ABDULLAH BIN SABA ANTARA FAKTA DAN DUSTA

Penulis : admin

November 15, 2007

(VERIFIKASI EKSISTENSI ABDULLAH BIN SABA)
Oleh : AB HIKAM

Saya pastikan anda mengenal tokoh yang satu ini, dalam hampir semua referensi history klasik namanya selalu dikaitkan dengan kerusuhan politik (sejujurnya saya lebih senang menyebutnya dikambinghitamkan). Digambarkan Abdullah bin Saba adalah actor intelektual rentetan kejadian fitnah antara enam tahun terakhir khilafah Utsman bin Afan sampai rentang terakhir khilafah Aly bin Abi Thalib. Para Sejarawan menyebutnya Ahdatsul Fitan, silakan membaca kitab-kitab sejarah primary semisal : Tarikh Tobary, Al Kamil Ibnu Atsir, Bidayah Wa Nihayah Ibnu Katsir, Tarikh Dimasyq Ibnu Asakir Tarikh Islam Dzahaby dan Mubtada Wal Khobar Ibnu Kholdun. Baca juga kitab tentang sekte-sekte dalam islam semacam : Al Milal wa Nihal Syahrastani, Maqolatul Islamiyin As’ary, Tarikhul Madzahibil Islamiyah Abu Zahroh.

Saya terarik untuk membaca ulang otobiografinya karena beberapa sebab : Kepiawaiannya memprovokasi massa. Saya yakin jika ia hidup di zaman ini ia akan banyak dimanfaatkan pihak-pihak oposisi untuk menimbulkan kekacauan dan memprovokasi massa membuat kerusuhan dalam skala besar, jika di masa lampau saja ia berhasil mengacaukan Madinah, Mesir, Kufah dan Basrah (kota metropolis islam di masa itu) mungkin di masa sekarang ia akan berhasil mengacaukan New York, Washington, Paris dan London, apalagi kalau cuma sekedar Jakarta atau Sana’a.

Perannya yang begitu dominan dalam masa-masa fitnah Dalam hidup berorganisasi tentu ada teamwork, hirarki karier juga senioritas, tapi Abdullah bin Saba benar-benar tokoh yang luar biasa (jangan salah sangka, imagine saya berdasarkan apa yang saya telaah), ia mengkampanyekan pemikirannya sendiri, ia juga membentuk organisasi bawah tanahnya (berikut juga milisinya) sendirian, bahkan sahabat dan tabi’in senior selevel : Amar bin Yasir, Abu Dzar Al Ghifari juga Muhamad bin Abi Bakar juga termakan hasutannya dan tunduk pada perintahnya. Efek perpecahan Syiah dan Sunah yang masih membekas hingga dewasa ini. Dua elemen besar umat muslimin pecah dan beradu tiada henti, lihat realita yang ada di Iraq. Perpecahan sudah membesar pasca Isytishad Husein bin Ali. Perpecahan semakin nyata setelah pendudukan Amerika di Iraq apalagi pasca matinya Saddam Husein di tiang gantungan.

PROFILE ABDULLAH BIN SABA (menurut apa yang ada dalam kitab-kitab sejarah)
Abdullah bin Saba adalah seorang Yahudi dari Sana’a Yaman yang masuk Islam pada masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Afan. Ia pernah datang menghadap khalifah tapi khalifah tidak terlalu merespon kedatangannya, sejak itu ia menyimpan dendam pada Utsman dan berupaya merealisasikan planingnya. Ia mulai merakayasa fikroh wasiat Nabi tentang kapabelitas Aly bin Abi Thalib sebagai pemimpin, maka siapapun yang menjadi khalifah saat ini berarti telah merampas kepemimpinan dari pemiliknya yang sah, dengan cara begini ia berhasil membunuh karakter Utsman. Dari sini ia mulai berkeliling mengkampanyekan pemikirannya dengan mengunjungi sentral kota-kota di masa itu antara lain: Mesir, Syam, Kufah dan Basrah. Ia bahkan mampu memobilisasi pengikutnya dengan membentuk sebuah gerakan bawah tanah (dalam referensi sejarah dikenal dengan nama Sabaiyah) yang pada akhirnya nanti berhasil menggulingkan pemerintahan Utsman. Disebutkan dalam sejarah bahwa kampanye Abdullah bin Saba tidak berhenti sampai di situ, detik terakhir Perang Unta yang hampir saja berakhir di meja diplomasi antara faksi Aly dan faksi triumvrat Talhah, Zubair dan Aisyah digagalkan dengan provokasi busuk Abdullah bin Saba dan kroninya yang akhirnya menyebabkan pertumpahan darah antar kaum muslim sendiri hanya setelah 28 tahun wafatnya rasul.

