau jadi apa? Toh palingan juga modin!” kiranya begitu kalimat beliau dalam mengawali pembukaan materi mauidhohnya.
Lantas, beliau menjelaskan kehebatan santri dan kiprahnya dalam negara ini. Beliau kemudian menyebutkan contoh seperti halnya KH. Abdurrahman Wahid, seorang santri yang mampu menjadi presiden ke-4 Indonesia.
Keutamaan Ilmu
Selain menjelaskan perihal presiden dengan latar belakang pesantren, beliau meneruskan penjelasan tentang pentingnya ilmu bagi seorang santri. Beliau mencontohkan dengan Nabi Sulaiman, dimana kala itu beliau pernah ditanya oleh Allah SWT mengenai kebutuhan beliau. Allah menawarkan tiga pilihan kepada Nabi Sulaiman. Penawaran pertama adalah harta (mal), kekuasaan (mulk), dan yang terakhir adalah ilmu. Kesemuanya akan diberikan oleh Allah SWT pada nabi Sulaiman.
Akhirnya dengan kebijaksanaannya, Nabi Sulaiman memilih ilmu yang mana ia diakhirkan dari semua penawaran yang diberikan sebagai gambaran dari hal-hal yang sering menggiurkan di mata manusia.
Ternyata, dibalik urutan penawaran ada sebuah rahasia tersembunyi yang hanya bisa dipahami dari urutan terakhir. Yakni, dari sebuah ilmu akan menuntun pada jabatan atau kekuasaan, lantas membawa orang yang berilmu tersebut pada kekayaan.
Tak bisa dipungkiri bahwa hal ini memang terjadi pada kehidupan Nabi Sulaiman. Nabi yang berilmu, memiliki kekuasaan sebagai seorang raja, bahkan memiliki kekayaan yang tak bisa dibandingkan dengan orang-orang setelahnya. “Jadi, seorang santri itu harus percaya diri dengan identitas kesantriannya”, pungkas beliau sebagai penutup dari mauidhoh hasanah dipagi itu.
Sofiansyah
0 Comments