Ngaji ihya : Tercelanya Senang Pangkat

Penulis : admin

December 5, 2011

Di zaman sekarang banyak seseorang yang memburu pangkat serta kedudukan. Bahkan pangkat dan kedudukan itu diperolehnya dengan cara dzolim, mengorbankan masyarakat umum demi kepentingan sepihak dan pribadi, mengkait keuntungan dari keringat orang lain tanpa ada imbalan yang setimpal. Semoga kita dijauhkan dari sifat tercela tersebut.

Allah ta’ala berfirman :
Artinya : negeri akhirat ( kenikmatan di akhirat ) itu, kami jadikan untuk orang orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi.

Allah SWT ta’ala telah mengumpulkan antara kehendak kerusakan dan kesombongan. Dan Allah menjelaskan bahwa kampong akhirat (kenikmatan akhirat) itu bagi yang terlepas (sepi) dari dua kehendak tersebut.

Allah ta’ala berfirman

Artinya : Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasanya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia – sialah apa yang telah mereka kerjakan

( Hud : 15-16)

Di dalam firman itu juga mencakup dengan umumnya orang yang senang pangkat. Karena senang pangkat adalah suatu kesenangan yang paling besar dari kesenangan kesenangan hidup duniawi. Dan adalah suatu hiasan yang terbanyak dari perhiasan perhiasan duniawi.

Rosulullah SAW bersabda. Artinya : cinta kepada harta dan pangkat menumbuhkan kemunafikan di dalam hati, sebagaimana air yang bisa menumbuhkan sayur sayuran.

Artinya : tidak ada dua serigala yang buas yang dilepaskanya di kandang kambing, itu lebih cepat kerusakanya dari pada cinta kemuliaan dan harta (merusakkan ) agama seorang muslim

Nabi SAW bersabda kepada Ali RA.Artinya : Kebinasaan manusia itu, hanyalah disebabkan mangikuti hawa nafsu dan senang pujian.

Kita memohon kepada Allah kema’afan dan kesehatan dengan anugerah dan kemuliaan-Nya

Penjelasan arti pangkat dan hakikatnya

Ketahuilah kiranya, bahwa pangkat dan harta adalah termasuk dua sendi dunia. Arti harta adalah memiliki benda benda yang dapat di manfa’atkan. Dan arti pangkat, adalah memiliki hati yang tuntut (yang diambil faidah) keagungan dan keta’atanya. Sebagaimana orang kaya, ia adalah orang yang memilki beberapa uang dirham dan dinar dimana dengan dirham dan dinar itu bisa menyampaikan kepada maksud tujuan dan memenuhi nafsu syahwat dan kesenangan kesenangan jiwa yang lainya. Maka begitu juga halnya orang yang mempunyai pangkat yaitu, orang yang memiliki hati manusia. Artinya : ia mampu menjalankan hati manusia untuk suatu maksud dan tujuan tujuanya dengan perantaraan orangorang yang mempunyai hati itu.

Dan sebagaimana ia mencari cari harta benda dengan bermacam macam kerja dan usaha, maka demikian juga halnya ia berusaha untuk mengambil hati (simpati) manusia dengan berbagai macam mu’amalah. Dan pengetahuan (pengamalan) dan berbagai keyakinan ( I’tikat) maka setiap orang yang diyakini oleh hati dimana ia mempunyai satu sifat dari sifat sifat kesempurnaan, niscaya hati itu menuruti dan mematuhi kepadanya, menurut kuatnya keyakinan hati itu dan menurut tingkat kesempurnaan itu padanya. dan tidak disyaratkan adanya sifat itu sempurna ada pada dirinya. Akan tetapi cukuplah, bahwa sifat itu sempurna pada hati dan keyakinan hati. Terkadang hati itu menyakini bahwa seseuatu yang tidak sempurna itu, yakin telah sempurna. Dan hatinya mematuhi bagi orang yang bersifat demikian, untuk mematuhi dengan mudah, menurut keyakinanya.

Maka sesungguhnya kepatuhan hati itu, menenpati tempatnya hati. Dan hal ihwal hati mengikuti akan keyakinan keyakinan hati, pengetahuan dan khayalan khayalan.

Sebagaimana orang yang mencintai harta-benda, dimana ia ingin memiliki para budak dan hamba-hamba sahaya, maka orang yang mencari kemegahan (kedudukan) ia mencari cari untuk memperbudak orang orang yang yang merdeka. Membuat hamba sahaya, dan memiliki orang yang telah memerdekakan hamba-sahaya dengan menguasai hati-nuraninya. Bahkan perbudakan yang dicari oleh orang yang mempunyai pangkat adalah lebih besar, karena sesungguhnya Al Malik ( siempunya hamba) ia memiliki hambanya dengan cara memaksa dan budak itu enggan dengan tabiatnya. Dan jikalau budak diberi kebebasan berpendapat niscaya budak itu menarik diri dari keta’atan. Dan orang yang mempunyai pangkat menyruh ta’at dengan tanpa adanya pemaksaan. Dan ia berkehendak akan adanya orang orang yang merdeka itu menjadi budak nya dengan tabi’at dan kepatuhan serta adanya kegembiraan dengan perbudakan dan adanya kepatuhan denganya. Maka apa yang dicari orang yang mempunyai kedudukan. Adalah diatas apa yang dicari oleh orang yang memiliki budak, dengan terpaut yang lebih banyak lagi.

