Ngaji Al-Hikam: Hikmah Ke-49, Rendah Hati dan Bersikap Tawadlu

Penulis : Tim Admin

June 18, 2023

Dikatakan oleh Al-Habib Abdullah bin Alawy Al-Haddad mengenai beberapa akhlak yang mulia, di antaranya yaitu rendah hati dalam menjalani hidup walaupun tidak mempunyai harta lebih, dengan tetap berkepribadian yang bersih, tidak memperlihatkan kekumuhan walaupun hanyalah orang yang tidak mempunyai harta lebih. Karena umumnya seseorang yang bisa berkepribadian bersih hanyalah orang yang punya harta lebih.

Begitupun terhadap orang yang mempunyai harta, harus bisa untuk bersikap rendah hati dengan cara tetap menjalani kehidupan secara sederhana. Tidaklah berlebih-lebihan dalam melakukan sesuatu. Bersikap mewah dalam memberikan jamuan seperti ketika ada tamu, namun sederhana jika di hari-hari biasa.

Definisi akhlak sendiri merupakan suatu ungkapan dari keadaan yang melekat kuat dalam jiwa seseorang. Seperti yang diungkapkan oleh Imam Ghozali di dalam kitab Riyadlotun Nafs Ihya’ Ulumuddin,  yaitu suatu ungkapan yang melekat kuat dalam jiwa seseorang sehingga mampu muncul dari anggota luarnya tanpa proses perenungan dan pemikiran.

Apabila keadaan yang melekat kuat dalam jiwa itu bagus, maka akan mengeluarkan perbuatan-perbuatan bagus, yang disebut dengan akhlaqul karimah. Namun apabila keadaan yang melekat kuat dalam jiwa itu buruk, maka akan memunculkan perbuatan buruk yang disebut akhlaqul mazmumah atau akhlaqul qobiihah. Akhlak tidak perlu dipikirkan, ia akan keluar dengan sendirinya.

Akhlak sendiri bermacam-macam, ada akhlaqul karimah contohnya tawadlu, ikhlas, mendahulukan orang lain, berkasih sayang, dan masih banyak yang lainnya. Akhlaqul mazmumah juga banyak contohnya, seperti riya’, takabbur, hasud, ujub dan lainnya.

Di antara akhlak yang paling baik itu ada tiga; pertama merasa tawadlu meski dalam keadaan mulia, karena secara sifat, manusia pasti menginginkan untuk selalu dimuliakan. Namun dengan bersikap tawadlu itu sendiri, sudah menjadikan seseorang menjadi mulia. Dan tawadlu yang terbaik adalah ketika dalam keadaan mulia namun tidak ingin dimuliakan.

Imam Hasan bin Sayyidina Ali suatu ketika pernah berpakaian yang bagus kemudian ditanya oleh seorang kiai, “Hai Imam Hasan, Kamu cucunya nabi kok pakaiannya bagus-bagus.” Lalu Imam Hasan menjawab pertanyaan tersebut, “Aku berpakaian bagus karena ingin menunjukkan bahwa aku tidak membutuhkan pemberian dari orang lain.” Dengan berpakaian bagus seperti itu, memiliki maksud supaya orang menilainya telah berkecukupan dan tidak mengharapkan pemberian orang lain. Sekarang banyak yang menunjukkan keinginannya agar diberi orang lain dengan cara berpakaian yang jelek.

Penulis: Arsyad Nuruddin

Editor: Faiq

Sumber: Pengajian Kitab Hikam Langitantv

 

Tulisan Terkait

Kenapa Ilmu Tauhid Wajib Dipelajari?

Kenapa Ilmu Tauhid Wajib Dipelajari?

Di zaman sekarang, kajian dan diskusi terkait ilmu tauhid atau ilmu kalam tidak sebanyak ilmu-ilmu yang lain. Di pengajian umum, misalnya, seringkali yang dibahas hanya berputar di antara fikih dan tasawuf, sangat jarang sekali ilmu tauhid menjadi pembahasan utama. ...

Kisah Keajaiban Membaca Laa Ilaha Illallah 70.000 Kali

Kisah Keajaiban Membaca Laa Ilaha Illallah 70.000 Kali

Dalam tradisi keislaman, cerita-cerita tentang keajaiban doa dan amalan sering kali menjadi sumber inspirasi dan keimanan bagi umatnya. Salah satu cerita yang menarik adalah yang disampaikan oleh Syekh Abu Zaid Al Quthubi, yang ditemukan dalam kitab Irsyadul Ibad...

Peristiwa-Peristiwa Penting yang Terjadi di Bulan Muharram

Peristiwa-Peristiwa Penting yang Terjadi di Bulan Muharram

Sebentar lagi kita akan memasuki bulan Muharram, menurut perhitungan kalender yang diterbitkan PP. Langitan, awal bulan Muharram 1446 H akan jatuh pada hari Ahad 7 Juli 2024.  Bulan Muharram memiliki beberapa peristiwa penting yang menjadikannya salah satu bulan yang...

Bekal 1 Muharram 1445 H, Ini Amalan-Amalannya!

Bekal 1 Muharram 1445 H, Ini Amalan-Amalannya!

Bulan Muharram merupakan bulan pertama dalam kalender Hijriah, sedangkan bulan Dzulhijjah sebagai bulan terakhir. Oleh karena itu, Muharram diperingati sebagai awal tahun baru Hijriah atau tahun baru Islam. Adapun Dzulhijjah diperingati sebagai akhir tahun Hijriah....

Hukum dan Tatacara Shalat Idul Adha

Hukum dan Tatacara Shalat Idul Adha

Shalat Idul Adha adalah shalat sunnah dua rakaat yang dilaksanakan setiap hari raya Idul Adha atau pada tanggal 10 Dzulhiijah dalam kalender Hijriah. Shalat Idul Adha, menurut madzab Syafi'i dan Maliki hukumnya sunah muakkad (sangat dianjurkan). Sementara menurut Imam...

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kategori

Arsip

Posting Populer