Abu Ubaidah bin Jarrah, Kepercayaan Baginda Rasul

Penulis : admin

September 18, 2017

 

 

Di samping empat sahabat Khulafaurrosyidin, masih ada enam lagi sahabat  yang mendapat jaminan dari Rasulullah akan masuk surga. Salah satu dari mereka adalah Abu Ubidah bin Jarrah. Meski tidak sefamiliar sebagaimana sahabat yang lain, namun setidaknya predikat Al mubasysyirinabiljannah, orang-orang yang di beri kabar gembira dengan masuk surga, setidaknya menunjukan betapa istimewa dan agung drajatnya di sisi Allah dan rosulNya.

Nama lengkapnya adalah Amir bin Abdullah bin Jarrah al Fihry  Al Quraisy. Namun Ia lebih di kenal dengan sebutan Abu Ubaidah bin  Jarrah.  Ia termasuk deretan orang pertama yang masuk islam. Tepatnya sehari setelah Abu Bakar menyatakan keislamannya, beliau mengajaknya, bersama Abdurrahman bin Auf, Ustman bin Ma’zun,dan Al-Arqam bin Abi al-Arqam menghadap Rasulullah dan mengucapkan dua kalimat syahadat di depan beliau.

Ujian Berat Abu Ubaidah bin Jarrah

Sebagai  sahabat  yang  pertama masuk islam, sudah barang  tentu, berbagai penderitaan demi penderitaan pernah ia rasakan, cacian dan penentangan kafir quraisy makkah adalah ujian fisik dan mental yang harus  ia hadapi. Hingga puncak dari ujian tersebut terjadi saat perang badar.  ia yang berada di barisan orang islam  harus melawan ayahnya yang berada di barisan orang-orang kafir. Ia sudah berusaha menghindar dan menjauh saat berpapasan dengan sang ayah, akan tetapi sang  ayah terus mengejarnya, sang ayah benar-benar berambisi untuk menikam anaknya sendiri. Hingga akhirnya dengan terpaksa ia harus membela diri daN membunuh ayahnya yang selalu mendesak dan memojokkannya. Meski hatinya merasa berat dan iba, namun baginya menegakkan amanat Allah dan rosulnya adalah yang paling utama. Lagi pula ia tidak membunuh ayahnya, akan tetapi membunuh kemusyrikan yang berada pada diri ayahnya. Dan bertepatan dengan ini Allah menurunkan ayat .  “Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.” (QS Al-Mujaadalah: 23)

Setia Memegang Amanat

Pada hari Tsaqifah, yakni hari di baiatnya Sayyidina Abu Bakar, Sayyidina Umar berkata padanya:”Ulurkan tanganmu,aku akan membaiatmu. Sebab aku pernah mendengar rosul bersabda: setiap umat punya al Amin(orang terpercaya), dan kamu adalah al Aminnya umat ini.”

Ia pun menjawab:”Aku tidak akan lancing maju di hadapan laki-laki(abubakar) yang telah di tunjuk Rosul sebagai imam sholat, kita mempercayainya, meskipun Rosul telah meninggal.”

Predikat al Amin semakin lekat dengannya saat datang kepada nabi utusan dari Qobilah Najran. Utusan itu meminta beliau untuk  mengirim seorang utusan kepada mereka agar memutuskan permasalahan yang sedang mereka hadapi. Beliaupun mengiyakan dengan menyanggupi mereka.

“Besok aku akanmengirimkan kepada kalian orang yang terpercaya, orang yang terpercaya, orang yang terpercaya,”Rosul mengulanginya tiga kali.

Sejenak berita itu tersebar di kalangan para sahabat. Umar yang mendengarnya pun berinisiatif berangkat sholat Dluhur lebih awal.Harapannya agar ia di tunjuk sebagai utusan untuk menyelesaikan masalah Qobilah Najran.

Begitu selesai sholat, Rosul lantas melihat kekanan dan kiri. Umar meninggikan badannya agar terlihat oleh beliau. Namun beliau tetap menyisirkan pandangannya. Hingga akhirnya padangan itu terhenti pada Abu Ubaidahbin Jarrah. Dan beliau menunjuknya sebagai utusan beliau untuk kepada Qobilah Najran

Wafatnya Abu Ubaidah bin Jarrah.

