Seseorang itu pada dasarnya pasti bakal menghina apabila sedang dalam keadaan marah. Walaupun sebelumnya tidak ada yang perlu untuk dihina. Ia akan mencari celah seakan-akan ada dan pantas untuk ia hina.
Ada sebuah ahli syi’ir menembangkan dua bait syi’irnya yang mempunyai makna bahwasanya, apabila teman mempunyai sifat yang jelek, seperti judes, jutek, dan sebagainya maka jangan menirukan dan membalas kepada teman kita yang lain dengan sifat yang ada pada teman kita itu.
Apabila diberi sikap seperti itu, maka kita harus menyikapi dengan tanggapan yang baik, yang enak. Dengan cara menjadikan diri kita lebih baik dari sebelumnya. Jika kita bersikap tidak enak pada teman kita, maka resiko yang dialami juga akan bertambah, bisa jadi teman marah pada kita akibat sikap tidak enak yang kita berikan padanya.
Bersikap enak kepada teman kita juga akan memberikan suatu rasa harmoni yang lebih terjaga. Dengan itu hubungan pertemanan akan tampak solid. Dengan cara bersikap enak, maka teman kita akan nyaman dan bersikap enak juga kepada kita.
Namun kita juga harus berhati-hati apabila mendengar pujian teman kita setelah melakukan sikap enak kepadanya. Seperti contohnya, “Tidak ada orang tampan di dunia melebihi ketampananmu,” dan sebagainya. Pujian tersebut mengandung ancaman bahwasanya jika kita melakukan sikap tidak enak sekali saja kepadanya maka dia akan merubah sikap menjadi seseorang yang lebih tidak suka kepada kita dibandingkan teman yang lain.
Orang baik adalah orang yang mampu memperbaiki sikap tidak baik yang dilakukan kepadanya. Banyak orang yang mengatakan, bersikap baik kepada orang baik sangatlah mudah, namun bersikap baik dengan orang yang bersikap tidak baik sangatlah sulit.
Orang baik dapat menyambung suatu tali hubungan yang telah terputus akibat sikap yang dimilikinya. Seperti contoh memberikan sesuatu kepada orang yang walaupun orang tersebut tidak pernah memberikan apapun kepadanya.
Orang baik yang asli benar-benar mempunyai sikap yang baik, tidak akan memilih-milih untuk melakukan perbuatan baik. Tidak peduli walau toh orang yang ia hadapi berbuat tidak baik kepadanya. Tidak terombang-ambing sikap seseorang.
Penulis: Arsyad Nuruddin
Editor: Abdulloh Al-Faiq
Video: Hikmah ke 73 – Pengajian Kitab Al Hikam Lil Imam Al Haddad | KH. Abdullah Habib Faqih
0 Comments