Islam Bukan Agama Keturunan

Penulis : admin

May 8, 2011

Syeikh Abdullah Faqih

Oleh : KH. Abdulloh Faqih

Mari kita semua bersyukur kepada Allah swt karena kita dijadikan seorang muslim. Sebesar-besarnya nikmat adalah nikmat iman dan Islam. Seyogyanya kita tidak memiliki perasaan bahwa sudah sepatutnya kita jadi orang islam, karena bapak ibu kita dan kakek nenek kita juga orang Islam. Sehingga kita menganggap bahwa seolah-olah Islam itu hanya karena faktor keturunan, sebagaimana kita merasa menjadi bangsa Indonesia karena bapak ibu kita orang Indonesia, dan tidak mengerti bahwa menjadi orang Islam adalah anugerah Allah, karena petunjuk Allah terhadap agama yang benar.

Barang siapa yang dikehendaki dan dipilih oleh Allah untuk mendapat petunjuk-Nya, maka Allah akan melapangkan dadanya untuk (memeluk) Islam.

(QS. Al-An’am;125)

Sesungguhnya agama yang benar menurut Allah adalah Islam

(QS. Ali Imran ayat 19)

Barang siapa yang memilih agama selain Islam niscaya tidak akan diterima, diakhirat ia akan merasa rugi

(QS. Ali Imran ayat 85)

Oleh karenanya, marilah kita bersyukur atas nikmat Islam tersebut dengan ucapan Alhamdulillah. Juga bersyukur dalam hati, yakni dengan merasa senang dan bangga menjadi orang Islam. Begitu pula syukur melalui anggota badan, dengan cara menjalankan syariat Islam secara sempurna, yakni menjalankan perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Itulah yang dinamakan takwa. Rasa syukur itu bisa pula diwujudkan dalam bentuk perjuangan, agar agama Islam senantiasa berkembang dan bisa diwaris oleh anak cucu kita. Jika kita menyukuri nikmat Islam yang telah diberikan tersebut, Insyaallah Islam akan tetap menjadi agama kita sampai kelak menghadap kepada Allah. Karena syukur bisa diibaratkan dengan tali, ia bisa digunakan untuk mengikat nikmat yang sudah diterima, juga untuk menangkap (menghasilkan) nikmat yang belum diterima.

Selain bersyukur kita juga harus merasa khawatir, jangan sampai nikmat Islam itu lepas dari genggaman kita. Seorang yang menjalani Islam selama hidupnya sama artinya tidak Islam ketika di akhir hayatnya mati menetapi su’ul khotimah. Oleh sebab itu, kita harus menghindari hal-hal yang menyebabkan su’ul khotimah seperti menyepelekan urusan shalat, berbuat lalai sehingga bisa kehilangan waktu shalat.

Kemudian, amalan yang bisa dilakukan untuk menggapai khusnul khotimah antara lain: membaca ayat kursi sehabis shalat, dan memperbanyak bacaan Laa Ilaaha Illa Allah. Sebagaimana ada ungkapan, bahwa seseorang biasanya akan meninggal dengan menetapi apa yang biasa ia lakukan semasa hidupnya. Rasulullah juga bersabda, yang artinya: Barangsiapa yang akhir perkataannya adalah Laa Ilaaha Illa Allah maka akan masuk surga. Karena sudah nyata menjadi orang Islam. Kata Sayyidina Ali: Sempurna-sempurnanya nikmat adalah mati dalam keadaan Islam.

Diriwayatkan oleh Imam Turmudzi, Rasulallah bersabda, Ingatlah bahwa sesungguhnya anak cucu bani adam dijadikan Allah bermacam-macam tingkatan atau golongan. Ada yang lahir sebagai mukmin muslim sebab bapak ibunya mukmin, lalu hidupnya tetap mukmin sampai mati. Ada yang lahir kafir dan mati dalam keadaan kafir. Ada pula yang lahir mukmin tapi matinya kafir, wal iyadlu billah. Ada yang lahir kafir, hidup kafir tapi matinya mukmin (khusnul khotimah). Wallahu alam bisshawab.