EKSISTENSI ABDULLAH BIN SABA
Setelah menelaah biografi dan perannya, rasanya patut kita teliti ulang eksistensi tokoh kita yang satu ini, bukan karena apa, tapi karena saya menganggap peran yang tidak semestinya yang dilakoni Abdullah, benarkah realita itu memang benar-benar terjadi di masa lampau, kalau benar sudah selayaknya kita memberikan gelar tokoh kita sebagai guru besar bidang Provokasi Massa. Tapi jika tidak, maka cerita yang selama ini kita baca, kita publikasikan dan kita diskusikan tentang Ibnu Saba sama saja dengan cerita-cerita masa silam yang terkadang lebih banyak bumbu dibanding isi, serupa dengan cerita wali songo yang lebih mirip Spiderman / Superman dibanding sosok penyebar da’wah.
Dalam banyak referensi hadits Syiah dan Sunah disebut juga bahwa Abdullah bin Saba ini lah pencetus penuhanan Aly bin Abi Thalib hingga akhirnya ia tewas dibakar Imam Aly. Untuk referensi Syiah silakan telaah Alkafi Kulaini, Ma’rifatun Naqilin Kisyi (lebih popular dengan nama Rijalul Kisyi), Biharul Anwar Majlisi ,riwayat sunahnya bias dicheck dalam Musnad Ahmad, dalam Shohih Bukhory diriwayatkan bahwa Imam Aly menghukum bakar kaum murtad dan zindiq tanpa menyebut nama Abdullah bin Saba.

Ada satu ironi pada realita penuhanan Aly jika saja memang kisah ini valid, Jazirah Arab dengan segala kejahiliannya sebelum Islam tidak pernah taraf kejahilyahan mereka sampai pada taraf penuhanan terhadap sesama manusia (sesuai dengan sejarah yang kita baca), mereka memang karena kebodohannya mengubur hidup-hidup anak perempuan, mereka menyembah berhala, memakan bangkai, membudayakan mabuk dan judi tapi untuk menuhankan sesama manusia kita belum menemukannya dalam sejarah. Mungkin saja kita menemukan fenomena menuhankan manusia pada masyarakat Egypt kuno pada era Firaun, Nasroni Romawi yang sepakat menuhankan Yesus, Yahudi yang mengatakan bahwa Uzair adalah anak tuhan, bangsa Jepang dan China yang menganggap kaisar adalah anak tuhan, bangsa India dan faham Kejawen yang terkadang mendewa-dewakan seseorang yang dianggap titisan Wishnu. Tapi sejujurnya saya belum menemukan bahwa arab jahiliyah pernah menyembah manusia. Jika arab jahiliyah saja tidak ada penuhanan manusia (katakan saja demikian sampai kita menemukan dalam sejarah bahwa fenomena ini pernah ada di zaman jahilliyah) kecil sekali kemungkinan fenomena ini terjadi di era Imam Aly setelah Islam tersebar hampir ke seluruh pelosok arab.

Poin kedua yang juga patut dipertanyakan atas dasar apa Ibnu Saba menuhankan Aly, bagaimana pula ia tetap kukuh bersikeras meski hidupnya harus berakhir di api pembakaran. Jika motifnya adalah motif duniawi kenapa ia tetap bersikeras menuhankan Aly meski ia sadar Aly akan menghukumnya, kenapa ia tidak menarik ucapannya sebelum hidupnya berakhir diantara kayu bakar, jika motifnya adalah ideology sekaligus prinsipnya bisa dipastikan bahwa ia adalah orang paling idiot, ber IQ jongkok (berbeda sekali dengan cerita kepiawaiannya memprovokasi massa) , bagaimana mungkin ia menuhankan seseorang yang tidak mengakui ketuhanannya bahkan mengancamnya dengan hukuman bakar.

