Dakwah adalah salah satu sarana untuk menyebarkan agama Islam, menghidupkan dan melestarikannya. Dengan efesiensi dakwah yang kuat, Islam bisa mempertahankan kebenaran ajaranya hingga datangnya hari kiamat nanti. Pondok pesantren dalam hal ini sangatlah berperan penting demi berlangsungnya kehidupan masyarakat yang agamis. Oleh sebab itu Ponpes Langitan telah berusaha ikut andil dalam memanifestasiakan hal tersebut. Diantaranya adalah dengan mengadakan suatu program latihan berdakwah bagi para santri, sebelum benar-benar terjun di masyarakat. Program ini lebih dikenal dengan sebutan Tadris dan Tadrib.
Berawal dari Usulan Alumni
Program tadribud dakwah ini sebenarnya sudah berjalan lama. Dimulai sekitar awal tahun 90-an. Bermula dari seorang alumni yang sowan kepada Syaikhina dengan menyodorkan sebuah usulan, bahwa alangkah baiknya jika siswa akhir Madrasah al-Falahiyah diterjunkan di masyarakat untuk latihan berdakwah. Dan setelah mendapat restu dari Syaikhina, maka usulan tersebut diprogramkan dan dibebankan sepenuhnya kepada panitia tahtiman kelas tiga aliyah, bekerja sama dengan MWCNU (Majlis wakil Cabang Nahdlatul Ulama’) di beberapa kecamatan, khususnya di kabupaten Tuban, Bojonegoro dan Lamongan.
Program tadribud dakwah diselenggarakan pada bulan Ramadlan. Para da’i yang diterjunkan di berbagai daerah bertugas sesuai dengan kemampuan mereka, mulai dari memberi pengajian, mengajar di musholla atau masjid, menjadi guru sekolah, mengadakan seminar, memberi les dan lain-lain.
Namun pada tahun 2002 program ini sempat distop karena adanya pengamatan dari banyak pihak tentang tingkat kedewasaan dan mental dari peserta tadribud dakwah yang mengalami pergeseran.
Hadapi Dilema dengan Santri Shoby
Program tadribud dakwah kembali dicanangkan pada tahun 2008 setelah adanya banyak permintaan dari masyarakat dan mendapat persetujuan dari Syaikhina. Untuk tadrib periode kedua ini mengalami cukup banyak perubahan sistem dan teknisi pelaksanaan. Diantaranya adalah pesertanya yang terdiriri dari santri musyawirin, kepengurusan yang dihendel langsung oleh Dep. Dakwah Amm, proses kerjasama dengan pihak KESAN, dan pengumpulan da’i dengan sistem pendaftaran.
Banyak pencapaian menggembirakan pada periode kedua ini. Para da’i bahkan ada yang sempat mendirikan TPQ di daerah kunjungannya. Tadrib dakwah yang ditempuh sekitar 25 hari atau 27 hari -bahkan ada yang sampai lebaran- ini mendapatkan apresiasi dari syaikhina sehingga membuat para pengurus semakin semangat mengirimkan santri di berbagai daerah.
Seiring berjalanya waktu, santri Langitan semakin didominasi oleh santri shoby (kecil.red). Perihal ini muncul sebab banyaknya santri baru yang lulusan ibtidaiyah atau sekolah dasar. Sehingga, memandang santri yang mayoritas usia dini, maka perlu untuk memberikan perhatian yang lebih kepada mereka.
Para santri musyawirin yang jumlahnya terbatas dihadapkan pada dua kenyataan antara tadrib pada bulan ramadhan atau mengurus santri-santri kecil –yang tentunya membeludak pada bulan puasa. Perhitunganya ada pada; apakah mementingkan masyarakat yang belum tentu membutuhkan da’i atau memperhatikan santri-santri baru yang jelas-jelas membutuhkan pembimbing. Problem dilematik ini sedikit banyak telah menjadi salah satu kendala terlaksananya tadribud dakwah.
Tadris Lahir dengan Warna Baru
Seiring berjalannya waktu program tadrib juga semakin dikembangkan. Sebagai bentuk meng-eksis-kan pelatihan dakwah, para pengurus mengevolusi tadribud dakwah dengan membaginya menjadi dua program, yakni menyendirikan antara santri musyawirin dan siswa aliyah. Sehingga muncul istilah tadrib untuk santri musyawirin dan tadris untuk siswa kelas tiga madrasah al-Falahiyah.
Teknisinya pun juga berbeda. Tadrib diselenggarakan di bulan Ramadlan dengan sistem mendaftar, sedangkan tadris -yang pelaksanaanya pada pertengahan semester dua- dimasukan dalam kurikulum madrasah sehingga semua siswa kelas tiga aliyah wajib mengikutinya. Para siswa tadris ditugaskan untuk mengajar adik-adik kelas yang duduk di madrasah tsanawiyah dan ibtida’iyah.
Program tadris dilaksanakan dalam dua gelombang yakni gelombang pertama di madrasah al-Falahiyah dan gelombang kedua di madrasah-madrasah milik alumni Langitan. Oleh karena itu, di kelas tiga aliyah saat ini terdapat pelajaran husus mengajar, dengan maksud para siswa aliyah agar benar-benar bisa memaksimalkan program latihan berdakwah.
[Esye/Sudjiput/Majalahharakah]
0 Comments