Sumber : Kakilangit, edisi-42, Ponpes Langitan Tuban Jatim

Tulisan Terkait

12 Comments

  1. adi irwan

    assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh

    perkenalkan saya adi irwanto orang kota indramayu jawa barat saya hanya mau tanya saja

    – Apakah saya bisa masuk pondok pesantren ini ?
    – Berapakah biaya untuk pemondokan ini ?

    Reply
  2. wong cilik

    assalam mualaikum wb.wr. pak apa jawaban kita ketika ditanya orang non muslim “kenaqpa kamu islam, karena orang tua kamu islam? jadi kamu islam turunan”. mohon jawabanya

    Reply
    • maqdum

      Wa’aalikum salam..Saudara ku seiman.. Islam adalah agama yang benar dan hanya islam agama disisi Alloh .. keislaman kita tertiup semenjak kita lahir oleh orang tua kita, namun bukan berarti agama keturunan dari orang tua. kita iman karena kita yakin islam adalah haquddin ( agama yang Benar ) kepercayaan tidak akan terkalahkan dengan logika.

      Reply
  3. sapto mas

    Assalamu’alaikum wr. wb.
    “Barangsiapa yang akhir perkataannya adalah “Laa Ilaaha Illa Allah” maka akan masuk surga. Karena sudah nyata menjadi orang Islam”. Kata Sayyidina Ali: “Sempurna-sempurnanya nikmat adalah mati dalam keadaan Islam”.
    Dari teks diatas Tiada seorangpun yang tahu, akan Isi hati Nurani seseorang, dikala Dia (fulan) Menghadapi “Sakratul maut” (Kematian)dan itu yang tahu hanya dirinya sendiri, Malaikatnya dan Allah itu sendiri, maksudnya apa yang kita talqinkan kepada fulan bin fulan hanyalah sebuah Tarekat, Tarekah, sarana, jalan untuk bisa menentramkan “Jiwa” fulan bin fulan, dengan ayat : “Bahkan Manusia itu akan menjadi saksi atas dirinya sendiri” dari awal perjalanan Akhirat (Sakratul maut), fulan bin fulan telah melihat kitab di Lauh Mahfud yang ditulisnya dahulu kala, pada saat perjanjian dengan Kahliqnya (dalam Rahiem)apakah lakon hidupnya lebih banyak melanggar perintah ataukah lebih suka dengan perintah, atau ibaratnya apakah seseorang tadi senang menjalankan perintah-NYA atau senang Menjalankan Larangan-NYA, maka Alquran itu hanyalah sebuah User Guide (buku petunjuk) barang siapa yang senasng mengaji dan mengkaji maka dialah orang yang t4lah memilih jalan yang lurus yang artinya kata Sunan Kalijaga : Moco Qur’an yo sakmanane bukan tafsirnya, melainkan makna, yang menjadikan pemahaman, keyakinan, haqul yaqin dan Ainul Yaqin, yaitu “Tahu dengan sebenar-benarnya Tahu”, Apa yang telah diturunkan dari Adam hingga Muhammad adalah Satu Tujuan Satu Jalan, Satu Tuhan. inilah yang benar yang datang dari tuhanmu dan tuhankan maka tercetuslah kalimat : Laa Ilaaha Illa Allah yang juga sudah diterjemahkan kepda Musa AS dalam 10 perintah Tuhan yang ayat pertama dan kedua : Akulah Tuhan Allahmu, Jangan ada Tuhan-Tuhan lain selain Aku baik dalam angan-angan, ujud, prasangkamu. apalagi diujudkan seperti sesembhan jaman jahiliyah (berhala)
    Wasssalam

    Reply
  4. Epidianto

    Alhamdulillah sungguh nikmat yang luar biasa Islam yang kita peluk saat ini. Semoga kita semua bisa khusnul khotimah. Salam kenal dari Probolinggo.