ABDULLAH BIN SABA HANYA SEBUAH INISIAL?
Ada banyak kesimpangsiuran mengenai Abdullah bin Saba, misalnya apakah Saba itu nama ayahnya, atau hanya julukan untuk orang yaman yang berasal dari klan Saba, juga perselisihan mengenai kabilahnya Himyar ataukah Hamdan, kesimpangsiuran ini akhirnya menjadi beberapa kaum akademis menganggapnya hanya sebagai tokoh rekaan, tokoh ciptaan yang bermuatan politis untuk memojokan rival rezim yang sedang berkuasa, seperti disumpulkan Dr Thaha Husein dalam dua kitabnya Aly Wa Banuuhu (Aly dan anak turunnya) dan Al Fitnatul Kubro serta Dr Abdul Aziz Al Hilaby dalam kitabnya Abdullah bin Saba.

Kasus-kasus tokoh rekaan atau rekayasa sebuah huru-hara memang sering terjadi dalam rezim-rezim diktator, sama seperti rezim orde baru dulu seringkali membuat buku putih tentang kasus tertentu (Gestapu,Malari,Tanjung Priok, perebutan kantor DPP PDI, de el el)yang kadang-kadang tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Banyak juga yang mengatakan bahwa Abdullah bin Saba hanya sebuah inisial, tokoh rekaan yang dipinjam dari karakter tertentu, Sayid Murtadho Al Askari dalam kitabnya Abdullah bin Saba wa Asatir Ukhro menegaskan bahwa yang dimaksud Abdullah bin Saba adalah Takhrif dari Abdullah bin Wahab Ar Rosiby Al Hamdany As Sabai, pemimpin sekte Khawarij dimasa Aly, sesuai apa yang diriwayatkan dalan Ansabul Asyrof Baladziry.

Beberapa alasan yang menguatkan bahwa Ibnu Saba adalah Abdullah bin Wahab Ar Rosiby : Bernama Abdullah dan berasal dari klan Saba. Ia juga dijuluki sebagai Ibnu Sauda (anak budak hitam) Extremisme sebagai seorang Khowarij dijadikan tokoh rekaan sebagai sosok yang menuhankan Aly (Takhrif) Kaum Khowarij juga menentang kebijakan-kebijakan enam tahun terakhir pemerintahan Utsman

Jika Askari mengalamatkan inisial Abdullah bin Saba pada Abdullah bin Wahab Ar Rosiby, Dr Aly Al Wardy dalam kitabnya Wu’adzus Salatin dan Dr Kamil Mustafa As Syaibi dalam kitabnya As Shilah Baina Tashowuf wa Tasyau’ mengalamatkan inisial Ibnu Saba pada Amar bin Yasir dengan beberapa faktor : Ibu Amar bin Yasir, Sumayah adalah seorang budak hingga ia pun dijuluki Ibnu Sauda. Amar bin Yasir berasal dari kabilah Ansy pecahan dari klan Saba Fanatisme berlebihan dari Amar terhadap Aly, diriwayatkan bahwa ia memandang Aly lebih berhak menjadi Khalifah dibanding Utsman. Amar bin Yasir mengkampanyekan pemikirannya di Madinah dan Mesir.

Golongan Sabaiyah yang ditengarai bentukan milisi ekstrim Ibnu Saba tidak lain adalah kelompok muslimin yang berasal dari klan Saba yang memang setia mendukung Aly, dan seringkali bertindak oposisi di masa pemerintahan Utsman, kelompok ini diwakili Amar bin Yasir, Abu Dzar Al Ghifari dan kaum Anshar yang memang berasal dari klan Saba.

KESIMPULAN.
Sebenarnya masih ada satu poin penting dalam study kasus otobiografi Abdullah bin Saba, yaitu rowi yang menceritakan profile dan peran Ibnu
Saba , Saif bin Umar At Tamimi dalam kitabnya Al Fitnah dan Waq’atul Jamal. Isi dari kitab ini yang nantinya dipopulerkan Thobary dalam tarikhnya yang kemudian dinukil sejarawan-sejarawan setelahnya. Untuk lebih jelasnya silakan baca : Abdullah bin Saba Wa Asathir Ukhro Askary, Abdullah bin Saba Aly al Muhsin dan Nahwa Inqodzi Tarikhil Islamy Hasan Farhan Maliky.

