Shalat Idul Adha adalah shalat sunnah dua rakaat yang dilaksanakan setiap hari raya Idul Adha atau pada tanggal 10 Dzulhiijah dalam kalender Hijriah.
Shalat Idul Adha, menurut madzab Syafi’i dan Maliki hukumnya sunah muakkad (sangat dianjurkan). Sementara menurut Imam Abu Hanifah, pendiri Madzhab Hanafi, shalat Idul Adha dihukumi Fardhu Ain. Sedang menurut Madzab Hanbali dihukumi fardhu kifayah.
Tatacara melaksanakan shalat Idul Adha
Diilihat dari segi syarat dan rukunnya, pelaksanaan shalat Idul Adha itu mirip sebagaimana shalat yang lain, termasuk hal yang disunnahkan hingga yang membatalkan.
Namun dalam pelaksanaannya, shalat Idul Adha memiliki perbedaan secara teknis dengan shalat lima waktu. Shalat Idul Adha tidak dimulai dengan adzan dan iqamah, juga dalam shalat Idul Adha dimulai dengan 7 takbir (selain takiratul ihram). Adapun waktunya adalah mulai matahari terbit sampai masuk waktu dhuhur.
Shalat Idul Adha dilaksanakan dengan dua rakaat dan sunah dilakukan secara berjamaah bagi setiap muslim, baik orang tersebut sedang bepergian (musafir), budak, merdeka, khunsta (tidak jelas kelaminnya) maupun wanita.
Adapun bagi wanita yang memiliki kecantikan yang menawan dan memiliki tingkah genit tidak dianjurkan mengikuti shalat Idul Adha secara berjamaah, akan tetapi tetap dianjurkan untuk melakukan shalat Idul Adha di rumah.
Dalam Qut al-Habib al-Gharib Tausyekh ala Fath al-Qarib al-Mujib Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi menjelaskan,
وامرأة ولكن لا يطلب الحضور مع الجماعة من امرأة جميلة وان لم تكن ذات هيئة ولا من امرأة ذات هيئة وان لم تكن جميلة
“Dan perempuan, tetapi tidak dituntut kehadirannya berjamaah bagi perempuan yang cantik walaupun tidak genit, dan juga bagi perempuan yang genit walaupun tidak cantik”
Berikut tatacara shalat Idul Adha secara tertib sebagaimana dikutip dari kitab Anwarul Masalik karangan Syaikh Muhammad Az-Zuhri Al-Gamrawi.
Pertama, Shalat Id didahului niat yang bersamaan dengan takbiratul ihram. Jika dilafalkan berbunyi,
أُصَلِّيْ سُنَّةً لعِيْدِ اْلأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ (مَأْمُوْمًا/إِمَامًا) لِلّٰهِ تَعَـــالَى
Ushalli sunnatan li’idil Adha rak’ataini ma’muman (bila menjadi makmum) Imaman (bila menjadi imam) lillahi ta’ala
Artinya: “Aku berniat shalat sunnah Idul Adha dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena Allah ta’ala.”
Kedua, Takbiratul ihram sebagaimana shalat pada umumnya, lalu membaca Iftitah dan setelah itu melakukan takbir sebanyak tujuh kali. Di antara takbir-takbir itu dianjurkan membaca,
سبحان الله والحمدلله ولااله الا الله الله اكبر
Artinya: “Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah Mahabesar.”
Ketiga, membaca surat Al-Fatihah, setelah melaksanakan rukun ini, dianjurkan membaca surat Qaf atau membaca surat Al-A’la, lalu kemudian ruku’, I’tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya hingga berdiri lagi.
Keempat, dalam posisi berdiri pada rakaat kedua, membaca takbir sebanyak lima kali, lalu setelah membaca surat Al-Fatihah dianjurkan membaca surat اقتربت (Al-Qamar) atau membaca surat Al-Ghasiyah berlanjut ruku’, sujud, dan seterusnya hingga salam.
Kelima, setelah salam hendaknya mengikuti khutbah Idul Adha terlebih dahulu hingga rampung.
Penulis: Mahirur Riyadl
Editor: Yazid Fathoni
0 Comments