    Reply
  5. M.ridwan

    Muslim diselimuti oleh kebohongan. Karena bicara hal yang menentang Islam bisa dihukum mati, tak seorangpun berani mengatakan kebenaran. Mereka yang melakukannya tidak hidup lama. Mereka dengan cepat dibungkam. Jadi bagaimana bisa anda tahu kebenaran jika semua yang anda dengar Cuma kebohongan2? Disatu pihak Quran mengklaim sebagai mukjijat dan menantang setiap orang utk membuat Surah sepertinya:
    “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” Q2.23
    Tapi lalu memerintahkan pengikutnya utk membunuh siapa saja yang berani mengkritik atau menantangnya. Jika anda berani mengambil tantangan dan membuat surah sejelek Quran, anda akan dituduh telah mengejek Islam, dimana hukumannya adalah mati. Dalam atmosfir ketidak jujuran dan penipuan ini, kebenaran jadi korbannya.
    Rasa sakit karena berhadapan dengan kebenaran dan menyadari semua yg kita percaya Cuma bohong sangatlah menyengsarakan. Mekanisme dan cara alami satu-satunya utk menghadapi itu hanya penyangkalan. Penyangkalan menghilangkan rasa sakit. Sebuah berkat yang membuat nyaman, meski seperti menyembunyikan kepala dalam tanah

    Reply
    • Umam

      Buat m.ridwan klu anda memang sanggup melawan alqu’an coba anda buktikan. Hanya orang2 yang tdk punya otak yg tdk bisa membuktkan kemukjizatan alqur’an

      Reply
  6. Muhammad Ridwan

    Khadijah, istri pertama dari Muhammad, membeli seorang budak bernama Zayd Ibn Haritha yang kemudian diberikannya sebagai hadiah kepada suaminya, untuk menjadi pelayannya. Namun setelah Muhammad mendapat panggilan kenabian, dia membebaskan Zayd dan mengadopsinya sebagai anak di muka umum, dimana dia berkata, “Zayd adalah anakku, saya mewarisinya dan dia mewarisiku.” Setelah itu, dia kemudian dikenal dengan sebutan “Zayd, anak dari Muhammad.” Singkat cerita, akhirnya, Zainab menikahi Zayd atas desakan Muhammad. Namun yang terjadi kemudian sangatlah aneh, mengejutkan dan menjijikkan. Pernikahan Muhammad ke-4 adalah dengan Safiyah, anak perempuan dari Huyay, seorang Yahudi. Pada waktu itu adalah tahun ke-7 Hijrah, Setelah serangan tersebut, Dihya Al-Kalbi, meminta kepada Muhammad atas beberapa tawanan wanita. Muhammad mengatakan: “Pergilah dan ambillah siapapun yang sesuai denganmu.”Dihya mengambil Safiyah, namun kebahagiaannya tidak berlangsung lama karena salah seorang anak buah mengatakan kepada Muhammad: “Wahai, Rasul Allah, apakah engkau memberikan Safiyah kepada Dihya? Hanya engkaulah yang berhak mendapatkannya.” Muhammad mengatakan: “Bawa Dihya dan Safiyah kemari.”
    Ketika mereka datang kehadapannya dan dia melihat Safiyah yang cantik, dia berkata kepada Dihya, “Pergi dan ambillah wanita lain.” Dia kemudian memerintahkan pembantu perempuannya untuk menyiapkan Safiyah, sehingga dia dapat bersetubuh dengannya pada malam yang sama. Umm Salamah mendiskripsikan Safiyah demikian: “Saya tidak pernah melihat dalam hidup saya wanita yang lebih cantik dari Safiyah.”
    Ketika Muhammad menikahinya, Safiyah baru berumur 17 tahun, dan masih dalam bulan pertama pernikahannya dengan Kinana. Muhammad berumur enam puluh dua tahun. Dan tiga tahun kemudian Safiyah menjadi seorang janda untuk kedua kalinya, pada saat Muhammad meninggal. Namun, beda dengan janda sebelumnya, kali ini dia tidak diperbolehkan untuk menikah lagi. (Beginikah model perkawinan yang di sunnah-kan Nabinya?) Dan Muslim masih juga mengimani bahwa sang nabi menikahi banyak wanita – sekalipun itu di bawah umur – adalah untuk memperkuat ikatan Islam atau karena nabi berbelas kasihan kepada mereka? Namun pandangan saya sekarang jadi jelas dan saya lebih mengerti, ketika diperhadapkan dengan pernikahan Khadijah, Aisyah, Zainab, dan Safiyah.
    Pernikahan yang ke-5 adalah dengan Juwairiyyah bint Al-Haris. Juwairiyyah berumur 20 tahun ketika Muhammad pada usia 59 menikahinya. (Juwairiyyah dinikahi satu tahun sebelum Safiyah). Aisyah, yang katanya dikenal sebagai “Ibu Orang Beriman” mengkisahkan” ceritanya:
    “Ketika Rasul Allah (Muhammad) membagi-bagi tawanan dari anak-anak Mustaliq, Juwairiyyah diberikan kepada Thabit bin Qais.
    Di manakah pertalian antara kaum Muslim dalam masing-masing pernikahan, terutama pernikahannya dengan seorang Yahudi? Apakah karena belas kasihan sehingga dia (Muhammad) menikahi bani asing, padahal dia telah menyogok Thabit dengan uang supaya dia membiarkannya sendiri? Ini adalah pertanyaan yang saya ajukan kepada kaum Muslim.