Di akhir tulisan ini, saya hanya mengutip pendapat para pakar dalam memandang Abdullah bin Saba dan perannya dalam fitnah : Mereka yang mempercayai perannya dalam fitnah, kelompok ini diwakili oleh mayoritas Ahlus Sunah, sesuai apa yang mereka tulis dalam sejarah. Mereka yang tidak mempercayai keberadaan Abdullah bin Saba apalagi perannya yang begitu dominan dalam rentetan kejadian fitnah, baik dari Syiah atau Non Syiah, diantara mereka : Sayid Murtadho Al Askari, Dr Thoha Husein, Dr Abdul Aziz Al Hilabi, Hasan Farhan Maliky, Dr Aly Al Wardi, Dr Mustafa Kamil As Syaibi dan kaum akademis lainnya yang mempercayai keberadaan Abdullah bin Saba tanpa memepercayai keterlibatannya dalam fitnah, kelompok ini diwakili mayoritas Syiah.

Akhirnya esensi sejarah hanyalah catatan tentang peristiwa, valid dan tidaknya sebuah peristiwa memerlukan kejelian analisa generasi setelahnya, jika seorang Soeharto yang hanya mandataris MPR dalam kekuasaan yang tidak tak terbatas bisa mengubah sejarah Indonesia dalam puluhan tahun dengan orde barunya apalagi tiran-tiran masa lampau dengan dinastinya

* Penulis adalah mahasiswa Yemenia University Faculty of Islamic Studies.
* Artikel ini sempat dimuat di majalah Nadwa Edisi X (top ten) dan didiskusikan di FKAMY

Tulisan Terkait

Dunia yang Menipu

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi dan rasul yang paling mulia Muhammad saw Wa badu : Allah berfirman: “Telah dekat kepada manusia hari perhitungan segala amal mereka, sedang mereka ada dalam kelalaian...

“Kenangan” sistem Khilafah

Rajab memberikan kesempatan untuk merenungkan kewajiban kita mengenai permasalahan Khilafah. Berbagai peristiwa seperti penindasan terhadap muslim Uighur, kecaman Perancis terhadap busana muslim, serbuan Amerika terhadap Afghanistan dan Pakistan, dan pengepungan...

Nepotisme dalam Moralitas Politik

Berawal dari kepentingan manusia yang semakin bertambah. Urusan-urusan penting atau yang dianggap penting menjadi bagian dari catatan harian. Semisal dalam urusan mencari sebuah pekerjaan, tentu teman atau kerabat ikut terlibat. Sehingga, dapat kita tarik sebuah...

Dunia dan Nafsu

Pembaca yang budiman, Dunia merupakan sebuah kehidupan yang mencintai nafsu, dimana kehidupan itu diukur dengan standard kecintaannya pada materi. Mungkin pembaca ada yang tidak setuju dengan pendapat ini. Namun, bagaimana jika dunia didefinisikan al-Qur`an?...

Khalid bin Walid

INILAH KISAH LELAKI BERNAMA KHALID BIN WALID di muktha, menyeberang sudah di jembatan para suhada tiga pencinta* yang dipenuhi rindu firdaus lalu disambutnya panji janji-janji terdekap di dada yang telah ia penuhi dengan cinta pada seorang yatim teragung di madinah di...

Kebudayaan Islam dalam AL-Quran

Dua kebudayaan: Islam dan Barat MUHAMMAD telah meninggalkan warisan rohani yang agung, yang telah menaungi dunia dan memberi arah kepada kebudayaan dunia selama dalam beberapa abad yang lalu. Ia akan terus demikian sampai Tuhan menyempurnakan cahayaNya ke seluruh...

Waspadai media hiburan

Menyikapi anak-anak yang sibuk menonton televisi, di antara kita sama dan serempak. Kebiasaan menonton televisi (anak-anak dan remaja) adalah sangat berbahaya menurut Islam, pakar psikologi, sosiologi dan kedokteran. Pemanfa’atan layar kaca (TV, Vidio, TV Game...

20 Comments

  1. Ahmad Mu'tasim Billah

    yang saya harapkan dari kawan-kawan adalah jangan sampai da orang yang mengagumi dengan niat mengagungkan yahudza dan paulus,,,,kl bgitu,, kafir

    Reply
  2. hikam

    Kita apa pun organisasinya tetapi berada dalam satu ikatan yaitu ahlus sunnah wal jama’ah. Tetapi syiah berbeda, mereka tidak berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah tetapi Al-Qur’an(???) dan Itrah Ahlul Baet.

