Dalam seremoni pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) Kesan ke-5 yang digelar di halaman Madrasah al-falahiyah (27/06/22), turut hadir Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH. Yahya Cholil Staquf. Akan tetapi beliau tidak bisa menghadiri acara tersebut secara langsung, melainkan melalui daring dalam platform Zoom dari kantor PBNU, Jakarta.
“Terima kasih telah menyertakan saya di dalam majelis yang saya yakin mubarak ini, walaupun dengan permohonan maaf, saya hanya mampu mengikuti secara virtual melalui sambungan internet” Ungkap KH. Cholil Yahya Staquf mengawali sambutannya.
“Mudah-mudahan sambungan internet ini juga mampu menyalurkan barakah, bukan hanya gambar dan suara tapi juga barakah dari majelis ini juga terkirimkan lewat internet kepada saya” tambahnya KH. Yahya Cholil Staquf sendiri merupakan satu diantara para tokoh yang menyampaikan sambutan dalam acara pembukaan Munas ke-5 Kesan ini. sebelumnya, Akhmad Djazuli juga menyampaikan sambutannya mewakili dari Gubernur Jatim yang berhalangan hadir.
Pentingnya Sanad Keilmuan
Dalam pemaparannya KH. Yahya Cholil Staquf menyinggung perihal pentingnya sanad atau genealogi keilmuan yang jelas yang harus dimiliki oleh setiap orang. Sanad ini penting, mengingat dewasa ini banyak sekali dijumpai orang yang tidak mempunyai kompetensi ilmu agama yang jelas, tapi sudah percaya diri membawa agama dalam setiap forumnya. Fenomena ini yang menjadi perhatian serius KH. Yahya Cholil Staquf.
“Dewasa ini ada fenomena, bahwa banyak orang merasa tidak lagi perlu mengambil agama dari para ulama yang bersanad dengan bersungguh-sungguh mengambil barakah dari intisab itu sendiri” Ungkapnya
Kekhawatiran KH. Yahya Cholil Staquf sendiri bertambah berat, mengingat saat ini kondisi tersebut juga ditunjang dengan perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat. Berbagai macam Plattform media sosial sudah menjamur dalam masyarakat. Sedangkan peredaran informasi didalamnya tidak bisa begitu saja dikendalikan.
“Saya khawatir bagaimana orang-orang dengan teknologi informasi yang ada saat ini, orang semakin mudah mendapat informasi tentang banyak hal termasuk sendi-sendi keagamaan, ada memang dan terlihat kecenderungan orang menggampangkan proses dalam mengambil ilmu agama yang sebenarnya adalah agama itu sendiri tanpa menyertakan himmah untuk mendapatkan barakah darinya melalui para ulama” Lanjutnya
Oleh sebab itu, menurut Gus Yahya -sapaan akrabnya, hal yang perlu untuk digalakkan kembali adalah semangat dalam perihal sanad ini. Kesadaran akan pentingnya sanad kepada guru-guru yang jelas ini sangat perlu disosialisasikan.
Beliau juga menyitir salah satu perkataan dari Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari dalam Muqaddimah Qanun Asasi,
“Kita perlu ingat bahwa sejak awal yang oleh Hadratussyaikh KH. M. hasyim Asyari untuk bergabung dalam jamiyyah NU ini adalah para ulama yang mendapatkan ilmunya melalui sanad dan memelihara sanadnya” Ungkapnya. Lebih lanjut beliau mengutip secara utuh kalam dari KH. Hasyim Asy’ari tersebut:
ﻗﺪ ﺃﺧﺬﺗﻢ ﺍﻟﻌﻠﻮﻡ ﻣﻤﻦ ﻗﺒﻠﻜﻢ ﻭﻣﻦ ﻗﺒﻠﻜﻢ ﻣﻤﻦ ﻗﺒﻠﻪ ﺑﺎﺗﺼﺎﻝ ﺍﻟﺴﻨﺪ ﺇﻟﻴﻜﻢ ﻭﺗﻨﻈﺮﻭﻥ ﻋﻤﻦ ﺗﺄﺧﺬﻭﻥ ﺩﻳﻨﻜﻢ ﻓﺄﻧﺘﻢ ﺧﺰﻧﺘﻬﺎ ﻭﺃﺑﻮﺍﺑﻬﺎ،ﻭﻻ ﺗﺆﺗﻮﺍﺍﻟﺒﻴﻮﺕ ﺇﻻ ﻣﻦ ﺃﺑﻮﺍﺑﻬﺎ،ﻓﻤﻦ ﺃﺗﺎﻫﺎ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺃﺑﻮﺍﺑﻬﺎ ﺳﻤﻲ ﺳﺎﺭﻗﺎ
“Kalian telah menimba ilmu-ilmu dari orang-orang sebelum anda, dan orang-orang sebelum anda menimba dari orang-orang sebelum mereka, dengan jalinan sanad yang bersambung sampai kepada anda sekalian. Anda sekalian selalu meneliti dari siapa anda menimba ilmu agama anda itu. Maka anda-lah para penjaga dan pintu gerbang ilmu-ilmu itu. Jangan memasuki rumah-rumah kecuali dari pintu-pintunya. Barangsiapa memasukinya tidak lewat pintu-pintunya, akan disebut pencuri.”
Terakhir beliau berharap agar umat Islam di Indonesia tetap berpegang teguh kepada para ulama serta selalu menggali ilmu-ilmu dari mereka. Jangan sampai umat ini semakin menjauh dari para ulama.
“Semoga umat ini tidak terus terjerumus dalam kecenderungan ini -wal iyadzu billah- sampai pada taraf al-firar atau menjauh dari para ulama” Ungkap Ketum PBNU ini.
Hal ini juga selaras dengan tugas dan misi utama yang beliau emban dalam memimpin organisasi Islam terbesar di dunia ini. Dimana salah satu misi utamanya adalah mengembalikan ruh dan semangat untuk kembali berintisab kepada para ulama.
“Bahwa tugas utama dari PBNU adalah mengembalikan lagi, Ittiba’ ulama diantara jamaah ummat kita, agar jamaah kita kembali menghargai barakah intisab kepada para ulama, kembali memiliki gairah tabarruk kepada para ulama dengan sanad yang diemban” Tambahnya.
(Yazid)
0 Comments