    Reply
  7. Sapto Margono Soewito

    Assalamualaikum Wr. Wb.
    Salam kenal untuk para pengasuh dan Sesepuh Langitan.net, saya juga punya darah Tuban yang nggak ngerti Tanah Airnya maka saya elihat Web ini saya tertarik untuk menyimak dan membaca tulisan-tulisan di web ini untuk menambah wawasan yang intinya akan menjadikan ILMU yang bermafaat, perkenalkan:
    Nama : Sapto Margono Soewito Bin Sarbini Hardjo Soewito, Bin Sastro Asto
    Asal saya : Bapak Tuban (Winong),Ibu Blitar,
    Saya lahir di Manado 45 tahun yang lalu
    Agama masih seperti dulu : Islam
    Tempat tinggal sekarang: Balikpapan
    salam kenal semua para sahabat, kaum ulimin lan muslimat, Sesepuh Langitan, mugi-mugi selalu dalam lindungan Sang Moho Agung, Sang Moho LUHUR, lan Sang Moho Langgeng yang tidak lain dan tidak bukan Hanyalah ALLAH SWT SEMATA. Amin

    Reply
  8. Sapto Margono Soewito

    Assalamualaikum wrahatulahi wabarakatuh.
    SHalawat dan Salam kepada Baginda Rasulullah SAW Beserta Keluwarganya dan Para Sahabat Setia Beliau juga para Ummat Muhammad sekalian Alam,saya tertarik dengan tulisan di atas bahwa “Islam Bukanlah Agama Keturunan”.
    Menurut saya pribadi dengan acuan Alquran yang penuh Hikmah, yang ada digengaman tanganya Baginda Muhammad Rasulullah SAW, Memang Islam bukanlah agama keturunan, Atau agama warisan untuk keturunan, yang Bak Suatu Tahta yang harus dipertahankan Hanya sebagian “orang” namun yang dikatakan “Agama Awalu Wal Akhiru” adalah “Awal Muhammad dan Akhir Muhammad” artinya Sipapun yang mengaku berbentuk Insan(Manusia) Wajib Mengikuti Agama “ISLAM”

    Seperti Kalamullah yang dicata dalam Alquran yang penuh Hikmah pada Surat Al-Imran ayat 18 (QS. 3:19,19,:

    18. Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu[188] (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

    19. Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab[189] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.

