Berakhirnya ekonomi (The end of economics)

Penulis : admin

March 1, 2009

Oleh : Liem Siok Lan ( liemsiXXX@yahoo.com, hp.08159051630 )

Salah satu instrumen yang digunakan dalam sistem perdagangan internasional adalah menggunakan instrumen mata uang dollar AS. Setelah krisis ekonomi global terjadi setelah Perang Dunia II, melalui pertemuan Breton Woods dirancanglah sebuah sistem mata uang dollar sebagai mata uang utama dalam perdagangan dunia, sekaligus menjadikan World Bank, International Monetary Fund (IMF) sebagai pengendali sistem keuangan internasional. Perjanjian Breton Woods pada tahun 1973 kemudian dihapuskan ketika Amerika Serikat secara unillateral memutuskan bahwa Dolar Amerika tidak perlu lagi didukung oleh emas. Sejak itulah Dolar Amerika tidak bedanya dengan lembaran kertas saja.

Dengan mata uang dollar AS, Amerika Serikat memegang kekuasaan luar biasa yang sangat tidak proporsional. Dengan kertas yang disebut Dolar AS, mereka bisa membeli berbagai komoditi seperti minyak, gas, aluminium, emas, dll dari negara-negara lain di dunia. Jika mereka perlu lebih banyak komoditi, mereka tinggal mencetak saja lagi. Jadi sistem semacam ini amatlah tidak adil dan tak bermoral.

Hal ini telah mengeksploitasi model perdagangan dengan sistem pembagian kerja internasional. Surplus ekonomi bagi sekutu-sekutu Amerika terus terjadi, yang berdampak pada ketidakseimbangan perdagangan global. Negara-negara miskin tidak mampu melakukan ekspor tanpa didukung impor sehingga negara-negara miskin mengalami ”a vicious circle of import”.

Akibatnya negara-negara miskin memiliki tingkat ketergantungan yang begitu kuat terhadap negara-negara maju. Sistem keuangan internasional yang dirancang pasca Perang Dunia II dalam Breton Woods, telah melahirkan ketidakadilan neraca keuangan global. Defisit terus menimpa negara-negara miskin dan surplus keuangan terus ditarik ke negara-negara maju.

Karena dunia kini dibanjiri terlalu banyak dolar. Dalam pasar-pasar uang saja, terdapat gelembung dolar AS yang berjumlah 80 triliun dolar AS pertahun. Jumlah ini 20 kali lipat melebihi nilai perdagangan dunia yang jumlahnya sekitar 4 triliun dolar AS pertahun. Artinya, gelembung itu bisa membeli segala yang diperdagangkan sebanyak 20 kali lipat dari dimensi yang biasa. Gelembung ini tentu akan terus membesar dan membesar. Anda tidak perlu terlalu bijak untuk memahami bahwa gelembung itu suatu saat akan meledak dan pecah, dan terjadilah keruntuhan ekonomi global yang niscaya lebih buruk daripada depresi ekonomi tahun 1929.

Sebagai perbandingan yang kontras, emas adalah logam yang berharga. Nilainya tidak bergantung pada negara mana pun, bahkan tidak bergantung pada sistem ekonomi mana pun. Nilainya adalah intrinsik dan dapat dipercaya. Oleh karena itu, emas adalah mata uang yang dapat menjamin kestabilan ekonomi dunia.

Sistem keuangan global sudah berkembang melebihi batas. Dengan perdagangan ”kertas berharga yang turunan sekunder” (secondary derivatives papers), sistem keuangan dunia menjadi tidak ”favorable” kepada sektor riil karena ”money makes money” lebh tinggi hasilnya. Maka, kalau anda punya uang akan lebih tertarik untuk memainkannya di bisnis keuangan ketimbang membangun bisnis di riil sektor. Perdagangan kertas berharga tersebut adalah barang maya, hanya ilusi, tidak nyata, tidak terkait dengan bisnis riil. Ini yang menyebabkan terjadinya gelembung ekonomi dunia.

Apa akibatnya? Sektor riil lambat bergerak, kecuali di China yang menganut paham berbeda, tidak berdasar ”supply and demand”. China tetap memproduksi walau tidak ada permintaan. Alasanya adalah stabilitas keamanan sehingga tidak ada penduduk China yang menganggur, semua bekerja, memproduksi apa saja, mulai dari peniti sampai komponen pesawat terbang. Manajemen 1 miliar penduduk yang ternyata membawa China kepada kekuatan ketiga di era kini.