    Kepada penulis: Anda tidak menentukan sikap. Apakah Anda berpihak pada sunni atau pada syiah?

    Reply
  3. sigit

    saya salut dunia pesantren berani membahas syi’ah dan tokohnya

    Reply
  4. sigit

    Saya salut, dunia pesantren berani membicarakan syi’ah..ato minimal tokohnya

    Reply
  5. widya mirza

    assalamualaikum, saya ingin mengetahui tentang apa beda antara shiah dan sunni, apa yg meyebabkan kita (sunni ) berbeda dengan ajaran mereka shiah? mhn sekiranya bisa dulas secara detail.

    Reply
    • langitan02

      perbedaan yang mendasar adalah dalam sisi akidahnya terutama tentang sahabat nabi, ada yang menuduh Abu Bakar, Umar dan Utsman telah merebut jabatan Kholifah setelah Nabi Wafat, bahkan yang lebih Ekstrim sekali salah satu sekte syiah ada yang mengatakan bahwa derajat kenabian mengalami kesalahan bukan Nabi Muhammad yang Jadi nabi tapi seharusnya adalah Sayyidina Ali. oleh karena itulah kita (Sunni) sangat berbeda dengan orang Syiah. untuk lebih jelasnya anda bisa membaca buku-buku tentang Prebedaan Sunni dan Syiah seperti terbitan Sidogiri, dll. terima kasih.

      Reply
  6. aryan

    Saya memang tidak kenal siapa abdullah bin sabba. Yang saya tau ajaran syiah kok banyak bertolak belakang dengan yg diajarin di pelajaran agama sekolahan ya…

    Reply
  7. eksa

    Klo sy baca, ada yang kurang dari tulisan anda… apa yach?

    Reply
  8. Rino Yuliafano

    Analoginya maksa..
    kenapa gak mungkin ada seorang jenius abdullah bin sabba?

    yg membelokan Taurat Musa juga cuma seorang…Yehudza..yang menghasilkan agama Yahudi sebesar ini?

    yang membelokan ajaran Injil Yesus juga cuma seorang Paulus..yang menghasilkan agama kristen sebesar ini?

    Reply
  9. Mukti

    Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

    Betapa samar pemahaman syi’ah yang beredar di indonesia, sehingga banyak umat yang secara tidak sadar mengikutinya,
    Kewajiban kaum muslimin untuk mengingatkan akan hal ini, berikut ada link tentang bahayanya agama syi’ah ini, :
    http://muslim.or.id/manhaj/awas-syiah-mengancam-kita.html

    Mudah-mudahan bisa memberikan pencerahan kepada kaum muslimin tentang bahayanya pemahaman yang rusak ini,
    Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

    Reply
  10. Manysur

    Ass. Ikut nimbrung jg nih ane boat mengomentari ttng syi’ah, di lingkngn ane pengaruh2 syi’ah tuh dah menjamur beberp bln ini. Dan ini sngt mershkn masyarkt di lingkungan ane, knp? Krn dr klngn mrk dah blak2-an nyebut suni itu kafir, mengurang wkt sholat

    Reply
  11. andika

    kayaknx km yg g brfkir anda krg mngkaji sjrh islm,mrk mlknat itu krn siapa?krn cntnx kpd rosul shngg mrk2 bnc kpd yg brkhianat kpd klrg rosul,klo sunny sih ngakunx aja cnt rosul dan klrgny tp knytaanx klrgny dikhianati kok mlah disanjung2 weleh2 kterlaluan

    Reply
  12. imem

    @Muhammad

    Persatuan dalam Islam itu dibangun atas dasar aqidah yang sama, jika aqidah saja sudah berbeda, apanya yang mau disatukan? apakah cukup bersatu atas dasar label Islam saja? pikir baik-baik2..

    Apakah anda mau bersatu dengan orang yang suka melaknat sahabat-sahabat Rasul? melaknat istri-istri Rasul?

    Sunni-Syi’ah bersatu? Mimpi kali ye..

