Pesan Syaikhina: Jadi Orang Kudu Ikhlas

Penulis : admin

May 22, 2010

Termasuk rangkaian penting pergantian pengurus Am adalah sowan kepada Syaikhina wa Murabbi ruhina. Para pengurus yang baru dilantik, rabu (19/5) sowan di ndalem kasepuhan. Rombongan yang dipimpin Ketua an-Nuwab Am purna bakti, Ustadz Irhamni Masyhadi itu berjumlah 40-an orang. Terdiri dari lembaga tinggi pesantren, yaitu: Majelis An-Nuwab (legislatif), Idarah (eksekutif), Tahkim (yudikatif), dan Amn (keamanan).

Pagi itu, dengan senyum khas beliau membukakan pintu dan semua pengurus masuk penuh takdzim. Dalam kesempatan itu, beliau menanyakan nama-nama pengurus beserta alamat satu persatu. “Jenengmu sopo? Omahmu endi?” tanya beliau dengan nada penuh wibawa. Tentu ini kebanggaan tersendiri bagi pengurus baru.

Setelah ramah-tamah selesai, beliau memberikan beberapa wejangan, diantaranya: pertama, khidmah itu penting sekali bagi santri. Salah satu jalan menuju keberkahan ilmu adalah dengan khidmah. Kedua, jika berkhidmah harus ikhlas. Sebab ikhlas adalah dasar dari kebajikan. Sebesar apapun amal, bila tidak ikhlas maka akan sirna seperti debu yang tertiup angin.

Ketika menerangkan ikhlas ini beliau menyuplik dawuh Imam Ghazali. Jadi orang kudu ikhlas, kalau tidak ikhlas amalnya akan sirna. Ada sepuluh perkara yang mengurangi keikhlasan dan berpotensi menghapus amal, yaitu: nifaq (bermuka dua), riya’ (beramal karena ingin dilihat orang lain), takhlith (bercampur antara tujuan dunia dan akhirat), mannu (mengungkit-ungkit amal), adza (beramal tapi menyakitkan), nadamah (menyesal), ujub, hasrah, tahawun (lalai/sembarangan), dan takut dicela manusia.

Makanya kalau jadi pengurus harus betul-betul ikhlas karena Allah. Apa yang dilakukan tidak boleh diingat-ingat kembali yang berpotensi menghilangkan pahala. “Misale awakmu tau bantu santri masalah iki-iku, ojo diiling-iling. Opo maneh awakmu sampek undat-undat” (misalnya kamu pernah membantu santri masalah ini dan itu, jangan diingat-ingat. Apalagi sampai mengungkit-ungkit)

“Sepisan maneh, dadi wong kudu seng ikhlas kerono Allah ojo ono pamrih” (Sekali lagi, jadi orang harus ikhlas karena Allah, jangan ada pamrih) dawuh ini mengakhiri sowan pagi itu setelah ditutup dengan doa. Semoga bermanfaat.

Tulisan Terkait

2 Comments

  1. mbah kholil

    sekedar masukkan. Kalo bisa jangan pakai bahasa campuran. Masak ada bahasa indonesai “Nyuplik”. Semoga bisa istiqomah. Amin

    Reply
    • langitan02

      terima kasih atas kritik dan sarannya. semoga kami bisa istiqomah dengan bantua doa bapak saudara sekalian. amin

      Reply

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Komentar

Posting Populer