Sejarahnya, emas dan perak adalah mata uang dunia paling stabil yang pernah dikenal. Sejak masa awal Islam hingga hari ini, nilai mata uang Islam dwilogam itu secara mengejutkan tetap stabil dalam hubungannya dengan barang-barang konsumtif. Seekor ayam pada zaman Nabi Muhammad saw. harganya satu dirham. Hari ini, 1400 tahun kemudian, harganya kurang lebih masih satu dirham. Dengan demikian, selama 1400 tahun, inflasi adalah nol. Dalam jangka panjang, mata uang dwilogam telah terbukti menjadi mata uang dunia paling stabil yang pernah dikenal. Mata uang tersebut telah dapat bertahan, meskipun terdapat berbagai upaya untuk mentransformasi dinar dan dirham menjadi mata uang simbolik dengan cara menetapkan suatu nilai nominal yang berbeda dengan beratnya.

Kita harus kembali kepada Sistem perekonomian berbasis komoditi riil, dimana dinar dirham hanyalah salah satu komponen penting. Ada “5 pilar sistem ekonomi berbasis emas” akan menjadi solusi masa depan dunia yang tidak terelakkan. Pertama, “Money (Freely Chosen)” yaitu Mata uang harusnya bebas ditentukan oleh masyarakt penggunanya. Kedua, “Open Markets Infrastructure” yaitu infrastuktur pasar terbuka dimana setiap orang mempunyai hak, seperti mesjid. Ketiga, “Caravans – Open Distribution and Logistic Infrastructure” yaitu jaringan logistik dan distribusi yang terbuka bagi siapa saja. Keempat adalah “guilds – open production infrastructure” yaitu sentra-sentra produksi kerakyatan harusnya mendapat perhatian dari pemerintah untuk menjadi tempat yang layak untuk berproduksi sebagaimana standard global yang berlaku. Kelima adalah “Just Contractual Legal Frameworks (Shirkat and Qirad). Kelima infrastruktur tersebut haruslah dimiliki oleh publik.

Teknologi informasi merupakan sarana yang dapat mengkudeta fungsi perbankan atau istilahnya ”coup de banque”. Anda bisa bayangkan, sebenarnya fungsi perbankan kan amat sederhana, hanya mengadministrasi pencatatan plus dan minus saja dengan sedikit variasi perhitungan, mengapa menjadi raja yang mengatur dan menentukan sektor-sektor lain. Pasti ada yang salah kan. Jaman Nabi dulu, para pedagang lah yang berada di gedung mewah, semntara rentenir itu yang berada di jalanan. Sekarang yang kita lihat terbalik. Para bankir duduk-duduk di gedung mewah, sementara para pedagang kaki lima berceceran di sepanjang jalan, malah kena gusur tibum segala. Maka, jangan salahkan orang lain kalau Indonesia miskin, karena tidak mengikuti ajaranNya padahal Indonesia adalah negara dengan mayoritas muslim di dunia.

Prof. Umar Ibrahim Vadillo, Pemimpin Korporasi E-dinar Dotcom, suatu electronic payment system” berbasis emas, yang juga menjabat sebagai Ketua WITO (World Islamic Trade Organization). Penulis beberapa buah buku yang dianggap oleh masyarakat dunia sebagai MENGGEMPARKAN (ENLIGHTINING), membuka mata dan hati para pembacanya. Diantaranya yang terkenal berjudul “THE ESOTERIC DEVIATION IN ISLAM”, “THE END OF ECONOMICS”, “THE RETURN OF THE GOLD DINAR”, “THE RETURN OF THE GUILDS”, “THE FIVE PILLARS OF THE ISLAMIC ECONOMICS”, “COUP DE BANQUE”, etc

Sekilas tentang LIEM SIOK LAN
Nama resmi (menurut dokumen) JUSTIANI. Alumni Teknik Informatika ITB angkatan 1981, Perempuan dengan Tiga Anak: Annisa Dharma (25Mei1985), Shakina Dharma (19Desember1988), Avicena Farkhan Dharma (2Agustus1998).
Dosen di Universitas Multimedia Nusantara (UMN) yang bernaung dibawah Kompas Gramedia Group, juga sebagai Periset bidang “Multimedia Corporate Restructuring and The Digital Economy “ dan sebagai Ketua Tim Pengembangan e-learning dibawah kordinasi Pembantu Rektor I UMN. Sambil menyelesaikan disertasi Ph.D. nya pada “The Institute of Gold Dinar Economy”, yang merupakan lembaga pendidikan tinggi dan riset internasional berbasis internet yang menghubungkan periset di seluruh dunia dalam bidang terkait, dibawah naungan World Islamic Trade Oragnization (WITO).

