Hari di mana Kang Aba Abid sedang memainkan jari-jemari menuangkan pikiran dilayar laptop, tiba-tiba Kang Aba Abid mendapat SMS dari calon Sarjana S1 yang minta izin hendak melakukan penelitian di SMA Hidayatus Salam tentang metode keteladanan dalam upaya internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari hari siswa-siswi.
Sehari sebelumnya, Kang Aba Abid juga mengajak ngobrol santai semua siswa kelas XII, tentang indikasi pergeseran perilaku yang terasa mulai timbul beberapa minggu terakhir ini, seperti banyaknya siswa yang baru datang ketika jamaah salat Dhuha sudah berlangsung, beberapa siswa yang tidak menyampaikan salam, salim dan senyum ketika bertemu dengan gurunya.
Dua persoalan tersebut seakan pisah dan tidak nyambung satu sama yang lain. Yang pertama murni keinginan mulia seorang akademis yang hendak melakukan penelitian, yang kedua soal indikasi penyimpangan perilaku.
Setelah salat Dhuha berjamaah, tidak seperti biasanya Kang Aba Abid tidak langsung kembali ke kantornya, tetapi duduk sejenak sambil mengamati sekitar Padepokan Padange Ati yang terbuat dari bambu beratap ilalang yang menjadi ikon Adiwiyata-nya SMA HITs.
“Rasanya perlu ada sambung rasa dengan wali siswa terkait dengan beberapa minggu terakhir banyak siswa kita yang datang agak terlambat”. Kata Haji Afif selaku BP.
“Gejala apa yang antum lihat Pak Haji?” tanya Kang Aba Abid
“Dari rekaman buku kejujuran tentang keterlambatan siswa, rasanya ada trend siswa masih banyak yang terlambat, bahkan ada kecenderungan naik”. Jawab H. Afif.
Seperti biasa, di SMA HITs, setiap pukul 06.30 ada lantunan bacaan surat Yasin, siswa-siswi mulai berdatangan, setelah memarkir sepeda dengan benar, mereka melakukan absen dengan sidik jari dilanjutkan salam dan salim kepada kepala sekolah dan pimpinan lain yang siap menyambut berdiri di depan kantor. Selanjutnya siswa-siswi masuk ke ruang kelas masing-masing untuk menaruh tas sekolah, kemudian keluar menuju Pedepokan Padange Ati untuk baca al-Qur’an bersama.
Ketika bacaan surat Yasin selesai, kepala sekolah bersama pimpinan yang lain menuju Padepokan Padange Ati untuk salat Dhuha berjamaah. Ketika salat Dhuha berjamaah berlangsung, tanpa diawasi oleh siapapun, di depan kantor disiapkan buku keterlambatan siswa. Siswa yang datang setelah bacaan surat Yasin selesai dengan sadar mereka munulis sendiri nama dan kelasnya serta alasannya terlambat. Dari buku keterlambatan siswa yang ditulis sendiri oleh siswa dengan jujur itulah dapat diketahui data siswa yang terlambat sekaligus melatih kejujuran.
“Ada yang hilang dalam aktifitas keseharian kita”
“Apa yang jenengan maksud?” tanya H. Afif penasaran.
“Keteladanan Pak Haji” Jawab Kang Aba Abid.
“Apa kaitannya dengan banyaknya siswa yang terlambat dan perilaku yang lain?”
“Di awal tahun pelajaran, kita sudah sepakat untuk berbagi tugas dan tanggung jawab proses keseharian KMB kepada pimpinan. Konsekuensinya kita keluarkan jadwal yang dimaksud. Namun dalam praktiknya, dengan banyaknya pelatihan Kurikulum 2013, sering terjadi kawan-kawan pimpinan harus berbagi waktu antara mengondisikan suasana sekolah dan kegiatan berada di luar sekolah. Hal ini berdampak pada mulai terkikisnya komitmen siswa-siswi untuk menjadi siswa-siswi yang membanggakan”
“Rasanya bukan itu persoalannya” serga H. Afif.
“Menurut antum apa?”
“Di tahun pelajaran ini, kita sedang diuji dengan titipan beberapa siswa-siswi yang berpotensi memiliki perilaku menyimpang sejak mereka di MTs atau SMP” jawab H. Afif.
“Bagi saya alasan itu kurang fair Pak Haji, coba kita ingat kembali, betapa dulu anak-anak kita yang sudah lulus jauh lebih menyimpang dari pada yang sekarang. Dulu malah pernah terjadi perkelahian dalam kelas. Tetapi semua berakhir dengan sentuhan keteladanan kita, bahkan mereka yang sudah lulus membuat heran dan kagum orang tua dan masyarakat atas perubahan perilakunya. Ini tentu prestasi yang luar biasa kan?” tanya Kang Aba Abid.
“Saya masih yakin bahwa keteladanan adalah metode terbaik untuk internalisasi nilai dan bangunan karakter siswa. Rasanya tidak sebegitu dahsyat dan berdampak ketika kita mengajak anak-anak untuk tepat waktu, sementara kita sering dilihat oleh mereka kadang tidak ada di sekolah di waktunya harus ada. Sebab mereka tidak mau tahu apa alasan kita tidak bisa hadir di sekolah” Lanjut Kang Aba Abid.
“Jauh-jauh sebelumnya Gusti Allah sudah menjustifikasi di dalam al-Qur’an bahwa keberhasilan Rasul Muhammad Saw membangun peradaban umat dan mengislamkannya adalah dengan uswah hasanah(teladan yang baik). Keteladananlah yang menjadi ujung tombak keberhasilan Rasul, bukan berarti hal ini mengesampingkan manajemen dan keilmuan. Sehingga sungguh hal yang paling berharga adalah memberikan contoh konkrit kepada siapapun yang ada di sekitar kita merupakan metode terbaik yang sudah teruji dan terbukti kebenarannya”. Jelas Kang Aba Abid.
Sehingga menjadi nyambung antara pesoalan pertama berupa penelitian tentang keteladanan dan kedua tentang idikasi penyimpangan perilaku. Benang merahnya adalah keteladanan. Boleh sibuk dengan maidlah hasanah (pesan yang baik) tetapi perlu diingat bahwa uswatun hasanah jauh lebih efektif dan efesien.
Semoga bermanfaat.
Aba Abid
[abaabid.abid@gmail.com ]
Sumber: Majalah Langitan
0 Comments