Dikatakan oleh Al-Habib Abdullah bin Alawy Al-Haddad, sulit bagi orang yang hatinya sudah dikuasai cinta terhadap dunia untuk melewati jalan yang mengantarkan pada keselamatan. Orang seperti ini memang terselamatkan di saat hidup di dunia, namun di akhirat dia akan sulit untuk terselamatkan.
Seseorang apabila telah mendahulukan cinta terhadap dunia, akan mendahulukan apa yang ia cintai dan melupakan kebalikan dari dunia, yaitu akhirat. Jika sudah sangat dekat dengan yang cintai maka sangatlah sulit untuk menuju jalan keselamatan.
Sudah menjadi watak dari setiap manusia, yaitu cinta terhadap sesuatu yang baik. Mahabbah sendiri yaitu “سيل النفس إلى ما تراه وتظنه خيرا” (Condongnya nafsu terhadap sesuatu yang dilihat. Dan kamu menyangkanya itu baik).
Mahabbah itu ada yang ath-thabi’iyyah, yaitu mahabbah yang asli, natural atau alami. Seperti contoh, ketika ditanya mengenai baju yang bagus dan jelek, pasti tahu dan akan memilih baju yang bagus. Jika ada seseorang yang suka dengan baju yang jelek, itu malah perlu dipertanyakan. Dan mahabbah ini tidak hanya berlaku pada manusia saja, hewan juga memiliki watak asli seperti halnya manusia.
Ada yang al-ikhtiyar, yaitu ketika cinta yang mulanya tidak suka namun menjadi suka. Seperti halnya pertama kali masuk pesantren, pasti tidak akan betah, namun saat telah lama di pondok ketika disuruh pulang tidak mau akibat sudah betah di pondok. Semua karena cinta yang mendalam. Mahabbah ini biasanya sering disebut cinta yang abadi. Mahabbah ini hanya berlaku pada manusia saja, tidak berlaku terhadap hewan.
Tempatnya cinta itu di dalam hati, jika kamu cinta terhadap dunia maka jangan dimasukkan ke dalam hati, cukup simpan pada genggaman tangan karena apabila di saat dunia kita hilang, kita tidak akan lagi memikirkannya. Jangan terlalu cinta terhadap dunia agar tidak terlalu memikirkan ketika kehilangannya.
Penulis: Arsyad Nuruddin
Editor: Abdulloh Al-Faiq
0 Comments