    Dari kedua Ayat diatas sudah cukup untuk membuktikan Bahwsanya Allah Mengklaim, Menetapkan,dan Memutuskan bahwa ISLAM adalah Agama Yang sempurna, yang bukan dimiliki oleh para Golongan Manusia saja atau Golonga Jin saja namun oleh Sekalian alam semesta, Kalau sudah bicara “Semesta” berarti mencakup Apa yang ada di-Langit 1-7 dan apa yang ada “di Bumi 1-7” dengan demikian Apakah “ISLAM” hanya (Only)milik Satu Golongan, Satu Kaum, Satu Ummat,Satu keturunan, kembali baca sejarah Nabi Nuh dan Nabi Luth bagaiman Anaka dan istri mereka diditerlantarkan oleh Allah (Tidak mendapat Penolong) karena kesalahan mereka sendiri(anak dan Istri Nabi Nuh dan Luth). Jadi apa sih yang dimaui Oleh Sang Pencipta(ALLAH)? Yakni Hambanya yang “Berakal dan punya matahati” maksudnya “Berilmu (cerdas,Smart) dan Berakhal Mulia Beriman,ISLAM)”, lengkap dengan Syaret-NYA, Tarekat-NYA, Hakikat-NYA dan Afal-NYA,Jadi dua ayat diatas sudah cukup ewakilkan sekalian Alam bahwasanya isi ayat itu adalah BENAR yang datang dari TUHANKU dan TUHANMU. Jadi yang menjadi masalah bukan-nya : Allah bekehendak kepada siapa yang dikehendaki-NYA,tapi Apakah saya/kita/anda/sekalian alam ini sudah dikehenaki oleh ALLAH untuk menjadi UMMAT MUHAMMAD?

    Akhirulkalam Sebenarnya ISLAM Adalah RAHMATAN LIL ALAMIN BAGI SEKALIAN ALAM BUKAN MILIK GOLONGAN, UMMAT, Maka barang siapa menghendaki maka dia(hamba) Memilih Jalan yang lurus “AGAMA ALLAH=”ISLAM” baik ummat yang datang terdahulu maupun ummat yang datang “terkemudian”.

    Demikian sanggahan saya untuk ikut nimbrung dalam hal berbagi pengethauan agama, jika ada kata yang “BENAR” sesungguhnya kebenaran itu datangnya hanya dari Allah semata karena saya Nyontek dari Al-Quran, yang penuh Hikmah dan kalau ada kata yang salah itu karena datang dari saya pribadi mohon dikoreksi karena sesungguhnya Islam adalah “SELAMAT DAN MENYELAMATKAN” ELING MENGELINGKAN SATU SAMA YANG LAIN AMIN YA ROBBAL ALAMIN.

    wasalam

    Reply
  9. sahal mahfud

    aba yai kula yuwon tanya dos pundi cara menhasilkan ilmu barokah lan manfa,at

    Reply
  10. kuwait

    “Barangsiapa yang akhir perkataannya adalah Laa Ilaaha Illa Allah maka akan masuk surga. Karena sudah nyata menjadi orang Islam”. Kata Sayyidina Ali: “Sempurna-sempurnanya nikmat adalah mati dalam keadaan Islam.

    pengalaman : saya dulu pernah dimarahi saudara-saudara karna hendak menalqin mbah yang sakaratul maut dgn bacaan laa ilaaha illallah… kemudian saudara kakek saya… menalqin mbah saya dengan dibacakan surat yasin dan fatihah… sebenarnya yg mana yg benar? adakah dalil yg menyebutkan bahwa menalqin orang mati dgn bacaan yasin dan fatihah

    Reply

Trackbacks/Pingbacks

  1. Islam Keturunan « mamabojong - [...] Almarhum Kiai Khos Langitan (KH. Abdullah Faqih) tentang Islam Bukan Agama Keturunan dalam Kakilangit, edisi-42, Ponpes Langitan Tuban [...]

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Komentar

Posting Populer