Jadi arti pangkat adalah tegaknya kedudukan ( pengaruh ) dihati manusia. Artinya, hati manusia itu berkeyakinan bahwa ada satu sifat dari beberapa sifat kesempurnaan pada diri orang tersebut, lalu hati mereka mengakui keberadaan orang itu. Dan menurut kadar kepatuhan hati itu, adalah kemampuanya pada hati.  Adalah kegembiraanya dan kecintaanya kepada pangkat. Maka inilah arti dan hakikat pangkat. Pangkat itu mempunyai beberapa buah, seperti halnya pujian dan berlebiah di dalam pujian, karena orang yang berkeyakinan pada kesempurnaan itu, ia tidak akan diam dari menyebut nyebut apa yang di yakininya. Lalu dipuji- pujinya atas kesempurnaan itu. Dan seperti berkhidmah ( membantu ) dan menolog, maka sesungguhnya orang ini tidak akan kikir untuk menyerahkan dirinya pada menta’ati orang yang dipandangnya sempurna itu, menurut kadar keyakinanya. Maka orang itu di tundukkanya, seperti halnya budak di dalam maksud tujuanya.

Tulisan Terkait

Membedakan Apa yang Dibenci dan Dicintai Allah

Membedakan Apa yang Dibenci dan Dicintai Allah

Orang yang cinta, tentu akan melakukan segala hal demi yang ia cintai dan takut jika ketahuan melakukan apa yang dibenci. Allah adalah Dzat yang Maha Melihat, Mengawasi dan Mengetahui. Dia tahu segala gerak dan semua yang terucap dari hambanya. Seorang saalik yang...

Menggali Makna Cobaan

  Setiap mukmin memiliki mimpi menjadi Ashabu al-Yamin yang dapat mengarungi seluruh waktu di akhirat dengan penuh kenikmatan, menerima balasan baik sebagai buah hasil kebaikan, dan yang paling utama adalah syahadah dengan sang pencipta, sebagai obat rindu penuh...

Menyelami Keagungan Nikmat Allah dalam Tafakkur

    Segala pujian taruntuk Dzat yang tak pernah bosan membagi nikmat bagi hambanya. Memberikan kebahagiaan bagi semuanya, menciptakan setiap keindahan dalam bayang-bayang dunia, bahkan setiap ciptaannya tidak luput dari guna dan manfaat untuk hambanya. Dia...

Harta Hanya di Tangan Bukan di Hati

Hidup memang sebuah ujian, hanya orang-orang yang benar-benar teguh iman saja yang dapat melewati ujian ini dengan baik. Mereka adalah orang-orang yang tidak tertipu oleh kilauan nikmat dunia yang begitu menggoda. Jika bisa di ibaratkan, dunia itu ibarat seorang...

Meraih Ilmu Manfaat

Dewasa ini, kemerosotan akhlaq umat Islam semakin tampak, mulai dari akhlaq kepada orang tua, guru bahkan kiai. Ini terjadi di samping karena kurangnya pengetahuan sifat sombong dalam diri manusia. Hasrat menjadi pribadi yang lebih baik kalah oleh kuatnya nafsu,...

Menyelami Keagungan Nikmat Allah Dalam Tafakkur

    Segala pujian taruntuk Dzat yang tak pernah bosan membagi nikmat bagi hambanya. Memberikan kebahagiaan bagi semuanya, menciptakan setiap keindahan dalam bayang-bayang dunia, bahkan setiap ciptaannya tidak luput dari guna dan manfaat untuk hambanya. Dia...

Tahta, Penguasa Hati yang Berbahaya

“Serigala buas yang dilepas di kandang kambing tidak lebih berbahaya dari pada cinta harta dan tahta dalam kehidupan agama seseorang.” Itulah yang di sabdakan Rasulullah tentang betapa amat berbahayanya cinta terhadap kedudukan. Hakikat tahta dan kedudukan adalah...

Harta hanya di tangan bukan di hati

Hidup memang sebuah ujian, hanya orang-orang yang benar-benar teguh iman saja yang dapat melewati ujian ini dengan baik. Mereka adalah orang-orang yang tidak tertipu oleh kilauan nikmat dunia yang begitu menggoda. Jika bisa di ibaratkan, dunia itu ibarat seorang...

4 Comments

  1. aang.darmawan

    menurutq, kebanyakan umat Islam sekarang itu lalai.
    dalam setiap tujuan hidupnya mestinya di mulai dengan niat mencari Ridho Alloh atau li’ila i kalimatillah(meninggikan kalimat Alloh), sekurang2nya gitu.
    tapi ya gmn Lg? kebanyakan umat islam sekarang gak gitu. makanya niatnya aja udah gak bener (menurutq), maka semua tindakan2nya jd ikutan gak bener.

    pingin kedudukan atau harta niatnya gak ditata dan dijaga.
    jadinya negara kita ini jadi amburadul kayak gini ini…

    Reply
  2. murib iham

    Terkait dengan penjelasan pangkat dan kedudukan, sesungguhnya umat Islam harus meraihnya status tersebut dengan cara-cara yang santun dan bermartabat agar dapat melaksanakan nahi munkar bi yadih (nahi munkar dengan kuatan kekuasaan)

    Reply
  3. muhammad eko diliansyah

    Bismillah,
    sy mau bertanya ustadz,d negara indonesia ini kn memakai demokrasi,jd bgmn kt mngetahui org yg mau dipilih itu hny mmburu kedudukan?n jklau yg kt pilih it mmburu kedudukan n sdh trpilih,apkh kt yg milih ini kena dampakny mnurut syariat?
    sukran.

    Reply
  4. habib ahmad

    alhamdulillah saya jadi mengerti tentang bahaya memburu pangkat dan kedudukan dunia.

    Reply

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Komentar

Posting Populer