Tulisan Terkait

Dunia yang Menipu

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi dan rasul yang paling mulia Muhammad saw Wa badu : Allah berfirman: “Telah dekat kepada manusia hari perhitungan segala amal mereka, sedang mereka ada dalam kelalaian...

“Kenangan” sistem Khilafah

Rajab memberikan kesempatan untuk merenungkan kewajiban kita mengenai permasalahan Khilafah. Berbagai peristiwa seperti penindasan terhadap muslim Uighur, kecaman Perancis terhadap busana muslim, serbuan Amerika terhadap Afghanistan dan Pakistan, dan pengepungan...

Nepotisme dalam Moralitas Politik

Berawal dari kepentingan manusia yang semakin bertambah. Urusan-urusan penting atau yang dianggap penting menjadi bagian dari catatan harian. Semisal dalam urusan mencari sebuah pekerjaan, tentu teman atau kerabat ikut terlibat. Sehingga, dapat kita tarik sebuah...

Dunia dan Nafsu

Pembaca yang budiman, Dunia merupakan sebuah kehidupan yang mencintai nafsu, dimana kehidupan itu diukur dengan standard kecintaannya pada materi. Mungkin pembaca ada yang tidak setuju dengan pendapat ini. Namun, bagaimana jika dunia didefinisikan al-Qur`an?...

Khalid bin Walid

INILAH KISAH LELAKI BERNAMA KHALID BIN WALID di muktha, menyeberang sudah di jembatan para suhada tiga pencinta* yang dipenuhi rindu firdaus lalu disambutnya panji janji-janji terdekap di dada yang telah ia penuhi dengan cinta pada seorang yatim teragung di madinah di...

Kebudayaan Islam dalam AL-Quran

Dua kebudayaan: Islam dan Barat MUHAMMAD telah meninggalkan warisan rohani yang agung, yang telah menaungi dunia dan memberi arah kepada kebudayaan dunia selama dalam beberapa abad yang lalu. Ia akan terus demikian sampai Tuhan menyempurnakan cahayaNya ke seluruh...

Waspadai media hiburan

Menyikapi anak-anak yang sibuk menonton televisi, di antara kita sama dan serempak. Kebiasaan menonton televisi (anak-anak dan remaja) adalah sangat berbahaya menurut Islam, pakar psikologi, sosiologi dan kedokteran. Pemanfa’atan layar kaca (TV, Vidio, TV Game...

1 Comment

  1. mas fafa

    Celakanya, negara kita adalah bagian dari sistem keungan dunia yang tidak adil dan tidak bermoral itu. Selain tentu saja kemiskinan (lebih dari 100jt warga kita miskin) banyak sekali hal yang tidak ideal yang harus ditelan apa adanya, suka atau tidak.
    Setiap tahun negara2 macam Indoneisa harus menumpuk dan terus menambah hutangnya kepada Bank Sentral. Ini karena negara tidak mempunyai hak untuk mencetak uang. Jadi uang kertas yang beredar dan kita gunakan, statusnya dipinjam oleh negara dengan bunga tertentu. Amerika merupakan negara penghutang terbesar yang “tidak mungkin” membayar hutangnya.
    Bagaimana dengan PESANTREN…. yang jelas, sistem ekonomi hari ini membuat ilmu2 di pesantren MATI KUTU…ya, tepatnya ilmu mu’amalah. Sia-sia teori-teori ekonomi dibaca dan diajarkan kepada santri, ilmu2 itu hanya berhenti di lembaran2 kitab kuning, di mulut-mulut pembacanya, tapi tak bisa diaplikasikan di lapangan…di kehidupan nyata. Ekonomi Islam hanyalah hayalan… Kasian sekali, bukankah ilmu yang tidak diamalkan seperti pohon tak berbuah…meranggas…kemudian ditebang jadi kayu bakar.
    Hati-hati kawan…the end of economic juga bisa terkait dengan THE END OF PESANTREN…10 tahun terakhir,,,pesantren mengalami penurunan jumlah santri yang sangat signifikan… Pesantren Lirap di Kebumen misalnya, kini tinggal 30-an santri……..dan banyak contoh2 pesantren yang mulai kehilangan peminatnya sedikit demi sedikit…
    Semoga bisa menjadi bahan renungan…

    Reply

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Komentar

Posting Populer