    Reply
  13. Muhammad

    Salam ….. Saya orang awam yg dangkal ilmu ,jadi media seperti ini sangat penting buat saya tuk menambah wawasan, namun jika kita hanya berdebat sepanjang peradaban ini ,kapan kita dan generasi kita terlepas cengkraman budaya yahudi .ingatlah saudaraku ,,,,kemenangan itu ga akan pernah ada ,sebelum kita berhasil mempersatukan ummat ,jadi pikirkanlah hal itu(sebelum kita dan generasi kita termakan fitnah yahudi cs) ,jika sudah sampai waktunya kami akan bergabung dibawah panji panji jihad

    Reply
  14. Adi

    hemm… ternyata Langitan pun tak luput dr pengaruh syi’ah.. pemikiran syi’ah sudah merasuk sampe kedlm sunsum..

    Saya orang awam, tetapi sedikit bisa berlogika…

    orang yang mengakui eksistensi Ibnu Saba adalah mayoritas sunni dan syi’ah (ulama’ syi’ah generasi awal/yg lebih dahulu drpd generasi skrg)
    sedangkan yang tidak mengakui adlh segelintir ulama syi’ah modern.. bahkan Al-Majlisi yg zamannya masih dekat dg kita saja menyebutkan dlm kitabnya biharul anwar mengenai tokoh ini secara bersanad..

    sebenarnya anda bisa menilai dengan mudah siapakah yg lebih mendekati kebenaran dari perbandingan di atas.. jika anda menyalahkan rezim-rezim yg berkuasa dr kalangan sunni akan doktrin ini.. bukankah eksistensi ibnu saba jg diakui oleh kaum syi’ah dlm kitab2 mereka yg mu’tabar… jadi kajian anda itu ga ada kekuatannya sama sekali hanya persangkaan2 org jaman skrg yg membeo ulama2 modern syi’ah aja.. btw anda ini sunni pa bukan seh?

    Reply
  15. Ahmad Dimyati

    kekurangan mas menurut saya satu. Mas selalu berkata tentang suni dan syi’ah dengan mengutif kitab2 karya ulama kedua golongan islam ini, yang menunjukkan Mas pinter dan memiliki banyak referensi. Betul Mas bicara Suni lancar, karena Mas sendiri mungkin Suni. Namun, Mas terlalu yakin bicara benar tentang Syi’ah, padahal Mas sendiri menurut saya mengaji di ulama Syi’ah atau berdiskusi dengan oramng Syi’ah secara serius kayaknya belum??? saya bukan Syi’ah, tetapi 8 tahunmempelajari dan belajar kpd ustaz Syi’ah, ternyata apa yang Mas simpulkan gak bener tuh, menurut saya

    Coba deh Masa belajar lagi yang benar, ingat sedikit saja Mas menulis sesuatu secara salah, balasannya ada di hadapan Allah. Mas juga bisa diskusi dengan saya, kebetulan saya bereprofesi sebagai editor buku2 agama.

    e-mail saya: ahmaddimyati@yahoo.co.id

    Reply
  16. rahmat

    pembahasannya sangat bagus.
    perbedaan sunni dan syi’ah dalam mempelajari sejarah adalah jika sunni membaca buku sejarah hanya membaca sejarah dari penulis sunni dan taqlid buta terhadap pendapat penulisnya sedangkan syi’ah bebas membaca buku sejarah manapun dan melakukan analisis kritis. sangat jarang kita dapatkan ada pengikut sunni yang mau mengkritik sejarah dari penulis sunni sementara syi’ah, selama hal tersebut bertentangan dengan logika sejarah maka pastinya pendapatnya yang tercantum dalam bukunya akan dipertanyakan dan diuji berdasarkan kebenaran dari penulis lainnya.

    Reply
  17. edihs

    bagus….
    pokoke kita jangan jadi korban adu-domba atas nama kebearan dan lain sebagaunya.

    Reply
  18. Bahrul Ulum

    ass…
    saya mau mengutip kesimpulan anda:

    KESIMPULAN.
    Sebenarnya masih ada satu poin penting dalam study kasus otobiografi Abdullah bin Saba, yaitu rowi yang menceritakan profile dan peran Ibnu Saba , Saif bin Umar At Tamimi dalam kitabnya Al Fitnah dan Waq’atul Jamal. Isi dari kitab ini yang nantinya dipopulerkan Thobary dalam tarikhnya yang kemudian dinukil sejarawan-sejarawan setelahnya. Untuk lebih jelasnya silakan baca : Abdullah bin Saba Wa Asathir Ukhro Askary, Abdullah bin Saba Aly al Muhsin dan Nahwa Inqodzi Tarikhil Islamy Hasan Farhan Maliky.

