Menarik, KH. Sholeh Tsauban Paparkan 10 Poin penting di Halaqah Ramadhan Langitan TV (Part 1)

Penulis : Tim Admin

March 28, 2023

Halaqah Ramadhan seri kedua: KH. Sholeh Tsauban sedang menerangkan materi di Halaqah Ramadhan yang diselenggarakan di di kantor Idaratil Ammah lt. 2 Pondok Pesantren Langitan, Sabtu (25/3/24).

Dalam program Halaqah Ramadhan Langitan TV, KH. Sholeh Tsauban, pengasuh PP. Diniyah An Nur Al Maliki Bojonegoro membahas 10 poin menarik di acara seri kedua yang diselenggarakan di kantor Idaratil Ammah lt. 2 Pondok Pesantren Langitan, Sabtu (25/3/24).

Dalam acara yang disiarkan secara langsung di kanal Youtube Langitan TV tersebut beliau memaparkan secara rinci terkait 10 poin tersebut. Berikut di antara 10 pembahasannya:

Tingkatan Puasa

Dalam sesi pembukaan, beliau membahas tingkatan orang dalam berpuasa. Menurut kiai Sholeh, tingkatan orang yang sedang berpuasa itu dibagi menjadi tiga tingkatan. Pertama, yaitu puasanya orang umum. Puasa ini adalah puasanya seseorang sebagaimana umumnya, atau bisa disebut dengan puasanya orang awam. Dalam hal ini, substansi puasa hanya mengarah pada aspek jasmani saja; asal tidak makan dan tidak minum, serta tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa.

Adapun tingkatan yang kedua adalah puasanya orang khusus. Yaitu puasa seseorang yang menjaga seluruh anggota tubuhnya dari segala hal yang berbau kemaksiatan. Seperti menjaga mata dari melihat hal yang buruk, menjaga telinga dari mendengarkan suatu perkara yang tidak baik dan yang lainnya.

Ketiga, yaitu puasanya orang yang lebih khusus dari khusus. Puasa orang di tingkatan ini tidak sebatas menjaga dari hal yang membatalkan puasa dan menjaga anggota tubuh dari kemaksiatan. Melainkan lebih dari itu. Seseorang dengan puasa di tingkatan ini akan menjaga hati dari tujuan-tujuan yang tidak ada artinya, yang menjauhkan dari Allah Swt.

Dari ketiga tingkatan di atas, tingkatan yang paling tinggi adalah yang ketiga.Tingkatan tersebut merupakan tingkatan yang paling sulit diamalkan. Oleh karena itu, Kiai Sholeh mengingatkan seandainya tidak bisa menggapai tingkatan yang ketiga, paling tidak bisa mengamalkan tingkatan yang kedua.

Pengertian Takwa

Selanjutnya, beliau membahas pengertian takwa. Menurut Kiai Sholeh seraya mengutip penjelasan Sayyidina Ali ra. takwa adalah takut kepada Allah, ridho dengan pemberian yang sedikit, serta mempersiapkan diri atas amal yang akan dibawa mati.

Orang yang bertakwa menurut Kiai Sholeh, adalah orang yang baik ucapan dan perilakunya. Di hari akhir kelak, sebagaimana firman Allah dalam surat az-Zumar ayat 73, orang-orang yang bertakwa akan digilir secara berombongan untuk masuk ke surga.

Sementara itu, tidak semua orang bisa melakukan takwa. Karena menurut beliau orang yang ingin bertakwa harus mempunyai ilmunya. “Sebab tidak mungkin seseorang melakukan takwa tanpa mengetahui kiat-kiat melakukan takwa itu sendiri.” Jelas Kiai Sholeh.

Ilmu Sebagai Imamnya Amal

Maksud dari penjelasan kenapa seseorang takwa harus didasari dengan ilmu adalah karena ilmu merupakan imamnya amal dan amal itu mengikuti ilmunya. Dalam hal ini, Rasulullah bersabda:

العلم إمام العمل والعمل تابعه

“Ilmu itu imamnya amal, sementara amal itu pengikutnya ilmu”.

Puasa Sebagai Momentum Muhasabah.

Seseorang yang menjalankan puasa pasti merasakan lapar dan haus. Hal tersebut kemudian secara otomatis akan memantik perasaan dalam dirinya, ia akan merasakan kesusahan, payah dan menderitanya orang lain yang tidak mampu ketika lapar dan haus. Dan dari sinilah menurut beliau, akan timbul rasa kasih sayang dalam diri seseorang.

Sehingga dengan merasakan apa yang dialami oleh orang-orang tersebut, akan menjadi sebuah cambuk dan muhasabah untuk menimbulkan rasa kasih sayang terhadap orang lain.

“Artinya timbullah rasa kasih sayang, rasa cinta, rasa mengalah terhadap orang lain, apalagi sesama orang muslim” terang beliau.

Timbulnya Sifat Saling Mengasihi Berasal dari Budi Pekerti yang Baik

Selanjutnya Kiai Sholeh menambahkan kalau timbulnya rasa kasih sayang juga bisa berasal dari budi pekerti yang baik. Karena ketika seseorang mempunya pekerti yang baik, ia akan disukai oleh orang lain di sekelilingnya. Dan dari situlah timbul sifat saling mengasihi di antara mereka.

“Sebaliknya, ketika seseorang mempunyai budi pekerti yang buruk, seperti sombong dan hasud, maka orang lain akan menjauhinya, dan rasa saling mengasihi tidak akan pernah ada di antara mereka.” pungkas Kiai Sholeh. (Riy)

 

Tulisan Terkait

Haul Almaghfurlah Ustadz H. Saiful Barri ke-5

Haul Almaghfurlah Ustadz H. Saiful Barri ke-5

Langitan - Telah digelar Haul Almaghfurlah Ustadz H. Saiful Barri yang ke-5 pada Ahad, (25/8/2024) yang dimulaipukul 19.00 WIB. Acara yang memperingati lima tahun wafatnya putra menantu Almaghfurlah Syaikhina KH. Abdullah Faqih ini digelar di Aula Darunnajah, PP....

Gus Qoyyum Berikan Resep Nasib Barokah

Gus Qoyyum Berikan Resep Nasib Barokah

Langitan - Peringatan haul para masyayikh merupakan salah satu bentuk ta'dzim santri terhadap guru, karena dengan peringatan dapat mengingat kembali ajaran para guru semasa hidup. Dengan kegiatan ini dilaksanakan, diharapkan generasi selanjutnya dapat mengingat...

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kategori

Arsip

Posting Populer