Ngaji Tafsir Jalalain, Surat Az-Zumar Ayat 3: Beramal hanya karena Allah hingga Kelirunya Keyakinan Orang-Orang Kafir

Penulis : Tim Admin

June 21, 2023

اَلَا لِلّٰهِ الدِّيْنُ الْخَالِصُۗ وَالَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اَوْلِيَاۤءَۘ مَا نَعْبُدُهُمْ اِلَّا لِيُقَرِّبُوْنَآ اِلَى اللّٰهِ زُلْفٰىۗ اِنَّ اللّٰهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِيْ مَا هُمْ فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ ەۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِيْ مَنْ هُوَ كٰذِبٌ كَفَّارٌ

Artinya: “Ingatlah, hanya kepada Allahlah ketaatan yang murni itu. Orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata,) “Kami tidak menyembah mereka, kecuali (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sesungguhnya Allah akan memberi putusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta lagi sangat ingkar.” (QS. Az-Zumar: 3)

Pada penggalan ayat ” اَلَا لِلّٰهِ الدِّيْنُ الْخَالِصُۗ” (Ingatlah, hanya kepada Allahlah ketaatan yang murni itu).

Agus Zahid Hasbullah mengutip salah satu hadits yang terdapat dalam kitab Tafsir Qurtubi. Hadits tersebut bercerita tentang salah seorang sahabat yang sedang bertanya kepada Nabi Muhammad saw perihal niat sedekahnya, apakah sedekahnya tetap diterima walau dalam niatnya ia berkeinginan dipuji manusia? Lalu Nabi Muhammad saw menjawab pertanyaan sahabat itu.

إن الله لا يقبل كل عمل شرك فيه

“Allah tidak akan menerima setiap amal yang syirik (ada tujuan selain Allah).“  

Keterangan Agus Zahid di atas secara tidak langsung mengatakan bahwa dalam beribadah seseorang harus murni berniat karena Allah Swt, tidak ada tujuan yang lain, sebab jika seseorang memiliki tujuan yang lain seperti ingin dipuji manusia, maka Allah tidak akan menerima amal ibadah tersebut.

Lalu pada penggalan ayat berikutnya yang berbunyi:

وَالَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اَوْلِيَاۤءَۘ مَا نَعْبُدُهُمْ اِلَّا لِيُقَرِّبُوْنَآ اِلَى اللّٰهِ زُلْفٰىۗ اِنَّ اللّٰهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِيْ مَا هُمْ فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ

Orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata,) “Kami tidak menyembah mereka, kecuali (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. Sesungguhnya Allah akan memberi putusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan.”

Hal ini menggambarkan kelirunya keyakinan orang kafir Makkah yang menganggap berhala sebagai perantara yang mendekatkan mereka kepada Allah.

Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa orang kafir Makkah pernah ditanya mengenai siapa Tuhan mereka, dan mereka menjawab kalau Tuhan mereka adalah Allah, akan tetapi jawaban ini berbanding terbalik dengan perbuatan mereka yang melakukan penyembahan terhadap berhala.

Pertanyannya, jika mereka sudah mengatakan kalau Allah adalah tuhan, lantas kenapa mereka tidak menyembah-Nya? Tetapi malah menjadikan berhala sebagai tempat sesembahan.

Di sini orang kafir Makkah menjawab kalau sebenarnya mereka tidak menyembah berhala, tetapi mereka hanya menjadikan berhala itu sebagai perantara yang bisa mendekatkan mereka kepada Allah Swt.

مَا نَعْبُدُهُمْ اِلَّا لِيُقَرِّبُوْنَآ اِلَى اللّٰهِ زُلْفٰىۗ

“Kami tidak menyembah mereka, kecuali (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.”

Jawaban orang kafir ini, menurut penuturan Agus Zahid adalah bentuk penipuan mereka saja, sebab pada kenyataannya, mereka tidak hanya meyakini berhala sebagai perantara, tetapi bahkan meyakini kalau berhala bisa memberi manfaat dan menolak kemudharatan.