    Di akhir tulisan ini, saya hanya mengutip pendapat para pakar dalam memandang Abdullah bin Saba dan perannya dalam fitnah : Mereka yang mempercayai perannya dalam fitnah, kelompok ini diwakili oleh mayoritas Ahlus Sunah, sesuai apa yang mereka tulis dalam sejarah. Mereka yang tidak mempercayai keberadaan Abdullah bin Saba apalagi perannya yang begitu dominan dalam rentetan kejadian fitnah, baik dari Syiah atau Non Syiah, diantara mereka : Sayid Murtadho Al Askari, Dr Thoha Husein, Dr Abdul Aziz Al Hilabi, Hasan Farhan Maliky, Dr Aly Al Wardi, Dr Mustafa Kamil As Syaibi dan kaum akademis lainnya yang mempercayai keberadaan Abdullah bin Saba tanpa memepercayai keterlibatannya dalam fitnah, kelompok ini diwakili mayoritas Syiah.

    Akhirnya esensi sejarah hanyalah catatan tentang peristiwa, valid dan tidaknya sebuah peristiwa memerlukan kejelian analisa generasi setelahnya, jika seorang Soeharto yang hanya mandataris MPR dalam kekuasaan yang tidak tak terbatas bisa mengubah sejarah Indonesia dalam puluhan tahun dengan orde barunya apalagi tiran-tiran masa lampau dengan dinastinya

    pada paragraph terakhir, anda menyatakan tentang pemerkosaan sejarah, kita tahu, syiah adalah orang yang tertindas pada masa lalu dan pemikirannya pun mengalami hal ini, TERTINDAS. kita melihat bahwa kisah ibnu saba’ adalah sebagai kambing hitam untuk menyingkirkan syi’ah dari komunitas muslim yang sah. kita tidak perlu menyatakan diri kita sunni dalam memaparkan sejarah, orang sunni biasanya terperangkap dalam stigma dan sentimen anti syiahnya, kita selalu melihat syiah dari luar, bukan dari dalam, kita selalu melihat syiah dari jauh, bukan dari dekat, kita selalu melihat syiah dengan ke-sunni-an kita, kita ingin dipahami oleh lelompok lain, tapi kita tidak mau memahami kelompok lain. kita tahu bagaimana pahitnya sejarah islam yang ada, terjadinya penindasan oleh kelompok penguasa yang anti syiah dalam berbad-abad lamanya, mereka selalu ditindas oleh dinasti umawi dan abbasi, sampai kepada pemikiran dan ajaran syiah. dan bahkan doktrin anti syiah begitu kuat dalam konstelasi pemikiran keagamaan islam waktu itu sebagai reaksi untuk menyingkirkan syiah. kasihan syiah mas… mereka juga manusia, punya hak untuk menganut doktrin tertentu, jika kita melalui piagam madinah diajarkan toleran kepada doktrin trinitas, mengapa kita selalu mengecap syiah sebagai sesat??? mungkin, kita adalah korban sejarah… kita mewarisi ajaran yang telah ditunggangi politik. tapi kita selalu merasa benar dan murni sabagai pemeluk islam yang murni…. seakan akan kita yang maha benar. kita tidak perlu mengkambing hitamkan Ibnu saba’, apalagi yang membawa dongeng itu adalah saif bin umar yang pembohong dan pemalsu hadits, cobalah kita bertindak obyektif, buka semua buku rijal mengenai saif bin umar-melalui maktabah syamilah mungkin. lepaskan pakaian sunni kita yang akan selalu mencurigai syaih. semoga bermanfaat, bukalah hati kita, mari kita mulai mencari pemahaman yang yang obyektif dalam mengikuti agama, seandainya kita tidak sepakat dengan suatu golongan, jangan buru-buru mengecap mereka dengan neraka, saya takut, di hadapan Tuhan nanti, justru syiah-lah yang benar.
    wassalam

    Reply

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Komentar

Posting Populer