Saat itu negri Syam sedang di landa wabah penyakit Tho’un. Penyakit ini telah merengut banyak nyawa penduduknya. Karena merasa kwatir, sayyidina Umar mengirimkan surat pada Abu Ubaidah. Beliau ingin agar ia datang kepada beliau sesegera mungkin. Bila suratku datang kepadamu pada malam hari, maka aku memintamu segera datang kepadaku tanpa menunggu pagi datang. Namun apabila datangnya pagi hari, mak adatanglah saat itu juga tanpa menunggu malam datang.

Begitu ia menerima surat beliau, ia pun mengirimkan balasan pada beliau.

Wahai Amirul Mukminin, aku mengerti engkau memiliki kepentingan denganku, namun kini aku sedang berjuang bersama orang-orang islam. Aku tidak ingin meninggalkan mereka, sehingga taqdir menentukan nasibku dan nasib mereka. Maka biarkanlah diriku, dan izinkanlah aku tetap tinggal di sini.”

S.Umar menangis tersedu setelah membaca suratnya, matanya sembab karena cucuran air mata. Orang-orang pun penasaran dan memberanikan diri bertanya pada beliau.

“Apakah Abu Ubaidah telah meninggal wahai amirulmukminin!”

Beliau menjawab:” tidak, akan tetapi kematian sudah bersiap menjemputnya.”

Tidak lama kemudian Abu Ubaidahpun meninggal, ia terserang penyakit Tho’un layaknya penduduk syam yang lain. Semoga Allah merahmatinnya.

Sumber: Majalah Langitan / Muslimin Sairozi

Tulisan Terkait

Bekal 1 Muharram 1445 H, Ini Amalan-Amalannya!

Bekal 1 Muharram 1445 H, Ini Amalan-Amalannya!

Bulan Muharram merupakan bulan pertama dalam kalender Hijriah, sedangkan bulan Dzulhijjah sebagai bulan terakhir. Oleh karena itu, Muharram diperingati sebagai awal tahun baru Hijriah atau tahun baru Islam. Adapun Dzulhijjah diperingati sebagai akhir tahun Hijriah....

Hukum dan Tatacara Shalat Idul Adha

Hukum dan Tatacara Shalat Idul Adha

Shalat Idul Adha adalah shalat sunnah dua rakaat yang dilaksanakan setiap hari raya Idul Adha atau pada tanggal 10 Dzulhiijah dalam kalender Hijriah. Shalat Idul Adha, menurut madzab Syafi'i dan Maliki hukumnya sunah muakkad (sangat dianjurkan). Sementara menurut Imam...

Ngaji Tafsir Jalalain, Surat Az-Zumar Ayat 3: Beramal hanya karena Allah hingga Kelirunya Keyakinan Orang-Orang Kafir

Ngaji Tafsir Jalalain, Surat Az-Zumar Ayat 3: Beramal hanya karena Allah hingga Kelirunya Keyakinan Orang-Orang Kafir

اَلَا لِلّٰهِ الدِّيْنُ الْخَالِصُۗ وَالَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اَوْلِيَاۤءَۘ مَا نَعْبُدُهُمْ اِلَّا لِيُقَرِّبُوْنَآ اِلَى اللّٰهِ زُلْفٰىۗ اِنَّ اللّٰهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِيْ مَا هُمْ فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ ەۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِيْ مَنْ هُوَ...

Ngaji Tafsir Jalalain, Surat Az-zumar Ayat 1-2: Keagungan Al-Qur’an

Ngaji Tafsir Jalalain, Surat Az-zumar Ayat 1-2: Keagungan Al-Qur’an

  تَنۡزِيۡلُ الۡكِتٰبِ مِنَ اللّٰهِ الۡعَزِيۡزِ الۡحَكِيۡمِ. اِنَّاۤ اَنۡزَلۡنَاۤ اِلَيۡكَ الۡكِتٰبَ بِالۡحَقِّ فَاعۡبُدِ اللّٰهَ مُخۡلِصًا لَّهُ الدِّيۡنَ Artinya: “Kitab (Al-Qur'an) diturunkan oleh Allah Yang Mahamulia, Mahabijaksana. Sesungguhnya Kami...

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Komentar

Posting Populer