Dikatakan oleh Al-Habib Abdullah bin Alawy Al-Haddad, perumpamaan persaudaran karena Allah itu seperti halnya pohon. Kalau tidak disiram pasti akan mati. Jadi harus selalu disiram agar tetap hidup. Baik itu saudara dekat maupun saudara dalam agama, ataupun yang lain. Cara untuk menyambung tali persaudaraan tersebut dengan ziarah ataupun saling mendatangi (nyambangi), dan itulah perumpamaan air yang mampu membuat pohon senantiasa tetap hidup.
Ukhuwah akan tetap harmoni bila kita masih saling bertemu, bertanya kabar, dan saling tolong-menolong. Hal yang demikian ini layaknya pohon yang subur dan berbuah dikarenakan selalu disiram oleh air. Sebagai seorang santri sepatutnya kita masih selalu sambung tali persaudaraan dengan teman sekamar, guru, dan terlebih pada pengasuh pesantren kita. Jangan hanya ketika sudah bertahun-tahun baru sambang ke pondok, biasanya beliau para kiai akan lupa terhadap kita dan baru bisa ingat kembali ketika kita datang.
Cara lain agar hubungan tetap sambung adalah dengan mendatangi acara yang berkaitan dengan pondok, semacam haul ataupun yang lainnya. Meskipun pengasuh pondok kita telah wafat, namun beliau akan tetap tahu perihal kedatangan kita pada acara tersebut. Tak hanya itu, hubungan persaudaraan dengan teman juga akan tersambung kembali setelah sekian lama terpisahkan. Atau dengan cara yang lain, semacam mendatangi ke rumah guru-guru kita ataupun teman kita yang sudah hidup berkeluarga.
Walaupun kita telah menuntut ilmu hingga ke Timur Tengah, di saat kita telah pulang, tetaplah menganggap bahwa kita masih belum mempunyai ilmu apa-apa ketika berhadapan dengan guru kita. Karena jika kita merasa sombong telah mempunyai ilmu yang banyak, maka itu merupaka salah satu bukti dari ilmu yang tidak manfaat. (Arsyad)
Sumber: Ngaji Al-Hikam: Hikmah Ke-47/Langitantv
0 Comments