Oleh karena itu, dalam ayat selanjutnya Allah Swt berfirman:

 اِنَّ اللّٰهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِيْ مَا هُمْ فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ

Yang berarti Allah akan memberi putusan terhadap apa yang telah diperselisihkan orang-orang kafir dalam masalah agama di atas, yakni di hari perhitungan besok, kebenaran agama tauhid tidak akan dapat ditutup-tutupi lagi dan kebatilan penyembahan berhala akan tampak dengan jelas.

Masing-masing pemeluknya akan mendapat imbalan yang setimpal. Orang-orang yang tetap berpegang kepada agama tauhid akan dimasukkan surga. Sementara orang-orang yang selalu bergelimang dalam lembah kemusyrikan akan dimasukkan neraka.

Lalu pada penggalan ayat yang terakhir Allah berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِيْ مَنْ هُوَ كٰذِبٌ كَفَّارٌ

“Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta lagi sangat ingkar.”

Yakni Allah tidak akan memberi petunjuk kepada mereka yang berdusta, yaitu orang-orang yang mengatakan kalau Allah Swt itu mempunyai anak.

Dan Allah juga tidak akan memberikan petunjuk pada orang-orang kafir, yakni orang-orang yang menyembah kepada selain-Nya.

Penulis: Mahirur Riyadl

Editor: Faiq

Tulisan Terkait

Kenapa Ilmu Tauhid Wajib Dipelajari?

Kenapa Ilmu Tauhid Wajib Dipelajari?

Di zaman sekarang, kajian dan diskusi terkait ilmu tauhid atau ilmu kalam tidak sebanyak ilmu-ilmu yang lain. Di pengajian umum, misalnya, seringkali yang dibahas hanya berputar di antara fikih dan tasawuf, sangat jarang sekali ilmu tauhid menjadi pembahasan utama. ...

Kisah Keajaiban Membaca Laa Ilaha Illallah 70.000 Kali

Kisah Keajaiban Membaca Laa Ilaha Illallah 70.000 Kali

Dalam tradisi keislaman, cerita-cerita tentang keajaiban doa dan amalan sering kali menjadi sumber inspirasi dan keimanan bagi umatnya. Salah satu cerita yang menarik adalah yang disampaikan oleh Syekh Abu Zaid Al Quthubi, yang ditemukan dalam kitab Irsyadul Ibad...

Peristiwa-Peristiwa Penting yang Terjadi di Bulan Muharram

Peristiwa-Peristiwa Penting yang Terjadi di Bulan Muharram

Sebentar lagi kita akan memasuki bulan Muharram, menurut perhitungan kalender yang diterbitkan PP. Langitan, awal bulan Muharram 1446 H akan jatuh pada hari Ahad 7 Juli 2024.  Bulan Muharram memiliki beberapa peristiwa penting yang menjadikannya salah satu bulan yang...

Bekal 1 Muharram 1445 H, Ini Amalan-Amalannya!

Bekal 1 Muharram 1445 H, Ini Amalan-Amalannya!

Bulan Muharram merupakan bulan pertama dalam kalender Hijriah, sedangkan bulan Dzulhijjah sebagai bulan terakhir. Oleh karena itu, Muharram diperingati sebagai awal tahun baru Hijriah atau tahun baru Islam. Adapun Dzulhijjah diperingati sebagai akhir tahun Hijriah....

Hukum dan Tatacara Shalat Idul Adha

Hukum dan Tatacara Shalat Idul Adha

Shalat Idul Adha adalah shalat sunnah dua rakaat yang dilaksanakan setiap hari raya Idul Adha atau pada tanggal 10 Dzulhiijah dalam kalender Hijriah. Shalat Idul Adha, menurut madzab Syafi'i dan Maliki hukumnya sunah muakkad (sangat dianjurkan). Sementara menurut Imam...

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kategori

Arsip

Posting Populer